NovelToon NovelToon
Zehya The Misterius Painter

Zehya The Misterius Painter

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Selingkuh / Cerai / Kaya Raya / Keluarga / Putri asli/palsu
Popularitas:1.9k
Nilai: 5
Nama Author: yunacana

Cinta yang datang dan menetap di relung hati yang paling dalam tanpa aba-aba. Tanpa permisi, dan menguasai seluruh bilik dalam hati. Kehadiran dirimu telah menjadi kebutuhan untukku. Seolah duniaku hanya berpusat padamu.

Zehya, seorang gadis yang harus bertahan hidup seorang diri di kota yang asing setelah kedua orang tuanya berpisah. Ayah dan ibunya pergi meninggalkan nya begitu saja. Seolah Zehya adalah benda yang sudah habis masa aktifnya. Dunianya berubah dalam sekejap. Ayahnya, cinta pertama dalam hidupnya, sosok raja bagi dunia kecilnya, justru menjadi sumber kehancuran baginya. Ayahnya yang begitu sempurna ternyata memiliki wanita lain selain ibunya. sang ibu yang mengetahui cinta lain dari ayahnyapun memutuskan untuk berpisah, dan yang lebih mengejutkan lagi, ternyata Zehya bukanlah anak kandung dari wanita yang selama ini Zehya panggil ibu.

Siapakah ibu kandung Zehya?

yuk, ikuti terus perjalanan Zehya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yunacana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ruang Rahasia

Hari demi hari berlalu dengan cepat. Sudah dua bulan Zehya dan keluarganya tinggal di Australia. Hari ini Zehya dan Reyhan yang sedang datang berkunjung kerumah mereka tengah berdiri di sebuah ruang kosong di balik lemari buku kamar Zehya.

Beberapa hari yang lalu, Zehya tidak sengaja menyentuh sebuah buku tua di rak paling bawah lemari yang ada di dinding kamarnya. lemari yang Awalnya dia kira permanen dan bersatu dengan tembok itu ternyata bisa berbalik. Membawa Zehya pada sebuah ruangan kosong yang sama luasnya dengan kamarnya.

Di dalam ruangan itu hanya terdapat beberapa barang usang yang sudah tidak terpakai lagi. Ruangan itu mendapatkan cukup cahaya matahari dari langit-langit ruangan yang terbuat dari kaca.

Zehya yang sudah lama tidak dapat melukis karena tidak mempunyai ruangan rahasia itu sangat gembira. Dia segera kembali kekamarnya dan memberitahu Reyhan tentang penemuannya.

" Waw! Ini penemuan yang sangat luar biasa, sayang. Apa Ayahmu tidak mengetahui keberadaan tempat ini?" Reyhan mengetuk dagunya," Oh ayolah. Ayahmu itu arsitek yang terkenal hingga luar negara. Betapa santainya dia, hingga melewatkan hal seperti ini. Papa harus menegur Ayahmu. Beruntung ruangan ini kosong, bagaimana jika ada benda berbahaya atau mungkin mayat?" Reyhan mengomel. Zehya menatap Papanya dengan kekehan khasnya.

" Dan bagaimana jika ada ruang rahasia lain selain tempat ini? atau mungkin ada lorong rahasia yang bisa menembus suatu tempat?" Zehya menyahuti perkataan Reyhan dengan menahan tawanya. " Papa. Zehya sudah mencari hingga ke gudang belakang. Hanya ruangan ini yang letaknya tersembunyi." Mendengar perkataan Zehya. Reyhan mengangguk kecewa.

" Ah. Begitu," Reyhan berjalan ke arah atap kaca yang berada di tengah ruangan. " Hm.. nanti sore kita bisa mulai membersihkan ruangan ini. Papa akan membawa kalian pergi makan malam di luar nanti. Biar Paman Jo dan para pengawal yang akan mengerjakannya."

" Terimakasih, Papa," Zehya memeluk kaki jenjang Reyhan.

" As you wish princess..."

...****************...

