NovelToon NovelToon
Dulu Guruku, Sekarang Istriku

Dulu Guruku, Sekarang Istriku

Status: tamat
Genre:Tamat / Berondong / Nikahmuda / Cintamanis / Crazy Rich/Konglomerat / Beda Usia / Romansa
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: Grace caroline

'GURUKU ISTRIKU, SURGA DUNIAKU, DAN BIDADARI HATIKU.'

***

Dia adalah gurunya, dia adalah muridnya. Sebuah cinta terlarang yang berakar di antara halaman-halaman buku teks dan derap langkah di koridor sekolah. Empat tahun lebih mereka menyembunyikan cinta yang tak seharusnya, berjuang melawan segala rintangan yang ada. Namun, takdir, dengan segala kejutannya, mempertemukan mereka di pelaminan. Apa yang terjadi selanjutnya? Petualangan cinta mereka yang penuh risiko dan janji baru saja dimulai...

--- INI ADALAH SEASON 2 DARI NOVEL GURUKU ADALAH PACARKU ---

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Grace caroline, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 27. Princessa Aline Vidya Nanta

Waktu berlalu bagai air mengalir. Sembilan bulan kemudian, Zora merasakan gelombang sakit yang tak tertahankan. Kontraksi datang silih berganti, mencambuk tubuhnya dengan rasa nyeri. Keringat dingin membasahi dahinya. Dalam kepanikan, Papa Indra bergegas mengantarnya dan Tyas menuju rumah sakit terdekat.

Di belakang mereka, Kaesang menyusul dengan kecepatan tinggi. Tak lama, rombongan sampai di rumah sakit. Setelah memanggil perawat, Papa Indra dan yang lainnya turun, membuka pintu mobil. Para perawat datang dengan brankar, membantu Mama Zora naik.

Dengan sigap, Mama Zora dibawa menuju ruang bersalin, diikuti Tyas, Kaesang, dan Papa Indra. Sesampainya di depan ruang bersalin...

"Saya boleh masuk kan sus? Saya suaminya," kata Papa Indra, sedikit terengah-engah, tangannya mengepal erat. Wajahnya tampak cemas, takut, tapi juga penuh harap. Suster itu mengangguk cepat, membuka pintu ruang bersalin lebih lebar, "Silakan, Pak."

Di dalam ruang bersalin, suasana terasa tegang namun penuh harapan. Zora sudah terbaring di ranjang, wajahnya menunjukkan tanda-tanda ketidaknyamanan, tetapi di matanya, ada cahaya semangat untuk segera bertemu dengan buah hati yang telah ditunggu-tunggu. Tyas dan Kaesang mengamati dari luar, sementara papa Indra bergegas mendekati Zora, menggenggam tangannya erat.

"Calm down, Honey. You can do it, you can get through this all right, I'll be here," bisik papa Indra sambil menatap Zora dengan penuh kasih. Zora menjawab dengan anggukan lemah, berusaha mengumpulkan tenaga untuk menghadapi proses yang akan datang.

Beberapa suster dan dokter kandungan yang baru tiba langsung menyiapkan peralatan, sambil menjelaskan langkah selanjutnya. "Bu Zora, kita mulai latihan pernapasan ya. Ini akan membantu Anda melewati kontraksi yang lebih kuat nanti," ujar dokter kandungan sambil menunjukkan teknik pernapasan yang tepat.

Waktu berlalu, dan kontraksi mulai semakin intens. Zora merasakan sakit yang luar biasa, tetapi dukungan dari suaminya membuatnya tetap berfokus. Setiap kali kontraksi datang, ia berusaha mengingat petunjuk dokter, mengambil napas dalam-dalam dan mengeluarkannya perlahan.

Setelah beberapa jam yang penuh perjuangan, saat-saat menegangkan itu akhirnya tiba. "Bu Zora, saatnya untuk mendorong! Ambil napas dalam dan dorong sekuat tenaga," kata dokter kandungan dengan suara tenang namun tegas.

Dengan semangat yang tersisa, Zora mengumpulkan semua tenaganya. Papa Indra berada di sampingnya, tak henti-hentinya memberikan dukungan. "Kamu bisa, sayang! Satu lagi, dorong!" serunya.

Akhirnya, dengan satu dorongan terakhir yang penuh semangat, terdengar tangisan bayi yang memecah keheningan. Dokter dengan terampil membersihkan dan menggedong bayi mungil itu sebelum menyerahkannya kepada Zora. Zora tersenyum lebar, air mata kebahagiaan mengalir di pipinya. "Selamat, anak anda sudah lahir, jenis kelaminnya perempuan!"

