Fitriyani Nurjannah adalah seorang guru honorer selama 15 tahun di SMA 2 namun ia tak pernah menyerah untuk memberikan dedikasi yang luar biasa untuk anak didiknya. Satu persatu masalah menerpa bu Fitri di sekolah tempat ia mengajar, apakah pada akhirnya bu Fitri akan menyerah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Serena Muna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Suami Pengertian
Malam itu, di dalam kamar tidur mereka, Fitri dan Dito duduk berdua. Suasana hening seketika setelah Junaida, ibu mertua Fitri, pulang. Perkataan Junaida tentang pilihan Fitri untuk tetap menjadi guru masih terngiang di telinga Fitri. Ia merasa sedikit sedih dan bersalah, seolah-olah ia telah melakukan kesalahan dengan memilih jalan hidupnya sendiri.
Dito, yang sedari tadi memperhatikan Fitri, tahu bahwa istrinya sedang tidak nyaman. Ia meraih tangan Fitri dan menggenggamnya erat.
"Sayang, jangan terlalu dipikirkan apa yang dikatakan Ibu tadi," ucap Dito dengan lembut.
Fitri menatap Dito dengan mata berkaca-kaca. "Tapi, Mas, Ibu benar. Gaji kamu sudah cukup untuk kita. Kenapa aku masih harus capek-capek kerja?"
Dito menghela napas. Ia sudah sering sekali mendengar Fitri mengatakan hal ini. Ia tahu bahwa Fitri merasa bersalah karena merasa tidak bisa sepenuhnya mengabdi kepada keluarga karena harus bekerja.
"Sayang, aku sudah bilang kan, aku akan selalu mendukung apa pun keputusan kamu. Menjadi guru adalah panggilan hati kamu, itu yang penting. Selama kamu tidak melupakan keluarga, aku tidak masalah," kata Dito dengan tegas.
Fitri terdiam. Ia tahu bahwa Dito selalu mendukungnya dalam segala hal. Dito adalah suami yang sangat pengertian dan penyayang.
"Tapi, Mas, aku takut anak-anak jadi kurang perhatian karena aku sibuk kerja," ujar Fitri dengan suara lirih.
"Sayang, kita bisa atur semuanya. Kita bisa untuk percaya pada anak-anak. Yang penting, kita tetap bersama mereka setiap ada kesempatan," jawab Dito.
Dito kemudian memeluk Fitri erat. Ia ingin memberikan ketenangan dan kekuatan kepada istrinya.
"Sayang, jangan pernah merasa bersalah karena mengejar mimpi kamu. Aku bangga sama kamu. Kamu adalah istri dan ibu yang luar biasa," kata Dito dengan tulus.
Fitri membalas pelukan Dito. Ia merasa sangat beruntung memiliki suami seperti Dito. Ia tahu bahwa Dito akan selalu ada untuknya, apa pun yang terjadi.
"Terima kasih, Mas. Aku sayang banget sama kamu," ucap Fitri dengan suara bergetar.
"Aku juga sayang banget sama kamu, Sayang. Sekarang, jangan dipikirkan lagi ya. Kita fokus saja pada keluarga kita dan kebahagiaan kita," kata Dito.
Fitri mengangguk. Ia merasa lebih tenang. Ia percaya bahwa ia bisa menjalani perannya sebagai seorang ibu dan seorang guru dengan baik. Ia akan berusaha sekuat tenaga untuk memberikan yang terbaik untuk keluarga dan murid-muridnya.
Malam itu, Fitri dan Dito tidur dengan perasaan lega. Mereka tahu bahwa mereka akan selalu saling mendukung dan saling mencintai, apa pun yang terjadi.
****
Hari ini, ruang guru SMA 2 terlihat lebih ramai dari biasanya. Semua guru, termasuk Fitri, telah berkumpul untuk mengikuti rapat semester genap dan persiapan ujian kelulusan kelas XII. Kepala sekolah, Pak Agus, telah hadir dan siap memimpin rapat.
"Selamat pagi, Bapak dan Ibu sekalian," sapa Pak Agus dengan suara lantang. "Terima kasih atas kehadirannya dalam rapat kita hari ini. Agenda kita hari ini adalah membahas persiapan untuk semester genap dan ujian kelulusan kelas XII."
Pak Agus kemudian menjelaskan beberapa poin penting terkait dengan persiapan semester genap. Ia menekankan pentingnya peningkatan kualitas pembelajaran dan evaluasi yang efektif.
"Saya harap, Bapak dan Ibu dapat terus berinovasi dalam metode pembelajaran agar siswa kita semakin termotivasi dan dapat hasil yang maksimal," kata Pak Agus.