Maher berlari mengejar Zehya yang membawa kabur permen lolipopnya. Sedang gadis yang berlari dengan kedua tangan menggenggam dua tusuk lolipop berukuran besar dengan tertawa.

" Hey, Adik menyebalkan! Berhenti! Kembalikan permenku!" Teriak Maher. Tapi Zehya justru memacu laju larinya.

" Wleee... Wleee... Sini ambil kalo bisa" Ledek Zehya sembari memasang ekspresi jelek dan lidah menjulur. Maher yang sudah kesal itu menjadi semakin jengkel. Kedua tangannya mengepal.

" Awas kamu! Akan aku gelitikin sampe kamu mengompol!" Ancam Maher.

" Hahaa! " Zehya terus tertawa.

Aksi kejar-kejaran mereka berlangsung lumayan lama. Para orang tua hanya mengawasi dari tempat duduk mereka di pinggir taman sembari menikmati makanan yang telah mereka beli. Sedangkan para pengawal kedua bocah itu berjaga di sekitar mereka.

Zehya yang hanya fokus berlari dan meledek Maher tidak menyadari keberadaan seorang pria yang kurang lebih seusia dengan ayah dan papanya, berjalan bergandengan dengan seorang anak lelaki berusia tujuh tahun tengah berjalan di depannya.

" Zehya Awas!" Teriakan Maher membuat Zehya menoleh kedepan. Zehya yang terkejut akan keberadaan dua sosok di depannya tidak bisa menghindar. Sehingga tubuh kecilnya menabrak anak lelaki itu dan keduanya jatuh.

" Aw!" Anak lelaki itu mengaduh karena bokongnya membentur tanah. Sedang Zehya hanya meringis karena tabrakan keras itu juga membuatnya terjatuh dengan lumayan keras.

Para pengawal segera berlari menghampiri Nona mereka dan membantu Zehya berdiri. Maher yang baru saja tiba langsung memeriksa tubuh adiknya.

" Sakit, ya?"

" Iya, disini," Zehya menunjukkan bokongnya yang terasa nut-nutan.

" Makanya jangan usil, begini kan jadinya!" Omel Maher. Zehya hanya meringis lucu.

Anak lelaki tadi juga sudah berdiri di bantu oleh lelaki yang bersamanya. Zehya mendekati bocah yang dia tabrak di temani oleh Maher.

" Tolong maafkan aku karena telah menabrakmu," Zehya meminta maaf dengan mengulurkan tangan kanannya. Bocah lelaki yang berdiri di depannya itu mengamati Zehya dengan seksama. Bocah itu menyambut uluran tangan Zehya dan berkata singkat.

" Ya."

" Terimakasih," Zehya tersenyum dengan manis. " Namaku Zehya, dan ini kakak ku Maher," Zehya memperkenalkan dirinya dan Maher pada bocah itu.

" Axcel," Lagi. Bocah bernama Axcel itu menjawab dengan singkat. Tapi Maher dan Zehya, duo bocil rusuh itu tak menghiraukan perangai Axcel yang cuek.

" Halo Axcel. Kami baru dua bulan pindah ke Australia. Apa kamu juga tinggal disini? Atau sedang berlibur?" Maher bertanya dengan ramah. Axcel menatap Maher dengan wajah masih datar.

" Rumahku tak jauh dari sini."

" Benarkah? Rumah kami juga dekat dari sini," Zehya bertanya dengan antusias. Axcel kembali menoleh pada Zehya.

" Ya. "

Belum sempat Zehya dan Maher bertanya, Syeina sudah berada di belakang mereka.

" Sayang, Ayo kita pulang. " Syeina mengelus kepala Zehya dan Maher bersamaan. Kedua bocah itu menoleh pada Syeina dan mengangguk.

" Dah, Axcel. Senang bertemu denganmu." Zehya melambaikan tangannya pada Axcel.

" Mari bermain bersama jika bertemu lagi besok." Maher menepuk pundak Axcel dengan akrab. Sedang Axcel hanya diam tanpa ekspresi.

" Hm. " Gumam Axcel yang menjadi jawaban bagi Zehya dan Maher.

