NovelToon NovelToon
Ketika Benci Menemukan Rindu

Ketika Benci Menemukan Rindu

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikah Kontrak / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:4.2k
Nilai: 5
Nama Author: Kiky Mungil

Perjodohan yang terjadi antara Kalila dan Arlen membuat persahabatan mereka renggang. Arlen melemparkan surat perjanjian kesepakatan pernikahan yang hanya akan berjalan selama satu tahun saja, dan selama itu pula Arlen akan tetap menjalin hubungan dengan kekasihnya.

Namun bagaimana jika kesalahpahaman yang selama ini diyakini akhirnya menemukan titik terangnya, apakah penyesalan Arlen mendapatkan maaf dari Kalila? Atau kah, Kalila memilih untuk tetap menyelesaikan perjanjian kesepakatan mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kiky Mungil, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 16. Bogem Mentah

"Lila!" Miska berlari menghampiri Kalila yang duduk menekuk kedua lututnya di atas kursi taman. Sebuah koper teronggok di bawah kursi taman itu. Kalila mengangkat wajahnya yang lesu, dia menatap nanar Miska yang sudah berada di depannya dengan tatapan khawatir. "Kamu kenapa?"

Satu jam yang lalu, Kalila langsung menghubungi Miska setelah Arlen memintanya untuk keluar dari unit apartemen yang sudah ditempati Kalila dalam waktu satu bulan lebih itu.

Kalila menggelengkan kepalanya, begitu banyak kata dan cerita yang ingin dia teriakkan kepada dunia, tapi yang terasa di ujung tenggorokannya hanya keinginannya untuk menangis.

"Sh*t! Si Arlen ini memang harus dibasmi!" Miska hendak berdiri, mungkin gadis tomboy itu akan mendatangi dan menghajar Arlen. Tapi, Kalila segera menahan tangan Miska, dia kembali menggeleng, yang kemudian disusul dengan derai air matanya yang tak lagi bisa dibendung.

Dengan hati yang marah kepada Arlen, tapi juga tak tega jika dia harus meninggalkan Kalila yang menangis menyedihkan di taman seorang diri dengan membawa koper, Miska terpaksa mengurungkan niatnya untuk membasmi Arlen dan memilih tetap disana, memeluk Kalila, membiarkan derai air mata Kalila membasahi jaket bermotif army-nya.

Miska tidak bertanya apa-apa, dia hanya tetap disana, diam dan membiarkan Kalila mengeluarkan semua sesak dalam dadanya.

Setelah lima belas menit berlalu, badai dalam tangisan Kalila akhirnya reda, kedua matanya benar-benar sembab dan merah.

"Tunggu di sini, aku cari minum dulu." Miska meninggalkan Kalila sementara untuk membeli sebotol air mineral. Setelah itu dia kembali dan memberikan air itu kepada Kalila. Hanya sedikit yang diminum Kalila. Wajah temannya masih sangat sendu yang menyedihkan.

"Kita ke rumahku, oke?"

Kalila mengangguk.

Dia memang tidak tahu harus kemana. Dia tidak mungkin pulang ke rumah bunda, apa lagi ke rumah besar Erina. Dia juga belum berani bercerita kepada Rafa, hanya Miska yang dia hubungi.

Miska membangunkan Mala yang tertidur di mobil begitu mereka sampai di rumah Miska. Kalila masih banyak diam. Hanya sorot matanya saja yang menggambarkan dengan jelas betapa hancur hati dan dirinya. Hingga malam menjelang, Kalila bahkan memilih untuk tetap tidur dan tidak makan.

"Apa dia seharian seperti itu?" tanya Rafa yang akhirnya dihubungi oleh Miska.

"Iya, terkadang menangis, lalu tidur. Kadang menjerit, menangis, lalu tidur."

"Apa kita perlu membawanya ke rumah sakit? Aku khawatir ada kejadian yang menyerang psikisnya." ujar Rafa dengan cemas.

"Psikis dan fisik, kurasa." Miska seperti menyadari sesuatu.

"Apa maksudmu?" Rafa mengerutkan keningnya.

"Cara berjalan Kalila sangat aneh, seperti orang kesakitan pada pahanya. Dan, kulihat lengannya seperti lebam, lehernya selalu dia tutupi dengan rambutnya. Dia seperti..."

Saat itu lah, baik Miska atau pun Rafa seolah mempunyai pikiran yang sama.

"Bajing4n! Aku akan menghabisinya!" Rafa segera berdiri dan pergi dari rumah Miska dan Miska tidak melarangnya, sejak awal begitu melihat bagaimana sorot mata Kalila yang penuh dengan luka, Miska memang sudah ingin menghabisi Arlen. Jika memang Rafa akan mewakilkannya, itu lebih bagus!

* * *

Pagi tadi, Kalila benar-benar melakukan apa yang dimintanya, dia benar-benar meninggalkan unit apartemennya. Anehnya, setelah kepergian Kalila, tempat itu menjadi jauh lebih dingin dan hampa. Arlen menghela napasnya panjang.

Sepagian ini dia selalu disuguhkan pemandangan yang membuatnya kesal. Pasalnya, salah satu stafnya baru saja kembali setelah cuti menikah selama tiga hari. Perempuan itu terlihat sangat bahagia, stafnya itu bahkan tak malu ketika para staf lagi mengolok caranya berjalan akibat hasil dari gempuran bulan madu sebagai pengantin baru.

Cara berjalannya yang aneh mengingatkannya pada cara berjalan Kalila pagi ini.

Tunggu dulu!

Kenapa cara berjalannya bisa sama seperti cara berjalan Kalila pagi ini? Arlen tersentak karena satu pikiran yang seperti mengingatkannya pada satu peristiwa.

