Warning.!!! 21+
Anindirra seorang single parent. Terikat perjanjian dengan seorang pria yang membelinya. Anin harus melayaninya di tempat tidur sebagai imbalan uang yang telah di terimanya.
Dirgantara Damar Wijaya pria beristri. Pemilik perusahaan ternama. Pria kesepian yang membutuhkan wanita sebagai pelampiasannya menyalurkan hasratnya.
Hubungan yang di awali saling membutuhkan akankah berakhir dengan cinta??
Baca terus kisah Anindirra dan Dirgantara yaa 🤗🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon non esee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 09
Sudah seminggu dari hari dimana Alea menjalani operasi jantung. Alea juga sudah di pindahkan ke ruangan VVIP.
Ruangan yang lebih luas dan nyaman. Tentunya dengan fasilitas terbaik di dalamnya.
Alea masih dalam pantauan Dokter Hendra. Dan belum di ijinkan pulang sampai kondisinyanya benar-benar pulih. Bu Rahma selalu setia mendampingi Alea cucu kesayangannya.
Begitupun dengan Anin. Ia masih pulang pergi dari rumah sakit ke kantor seperti biasanya. Hari-hari yang di laluinya tidak berubah. Tak banyak pertanyaan dari Bu Rahma soal biaya. Yang ia tau Anin mendapatkan pinjaman dan fasilitas mewah dari perusahaan tempatnya bekerja.
Sudah seminggu ini pula dari terakhir pertemuan mereka di hotel xx. Anin belum bertemu kembali dengan pria yang sudah mulai masuk ke dalam pikirannya. Entah kenapa hatinya merasa kehilangan.
Sesekali memeriksa ponselnya berharap ada kabar lewat pesan ataw telfon masuk. Menekuk wajahnya sesekali mendesah resah.
"Ahh, kenapa aku memikirkan dia? Dia saja belum tentu mengingat ku. Ohh... Sadarlah Anin. Kamu hanya wanita yang di belinya! Jangan berharap lebih!" Anin bergumam pelan.
Ia merebahkan kepalanya di meja dekat komputer. Hingga tepukan sedikit kencang di pundaknya membuat ia terjengkit kaget.
"Dewi!... Buat aku kaget saja."
"Makanya jangan bengong terus. Mikirin apaan sihh? serius bener mikirnya?" Dewi bertanya sambil nyengkir.
"Lagi galau ya? Apa lagi jatuh cinta?" Dewi tertawa menggodanya.
"Ishh... Apaan sih." Rona merah memancar di wajah Anin. Ia tersenyum tipis menanggapinya.
"Kamu kali yang lagi jatuh cinta sama cowok dari divisi pemasaran. Ya kan?" Anin balik menggoda Dewi dan mengalihkan pembicaraan.
"Kamu tau aja sih." Dewi nampak malu-malu kucing.
"Kantin yuukk... Udah laper banget nih!" Dewi menarik tangan Anin menuju kantin.
*
*
Di lain tempat.
Di landasan udara Bandara Soekarno-Hatta. Sebuah pesawat jet pribadi baru mendarat dengan sempurna. Tampak pria tampan berkaca mata hitam melangkah gagah menuruni undakan tangga pesawat satu persatu.
Kemeja putih dengan di balut jas mahal yang menempel di tubuhnya sudah mampu menunjukkan kalau dia bukan orang biasa. Auranya sebagai pemimpin terlihat jelas. Dan menambah daya tariknya. Membuat siapa saja takjub memandangnya. Apa lagi untuk para kaum hawa.
Dirgantara Wijaya dengan di dampingi asisstennya Bayu Lesman. Dirga dan Bayu baru saja pulang dari perjalanan bisnisnya selama seminggu. Beberapa pria berseragam hitam mengawal mereka berjalan keluar dari dalam gedung menuju parkiran. Dimana sang supir sudah menunggunya satu jam sebelum pesawat jet milik mendarat.
"Selamat datang Tuan." Pak Dadang sedikit membungkuk, membukakan pintu mobil dan mempersilahkan tuannya untuk masuk. Dirga duduk di kursi penumpang. Sedangkan Bayu duduk di kursi depan sebelah kiri di samping kemudi.