Fitri menyimak penjelasan Pak Agus dengan seksama. Ia mencatat poin-poin penting yang disampaikan oleh kepala sekolah. Ia juga активно berpartisipasi dalam diskusi yang berlangsung selama rapat.
"Pak, bagaimana dengan persiapan untuk ujian kelulusan kelas XII?" tanya seorang guru.
"Untuk ujian kelulusan, kita akan mengadakan try out secara berkala dan memberikan bimbingan belajar tambahan kepada siswa. Kita juga akan bekerja sama dengan orang tua siswa untuk memastikan mereka mendapatkan dukungan yang cukup," jawab Pak Agus.
Fitri mengangguk-angguk. Ia setuju dengan rencana yang disampaikan oleh Pak Agus. Ia ingin memastikan bahwa semua siswa kelas XII memiliki persiapan yang cukup untuk menghadapi ujian kelulusan.
Rapat berlangsung dengan lancar. Semua guru memberikan kontribusi yang positif dalam pembelajaran. Pak Agus juga sangat optimis terhadap masukan dan saran dari para guru.
"Saya sangat menghargai partisipasi aktif dari Bapak dan Ibu sekalian. Saya yakin, dengan kerja sama yang baik, kita bisa mencapai tujuan kita bersama," kata Pak Agus di akhir rapat.
Setelah rapat selesai, Fitri menghampiri Pak Agus untuk menanyakan beberapa hal terkait dengan persiapan ujian kelulusan.
"Pak, saya ingin bertanya tentang jadwal try out dan bimbingan belajar tambahan untuk siswa," kata Fitri.
"Untuk jadwal try out akan kita umumkan dalam waktu dekat. Sedangkan untuk bimbingan belajar tambahan, kita akan mulai minggu depan," jawab Pak Agus.
Fitri mengucapkan terima kasih kepada Pak Agus atas penjelasannya. Ia kemudian kembali ke ruang guru untuk mempersiapkan materi pembelajaran untuk semester genap.
Ia berharap, semester genap ini akan berjalan dengan lancar dan semua siswa dapat mencapai hasil yang memuaskan. Ia juga berharap, semua siswa kelas XII dapat lulus dengan nilai yang baik dan meraih masa depan yang cerah.
****
Hari ini adalah hari Senin pertama di semester genap. Semua siswa SMA 2 sudah berkumpul di lapangan untuk melaksanakan upacara bendera. Mereka sudah berbaris rapi karena Bu Vivi berkeliling lapangan untuk memastikan tidak ada siswa yang bercanda atau barisannya tidak lurus.
Bu Vivi memang dikenal sebagai guru yang tegas dan disiplin. Ia tidak segan-segan menegur siswa yang melanggar peraturan. Tak heran jika para siswa selalu berusaha untuk tertib saat upacara bendera.
"Anak-anak, barisan yang lurus! Jangan ada yang bercanda!" teriak Bu Vivi sambil berjalan di antara barisan siswa.
Beberapa siswa yang tadinya masih bercanda langsung terdiam dan memperbaiki barisan mereka. Mereka takut jika Bu Vivi melihat mereka melanggar peraturan.
Upacara bendera pun dimulai. Semua siswa dengan khidmat mengikuti jalannya upacara. Mereka menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dengan penuh semangat.
Setelah upacara selesai, Bu Vivi masih berdiri di lapangan untuk memberikan pengarahan kepada siswa.
"Anak-anak, saya harap kalian semua bisa menjaga ketertiban dan kedisiplinan selama semester genap ini. Jangan ada lagi yang terlambat datang ke sekolah atau melanggar peraturan," kata Bu Vivi dengan suara tegas.
"Siap, Bu!" jawab semua siswa serempak.
Bu Vivi kemudian meninggalkan lapangan. Para siswa pun mulai berhamburan menuju kelas masing-masing.
"Gila, Bu Vivi serem banget ya kalau lagi marah," kata seorang siswa kepada temannya.
"Iya, makanya kita harus hati-hati kalau upacara," balas temannya.
Meskipun Bu Vivi dikenal sebagai guru yang galak, sebenarnya ia sangat peduli dengan siswa-siswanya. Ia ingin agar mereka menjadi anak-anak yang disiplin dan bertanggung jawab.
"Bu Vivi itu sebenarnya baik kok. Dia cuma ingin kita jadi lebih baik," kata seorang siswa yang lain.
"Iya, aku juga mikir gitu. Dia galak karena sayang sama kita," timpal temannya.
Para siswa pun akhirnya mengerti bahwa Bu Vivi melakukan itu semua demi kebaikan mereka. Mereka pun berjanji akan menjadi siswa yang lebih baik lagi agar tidak membuat Bu Vivi marah.