Zora dengan hati-hati memeluk bayinya, merasakan kehangatan dan kelembutan kulit mungil itu. "Dia cantik," bisiknya dengan suara gemetar, penuh kebahagiaan. Papa Indra menunduk, mencium kening Zora dan bayinya. "Terima kasih, sayang. Kamu luar biasa," ucapnya dengan suara bergetar.

Suasana di ruang bersalin berubah menjadi haru. Tyas dan Kaesang yang tadinya mengamati dari luar, kini ikut masuk dan mendekat, wajah mereka dipenuhi dengan rasa bahagia dan kagum melihat mama Zora dan adik mereka.

"Wah, muka adiknya mirip banget sama Mama, ya plek ketiplek gitu loh, Papa nggak kebagian sama sekali. Lihat deh, Dear, hidungnya mungil, mirip banget sama hidung Mama. Pokoknya, adik ini kayak fotokopi Mama waktu masih bayi deh," kata Kaesang sambil tersenyum lebar setelah melihat wajah adik bayinya. Tyas pun ikut tersenyum, matanya juga tertuju pada adik bayinya.

"Ini adil dong? kamu sama Lingga aja nggak ada mirip-miripnya sama mama. Semuanya diambil sama papa kamu, jadi sekarang adil dong kalau adik kalian ini mirip sama mama?" tanya Mama Zora, lelah masih terlihat di wajahnya yang berkeringat. Tapi senyumnya merekah, penuh syukur.

"Eh iya, Lingga mana ya? Tadi nggak ada di rumah, kan?" tanyanya lagi, baru ingat Lingga tak ada di sana.

Papa Indra yang tadinya sedang menelpon di kejauhan langsung mendekat ke brankar tempat Mama Zora dan adik bayi berbaring. Senyumnya masih mengembang. Langkahnya cepat.

"Lingga tadi Papa suruh buat beli sesuatu gitu di luar, buat jaga-jaga kalau kamu melahirkan. Sekarang dia lagi on the way ke sini," kata Papa Indra, menjawab pertanyaan mereka tentang keberadaan Lingga.

"Ma," panggil Kaesang, matanya masih tertuju pada adik bayinya yang menurutnya sangat cantik dan imut. Senyumnya mengembang.

"Iya, Kae?" sahut Mama Zora, menoleh.

"Adiknya mau dikasih nama siapa nih? Papa sama mama udah nyiapin nama belum? Kalau belum biar aku yang kasih nama, aku udah nyiapin nama banyak kalau seumpama aku punya anak nanti," kata Kaesang, semangat sekali.

Papa dan mama Kaesang saling menatap, tersenyum dan mengangguk. Mama Zora kembali menoleh ke Kaesang. "Udah dong, ya kali mendekati melahirkan mama sama papa nggak nyiapin nama," jawabnya.

Kaesang langsung penasaran, "Terus-terus namanya siapa? Pakai marga keluarga kita?" Matanya berbinar-binar.

Mama Zora tersenyum manis, lalu menggeleng. "Enggak dong, adik kamu ini cewek loh Kae. Sementara nama marga keluarga papamu itu kan Permana. Gak cocok lah kalau marganya itu," jawabnya, alisnya sedikit menyatu. Senyumnya langsung hilang.

Kaesang mengerutkan alisnya, bingung. "Terus kalau bukan Permana, siapa?" tanyanya.

Mama Zora kembali tersenyum, senyum yang penuh kebahagiaan dan rasa syukur. Ia menjawab, "Ya pakai marga Mama dong. Atau lebih tepatnya nama belakang. Soalnya keluarga Mama nggak pakai marga kayak papa kamu," jelasnya.

Kaesang mengangguk paham. "Oh gitu, jadi nama adiknya siapa?" tanyanya, makin penasaran.

Mama Zora menoleh ke bayi yang baru saja dilahirkannya. Senyumnya masih mengembang, ia menunduk dan mencium lembut kepala mungil itu.

"Namanya Princessa Aline Vidya Nanta," jawab Mama Zora, matanya masih tertuju pada bayi kecilnya, Aline.

Kaesang terdiam sejenak, mencerna nama yang baru saja didengarnya. "Princessa Aline Vidya Nanta? Wah, bagus banget namanya, Ma. Aline, Princessa Aline Vidya Nanta," gumamnya sambil tersenyum.