" Ayo Buna." Ajak Zehya .

" Mari, kami pulang lebih dulu," Syeina berkata sopan lada lelaki yang ada di belakang Axcel. Lelaki itu menunduk hormat.

" Solahkan, Nyonya." Mendengar perkataan Lelaki tersebut Syeina menyimpulkan bahwa dia adalah pengawal bocah kecil yang bersama dengan kedua anaknya.

Rombongan Zehya dan Maher berjalan menjauh, sebelum akhirnya menghilang di belakang sebuah bangunan Cafe.

" Ada sesuatu yang anda inginkan, Tuan,? Sang pengawal bertanya pada Tuan mudanya yang hanya diam bak patung. Bocah itu menggeleng kecil dan lekas melanjutkan perjalanan mereka yang sempat tertunda.

...****************...

Pertemuan Zehya dan Axcel di taman malam itu menjadi awal pertemanan mereka. Ternyata Axcel adalah kakak kelas Zehya dan Maher di sekolah barunya. Mereka bertiga sering terlihat bersama saat istirahat dan pulang sekolah, ketika sama-sama menunggu jemputan merekan datang. Tak jarang juga mereka pulang bersama.

Axcel yang pendiam dan tidak memiliki teman karena sifatnya yang tertutup nyatanya merasa sangat nyaman bersama dengan Zehya dan Maher. Kedua teman barunya yang heboh dan banyak tingkah itu sangat menghiburnya.

Hari-Harinya yang sepi karena hanya tinggal bersama dengan papanya dan para pekerja menjadi penuh warna setelah dia berteman dengan Zehya dan Maher. Axcel yang tidak pernah merasakan kehangatan kasih sayang seorang ibu juga merasa mendapatkan sosok ibu dari Syeina.

Wanita yang sedang mengandung itu sangat seru. Dia selalu mengajak Axcel dan kedua anaknya bermain setiap Axcel berkunjung kerumah mereka. Kini Axcel bahkan lebih betah tinggal di rumah Zehya dari pada rumahnya.

Malam ini, Axcel berlari di lorong rumah sakit dengan wajah khawatir. Sang Papa yang mengikuti di belakangnya terus mengingatkan untuk berhat-hati. Lelaki yang masih memakai stelan kerjanya itu baru saja sampai di rumah ketika sang anak berlarian di teras rumah. Meminta diantar kerumah sakit.

" Adikku mau lahir, Papa!"

Orangtua mana yang tidak syok mendengarnya. Sedangkan papanya tidak mempunyai istri semenjak istrinya meninggal saat sedang melahirkan buah hati mereka.

Axcel berhenti di depan ruang bersalin. Disana Zehya dan Maher sedang duduk saling bergandengan tangan, Sedang Bagas sedari tadi hanya mondar-mandir di depan ruangan itu.

" Zehya, Maher!" Panghil Axcel. Kedua anak yang dipanggil namanya itu menoleh. Axcel menghampiri keduanya lalu duduk di samping Zehya.

" Apa adik kita belum lahir?"

" Buna sedang berjuang bersama adik di dalam." Zehya menjawab pertanyaan Axcel.

Bagas yang sedang mondar-mandir itu menghentikan langkahnya.

" Axcel, ini sudah malam. Nak, dengan siapa kamu datang?" Bagas bertanya, belum menyadari kehadiran Papanya Axcel.

" Dia datang bersamaku, Tuan." Bagas menoleh kearah suara lelaki yang berdiri di belakangnya.

" Ba~Bagas! Kau kah ini,?" Lelaki itu bertanya setelah mengenali wajah Bagas.

" Maaf, Saya tidak mengingat anda, tuan," Bagas mengamati wajah Lelaki itu. Mencari dalam memorinya, namun Bagas sama sekali tidak mengingatnya. Lelaki itu mendekati Bagas dan menepuk pundaknya.

" Ini aku, Daniel. Kakak kelasmu, putra Tunggal sekertatis ayahmu. Burhan"

Begitu Daniel; Papanya Axcel menyebut nama Burhan. Zehya dan Bagas memasang wajah datar. Daniel yang menyadari perubahan tersebut segera menghela nafas.