Pak Dadang memutari mobil menyusul masuk ke dalam duduk di kursi kemudi. Menghidupkan mesin mengendarai mobil mewah milik Dirga.
Senyum simpul nampak jelas di sudut bibir Dirga. Ia memandangi foto wanita yang selama seminggu ini ia tinggalkan. Sosok wanita yang ia ikat dengan sebuah perjanjian. Tanpa ia sadari wanita itu mampu mengacaukan pikirannya. Ia merindukannya.
"Ah sial!!" memikirkannya saja sudah membuat naga ku terbangun." Dirga berguman pelan.
"Anda tidak apa-apa Tuan? Apa ada masalah?" Bayu bertanya saat mendengar gumaman pelan Dirga.
"Tidak. Aku baik-baik saja." Dirga menjawab dengan menarik napas meredam hasratnya yang tiba-tiba bangkit.
Setelah malam dimana ia berhasil membawanya terbang ke nirwana. Keesokan harinya Dirga dan Bayu langsung terbang ke Eropa.
Karna jadwal yang begitu padat selama berada di sana. Dirga tidak sempat menghubunginya. Hanya memantau kegiatan yang di lakukannya melalui ponsel. Menerima laporan yang di kirimkan oleh orang suruhannya.
Dering telfon ponsel milik Bayu berbunyi. Tanda ada panggilan masuk. Di lihatnya nama dari salah satu asisten rumah tangga yang bekerja di rumah Dirga menghubunginya. Bayu segera menerima panggilannya karna pasti ada sesuatu yang terjadi.
"Halo." terdengar suara panik dari Bik Asih.
"Ya, Bik. Ada masalah apa?"
"Pak Bayu, Nyonya Ratna mengamuk lagi. Saya harus bagaimana? Saya tidak berani menghubungi Tuan."
"Ya, Bik. Saya akan segera menyampaikannya." Bayu langsung memutus pangilan.
"Tuan seperti biasa Nyonya mengamuk lagi. Apa tidak sebaiknya Tuan pulang dulu?" Bayu memberikan saran kepada Dirga. Karna Bayu sangat hapal. Kalau Ratna sudah mengamuk tidak ada yang bisa meredamnya selain kepulangan Dirga.
Hampir satu bulan ini Dirga tidak pulang ke rumahnya. Hubungannya yang semakin memburuk. Membuat ia nyaman berada di luar rumah. Selain itu, ia sedang di sibukkan dengan proyek baru. Salah satunya berada di Negara Eropa.
Selain menghandle masalah di perusahaan. Bayu juga setia saat harus menyelesaikan dan mengurusi masalah di rumahnya.
Dirga terdiam. Tak ada jawaban yang keluar dari mulutnya. Dia sudah bosan dan merasa jengah kalau sudah di hadapkan dengan masalah pribadi yang berurusan dengan Ratna. Seperti bom waktu yang sudah siap meledak. Jiwanya lelah. Dan ia ingin segera melepasnya.
*
*
Tujuh tahun yang lalu.
Hari itu, dimana hari anniversarynya yang ke 5 tahun. Dirga sudah menyiapkan kalung berlian yang sudah di pesannya dari semingu sebelumnya. Wajahnya terus tersenyum mewakili hatinya yang sedang bahagia. Dirga bahkan sudah mereservasi tempat di salah satu restoran untuk makan malam romantis dengan istrinya.
Di usia pernikahan yang sudah menginjak 5 tahun, Dirga berencana ingin segera memiliki momongan. Menginggat selama mereka berhubungan Dirga selalu menggunakan pengaman atas permintaan Istrinya. Dengan alasan belum siap dan agar Dirga lebih fokus mengembangkan perusahaannya.
Dirga merasa sudah cukup waktunya untuk menunda kehamilan. Ia sudah sangat merindukan hadirnya seorang anak. Perusahaan yang di kelolanya pun sudah mulai bangkit dan berkembang.
Hari yang seharusnya membuat ia bahagia berubah menjadi hari yang kelam saat Bayu tiba-tiba menerobos masuk ke dalam ruang kerjanya. Menyampaikan kabar kalau Ratna Diyanti istrinya mengalami kecelelakaan tunggal di ruas tol. Jakarta – Bandung.
****
Bersambung❤️
karna saya sadar diri..
saya ga bisa nulis cerpen..
hee