"Iya, Kae. Nama itu sudah lama mama rencanakan sama papa kamu. Semoga Aline bisa tumbuh menjadi anak yang baik, cerdas, dan beruntung," ujar mama Zora, matanya berkaca-kaca.

"Aline, Princessa Aline Vidya Nanta," ulang Kaesang lagi, kali ini dengan nada yang lebih lembut. Ia mendekati brankar, merendahkan tubuhnya, menatap adik bayinya dengan penuh kekaguman.

"Aline, kamu cantik banget, dek. Semoga kamu tumbuh sehat, bahagia, dan selalu menjadi anak yang membanggakan Papa dan Mama," kata Kaesang, jari-jarinya menyentuh lembut pipi Aline.

"Amin, Kae. Aline pasti bahagia, dia kan punya kakak-kakak yang super baik kayak kamu dan Lingga," jawab mama Zora, senyumnya kembali merekah.

Tiba-tiba, pintu ruang bersalin terbuka dan Lingga masuk dengan terburu-buru. "Ma, maaf aku telat. Aku tadi nyasar di jalan," kata Lingga sambil mengusap keringat di dahinya.

"Gak papa, Ling. Yang penting kamu udah datang," jawab mama Zora.

Lingga langsung mendekati brankar, matanya tertuju pada adik bayinya. "Adikku? Adikku cantik banget, Ma," katanya dengan suara gemetar.

"Iya, Ling. Ini Princessa Aline Vidya Nanta," jawab mama Zora.

Lingga tersenyum lebar, mencium kening adiknya dengan lembut. "Hai, Aline. Aku Lingga, kakakmu. Kakak akan selalu menjagamu dan kita bermain bersama nanti," bisiknya.

Suasana di ruang bersalin semakin hangat, dipenuhi dengan kebahagiaan dan rasa syukur. Zora, Papa Indra, Tyas, Kaesang, dan Lingga berkumpul di sekitar brankar, menikmati momen indah kelahiran Aline. Mereka semua bersyukur atas kehadiran Aline, anggota baru keluarga mereka yang akan membawa keceriaan dan cinta.

Tyas, yang berdiri di samping Kaesang, akhirnya buka suara setelah sekian lama diam. "Kita harus ngerayain kelahiran Aline nih! Kita bikin pesta kecil-kecilan di rumah, gimana?" usulnya, semangat.

"Bagus itu! Kita bisa ajak teman-teman dan keluarga. Aline harus dikenalkan sama semua orang," jawab Kaesang antusias, matanya berbinar.

Papa Indra mengangguk setuju. "Iya, kita bisa buat acara syukuran. Aline pantas dapat sambutan yang meriah," katanya sambil menatap Zora dengan penuh cinta.

Mereka semua sepakat. Kehadiran Aline membawa kebahagiaan yang luar biasa bagi keluarga mereka. Kebahagiaan yang akan terus mereka jaga dan rawat bersama.

"Kalau gitu, kita harus mulai merencanakan semuanya dari sekarang," kata Tyas dengan antusias. "Kita bisa buat daftar tamu dan menyiapkan dekorasi. Apa ada tema khusus yang mau kita pakai?"

Kaesang berpikir sejenak sebelum menjawab, "Gimana kalau kita pakai tema warna pastel? Itu pasti bikin suasana jadi lebih ceria dan lembut, cocok untuk Aline yang baru lahir."

"Setuju! Aku juga bisa bantu bikin undangan," tambah Tyas dengan semangat. "Kita bisa buat undangan digital supaya lebih praktis."

Lingga yang mendengarkan, ikut menambahkan, "Dan kita bisa siapkan makanan enak untuk semua tamu! Mungkin bisa pesan dari restoran favorit kita."

Zora tersenyum melihat antusiasme anak-anaknya. "Kalian semua hebat! Mama beruntung banget punya anak-anak sebaik kalian. Aline pasti bakal bahagia banget deh, lihat perhatian dan cinta kalian semua."

Papa Indra mengangguk, "Kita akan buat hari istimewa ini menjadi kenangan yang nggak bakal dilupain Aline dan kita semua. Kita pastikan semuanya berjalan mulus, ya!"

Dengan semangat yang menggebu, mereka mulai membahas setiap detail perayaan. Dari menu makanan hingga permainan untuk anak-anak, semua orang terlibat dalam perencanaan. Suasana di ruang bersalin yang tadinya tegang kini berubah menjadi penuh canda tawa dan kebahagiaan.

Bersambung ...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!