" Aku tahu perbuatan lelaki tua itu sangat fatal. Aku juga sangat menyayangkannya. Sungguh aku malu dengan apa yang dia lakukan pada keluargamu. " Perkataan Daniel membuat Bagas mengernyitkan alisnya.

" Tapi kau anaknya." Daniel tertawa clise.

" Aku sudah bukan putranya lagi, bye the way."

" Tapi opa Burhan jahat lo. Opa Burhan udah culik Zehya. " Mendengar perkataan Zehya, Daniel tertegun. Wajahnya sangat syok. Bagas yang menyaksikan itu kini yakin bahwa Daniel tidak memiliki keterkaitan dengan rencana jahat Burhan. Daniel juga tidak seberbahaya yang Aga takutkan.

" Sayang, Uncle sangat menyesal. Karena kamu harus mengalami hal tersebut." Daniel berkata dengan tulus. Zehya menatap Daniel dengan seksama.

" Itu bukan salah uncle kok. "

" OWEEEEK...! OWEEEEK...!" Suara tangisan bayi mengalihkan mereka semua. Bagas kembali menghadap pintu ruang bersalin. Sedang ketiga bocah berbeda usia itu berdiri dari duduknya dengan wajah sumringah. Daniel yang melihat itu semua kini mengerti. Ternyata adik yang dimaksud oleh putranya adalah anak Bagas dan istrinya.

Selang beberapa menit yang terasa berabad abad untuk mereka, akhirnya pintu berwarna putih itu terbuka, menghadirkan sosok dokter wanita yang menggendong seorang bayi yang merah di dalam gendongannya. Bagas mendekat dan memandangi bayi mungil itu.

" Selamat Tuan, Bayi lelaki anda terlahir dengan selamat."

" Syukurlah... " Bagas menitikan air matanya. " Bagaimana dengan istri saya dokter?" Lanjutnya.

" Pasien dalam keadaan yang sangat baik. Anda bisa menemuinya setelah pasien sudah dipindahkan ke kamar rawat." Bagas tersenyum penuh haru.

" Bolehkah saya menggendong bayi saya dokter? " Bagas bertanya dengan tatapan terus mengarah pada bayi lelakinya.

" Tentu, anda harus memberikan pelukan skin to skin pada bayi anda. Mari ikuti saya."

Mereka semua mengikuti dokter itu ke ruangan yang nantinya akan menjadi kamar Syeina dan bayinya. Setelah sampai disana, Dokter meminta Bagas untuk membuka semua kancing kemejanya dan meletakkan bayi lelaki yang baru lahir itu ke dalam pelukan hangat ayahnya. Bagas kembali menitikan air matanya begitu kulit tubuhnya menyentuh kulit lembut putranya.

Zehya mendekati ayahnya dan menghapus airmata ayahnya dengan tangan mungilnya.

" Terimakasih, Ayah. Berkat ayah Zehya punya adik yang lucu. " Usapan lembut dan perkataan putri sulungnya membuat hati Bagas semakin penuh. Lelaki beranak dua itu mengecup tangan putrinya dengan haru.

" Terimakasih, sayang. " Zehya mengangguk. Kini gadis kecil itu menatap adiknya dan tertidur dengan nyaman di pelukan ayahnya.

" Boleh Zehya panggil dia Teo? Matteo Alestar Zenata."

1
Titi Matul Hayati
masih ada beberapa kesalahan penulisan. tapi selebihnya baik. semangaaat
Sea
bahasanya bagus . alur nya mudah di pahami , dan karakternya jelas. saya sangat menyukai nya ...
yunacana: Terimakasih^^
kata-katamu memberikan motivasi untuk ku. ^^
total 1 replies
Sarah
Tidak sabar lanjut baca
yunacana: Setiap hari akan ada bab baru, selamat membaca/Smirk/
total 1 replies
Kazuo
Aku suka karakternya, semoga bisa jadi buku cetak!
yunacana: aamiin... terimakasih
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!