Mimpi itu. Mimpi itu apakah nyata? Apakah sebenarnya saat itu dia bukan sedang bermimpi?

Buru-buru tanpa melepas sepatu lagi, Arlen melesat masuk ke dalam kamarnya, dia menghempaskan selimut yang masih acak-acakan di atas ranjangnya dan matanya kemudian membeliak begitu dia mendapati sesuatu di atas seprai. Sebuah bercak darah disana.

Arlen melangkah mundur, hingga kakinya terasa lemas dan dia terjatuh, semua kilasan akan kejadian yang dia pikir adalah mimpi kembali terulang. Detail yang tak terpikirkan oleh Arlen pun muncul.

Miranda, tidak akan pernah mau memakai kaos kebesaran dan celana olahraga meski pun berada di dalam rumah sendirian. Miranda pasti tidak akan menangis dan menjerit kesakitan. Tapi, perempuan itu, semuanya bertolak belakang dengan Miranda.

Jadi, dia bukan Miranda. Perempuan yang telah Arlen terobos dengan paksa itu bukan Miranda, melainkan...Kalila!

Astaga! Itu Kalila!

Kalila masuk ke dalam kamarnya untuk memberikannya bubur, tapi dia malah merenggut...

DOK! DOK! DOK!

Suara gedoran pintu menyentak Arlen hingga nyaris membuat kepalanya terbentur tembok di belakangnya.

Suara gedoran itu kembali terdengar dengan lebih tidak sabaran.

Mau tak mau Arlen bangkit seraya mengusap wajahnya yang masih penuh keterkejutan untuk membukakan siapa pun orang yang malam-malam menggedor pintu apartemennya.

BUG! Satu bogem mentah langsung mendarat pada wajah Arlen begitu pintu dia buka. Bogem yang dihadiahkan langsung oleh Rafa.

Arlen yang tidak siap tentu saja terhuyung. Rafa melangkah maju dan kembali memberikan dua bogem mentah lagi pada kanan dan kiri pipi Arlen.

"Bajing4n!" maki Rafa dengan penuh emosi yang menyala. "Kalu kamu memang ga mencintainya, kenapa harus menyakitinya?! Kenapa harus merenggut kesuciannya?! HAH?!" Rafa mencengkram kerah Arlen, menatap nyalang Arlen dengan tatapannya yang penuh api.

"Apa kamu ga ingat, kamu yang selalu melindunginya! Kamu yang selalu membelanya! Kamu yang selalu berada di pihaknya, tapi sekarang, kamu menghancurkannya hanya karena alasan tol0l! Dasar bajing4n!"

Arlen tidak melawan. Dia memang pantas dihajar habis-habisan oleh temannya itu.

"Aku ga tau apa yang sudah meracuni otak kecilmu itu, tapi seharusnya hatimu bisa membaca, ga ada wanita setulus Kalila! Jika memang dia menikahimu karena uang, itu wajar! Jika aku mempunyai uang sepertimu, aku juga akan dengan rela memberikan semuanya untuk Kalila!" Rafa masih terus berteriak di depan wajah Arlen.

"Kalau saja dia bisa memilih, dia lebih memilih untuk membantumu mendapatkan restu bersama kekasihmu itu!" Lanjut Rafa sambil mendorong Arlen hingga Arlen terjatuh.

"Lila...terpaksa menerima perjodohan itu? Bu-bukan dia yang meminta mama untuk..."

"Kamu memang benar-benar buta, Ar! Kalo memang Lila selicik itu, sudah sejak dulu dia melakukannya! Pikir!"

Arlen benar-benar syok. Apa selama ini dia telah salah menilai Kalila?

"Pernikahan kalian hanya kontrak untukmu, kan? Bagus! Cepat ceraikan dia, biar aku yang melindunginya! Akan kuganti semua yang sudah dikeluarkan Mamamu untuk Kirei!"

"Dikeluarkan Mamaku?" Arlen mengerutkan keningnya. Belum selesai dengan keterkejutan yang dia dapatkan, kini ucapan Rafa malah membuatnya semakin bingung tak karuan. "Apa maksudmu?"

"Kamu ga tau, kan? Karena kamu ga pernah kasih kesempatan Kalila untuk menjelaskan semuanya. Kamu langsung menghakiminya. Jadi, untuk apa sekarang kamu mau tau, hah?! Lupakan keingintahuanmu, kalo kamu ga mengurus perceraian kalian secepatnya, biar aku yang urus untuk Kalila! Siapkan saja tanganmu untuk menandatangani surat perceraian kalian!" Setelah itu Rafa memilih untuk pergi begitu saja, keluar dari unit apartemen Arlen, meninggalkan pria itu yang masih terduduk di atas lantai dengan sejuta pertanyaan yang mengisi setiap sel di dalam otaknya.

Hanya satu cara untuk mencari tahu apa yang dimaksdu Rafa.

Arlen buru-buru mengeluarkan ponselnya, satu nomor segera dia hubungi.

"Ya, Tuan?"

"Cari tau tentang dana yang ditranfer Mama ke Kalila. Untuk apa dana itu diberikan."

.

.

.

Bersambung.

1
Kiky Mungil
Yuk bisa yuk kasih like, komen, dan ratingnya untuk author biar tetep semangat update walaupun hidup lagi lelah lelahnya 😁

terima kasih ya yang udah baca, udah like karya aku, semoga kisah kali ini bisa menghibur teman-teman semuanya ❤️❤️❤️

Saranghae 🫰🏻🫰🏻🫰🏻
Ana Natalia
mengapa selagi seru2nya membaca terputus ceritanya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!