Aqila Prameswari dan Qaila Prameswari adalah saudari kembar yang lahir dari pasangan suami istri Bayu Sucipto dan Anggi Yulia. Dua gadis cantik nan ramah ini menjadi buah bibir di sekolahnya, SMK Binusa, seakan tiap laki-laki memimpikan kedekatan dengannya.
Namun, walaupun penampilan mereka begitu sama, bak pinang dibelah dua, ada satu hal yang membedakan mereka: sifat mereka. Qaila Prameswari, adik kembar Aqila, memiliki karakter yang sangat berbeda dari kakaknya.
Bagai langit dan bumi, perbedaan sifat antara Aqila dan Qaila menjadi satu fenomena menarik di kalangan teman-teman sekolah mereka. Sementara Aqila dikenal sebagai sosok yang hangat dan penuh semangat, Qaila memiliki pesona misterius yang mengundang rasa penasaran dan takjub sekaligus.
Aqila, seorang gadis cantik yang telah memiliki kekasih, yaitu seorang mahasiswa di universitas terkemuka di kotanya. Sementara itu, Qaila - sang adik kembar, sama sekali tak tertarik berpacaran dan bahkan tak memiliki teman laki-laki.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puji Lestari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 16
"Gue kira lo udah nyerah!" Sinis Aksa menatap tajam Gavi.
"Gak usah banyak bacot!" balas Gavi datar.
"Ekhem! Gue denger-denger lo udah putus sama Aqila? Berarti, gue udah boleh nih, nikung secara ugal-ugalan?" ucap Aksa sambil tertawa jahat.
Gavi menatap tajam Aksa, dadanya memanas mendengar kalimat menjijikkan itu keluar dari mulut sang saingan.
"Gue gak akan biarin lo deketin dia, brengsek!" marah Gavi.
"Ck! Gue gak peduli!" balas Aksa, langsung menutup helmnya.
Suara riuh dan penonton yang bertepuk tangan membuat arena balapan malam itu semakin ramai. Gavi mulai menyalakan motornya, tatapan tajamnya mengarah ke garis finis.
Satu!
Dua!
Tiga!
"Mulai!"
Gavi melajukan motornya dengan sangat kencang, begitu juga dengan Aksa. Keduanya berpacu untuk mencapai garis finis secepat mungkin. Dalam percikan adrenaline dan kecepatan yang membelah angin, pikiran Gavi tiba-tiba teringat pada Aqila. Apakah ia akan bisa melindungi Aqila dari rayuan Aksa jika dirinya tak berhasil menang dalam balapan ini?
Gavi mencengkram erat stang nya, semakin yakin bahwa ia harus meraih kemenangan, bukan hanya untuk dirinya, tetapi juga untuk Aqila. 'Kau tidak akan ku biarkan menang, Aksa!' desis Gavi dalam hati, semakin meningkatkan kecepatan motornya menuju garis finis dan perasaan kemenangan.
Aksa dengan tersenyum miring menarik gas nya semakin mentok, membuat motornya melaju semakin kencang dan membalap motor milik gavi.
Gavi yang sadar pun, segera menambah kecepatan motornya. Dan saat ini motor milik gavi berada di belakang moto aksa.
" Sial!" Geram aksa melihat gavi yang sudah berada di belakang nya.
Aksa dengan pikiran licik nya pun, menendang motor gavi dengan kaki nya. Membuat motor itu seketika oleng tapi tak sampai jatuh.
" Brengsek!" Pekik gavi.
Dengan cepat gavi kembali fokus melajukan motornya dan langsung menyalip motor aksa, garis finis sudah ada di depan mata, membuat gavi tersenyum miring .
" Arghhhh!" Teriak aksa tak terima kalah dari gavi.
Gavi pun turun dari atas motornya dan segera membuka helm nya.
" Gue menang!" Ujar gavi tersenyum miring kearah aksa.
" Karena gue menang, sebagai hadiah nya gue gak butuh hadiah utama nya. Gue cuma minta jangan sekali kali lo deketin aqila!!" Ucap gavi menatap tajam aksa.
" Kenapa? Kalo putus ya putus aja kali." Balas aksa terkekeh, membuat gavi emosi.
" Gue udah suka sama dia dari lama, dan sekarang agk ada yang bisa ngatur ngatur gue buat deketin aqila." Ucap aksa.
Gavi mengeras kan rahangnya mendengar ucapan aksa, tangannya terkepal kuat dan detik berikut nya gavi melayangkan tinju nya ke wajah aksa.
BUGHH!
" Brengsek!" Pekik aksa memegangi bibir nya yang berdarah.
" Jangan macem macem sama aqila!" Ucap gavi mencengkram erat kerah jaket aksa.
" Lo siapa ngatur ngatur gue, hah!" Balas aksa mencengkram erat kerah jaket gavi.
Keduanya pun saling tatap, tatapan tajam yang saling menusuk. Ezar yang berdiri tak jauh dari gavi pun langsung mendekat dan melerai gavi dan aksa.
" Gav, udah!" Ucap ezar, menarik gavi.
" Dia mau kurang ajar zar, sama qila." Ucap gavi menatap aksa tajam.
" Lo itu udah bukan siapa siapa nya aqila, jadi lo gak ada hak buat ngelarang dia mau deket sama siapa." Balas aksa, membuat gavi kembali melayangkan tinju ke wajah aksa.
BUGHH
BUGHH
BUGHH
" Gav, stop!" Ezar menarik paksa gavi dari atas tubuh ezar.
" Dan lo sa, lo udah kalah. Gak usah cari perkara lagi." Ucap ezar menatap dingin aksa.
Cuih!
" Gue gak bakal nyerah gitu aja!" Ucap aksa terkekeh sinis menatap gavi dan ezar.
" Gav, udah lah, ayok cabut." Ucap ezar langsung menarik tangan gavi agar pergi dari sana.
Di markas, gavi langsung menyandarkan tubuh nya sofa.
Emosi nya masih sangat tinggi saat ini, ezar, marko dan dmaian pun hanya bisa membiarkan gavi seperti itu tanpa mengajak bicara.
" Zar gue butuh bantuan lo." Ucap gavi menatap ezar.
" Apa?" Tanya ezar.
" Tolong awasin aksa, jangan sampe dia nekat deketin qila. Gue tau dia itu cuma mau tubuh qila aja karena penasaran." Jelas gavi.
" Gav, mau sampe kapan lo kaya gini. Kalo lo belum bisa move on dari qila dan lo gak bisa ngehargain istri lo mending lo mundur gav." Ujar ezar.
" Cepat atau lambat, semua orang bakalan tau kalo aqila itu punya saudara kembar."
" Gue gak bisa terus terusan mantau qila, begitu juga mantau aksa. Kita gak pernah tau apa yang bakal di lakuin aksa kalo dia ketemu qaila dan dia ngira itu aqila."
" Keadaan nya bakal lebih parah lagi."
" Lo gak bisa milih dua dua nya gav, lo harus milih salah satu dari mereka berdua." Ucap ezar panjang lebar.
Gavi mengusap wajah nya kasar, yang di bilang ezar ada benarnya. Kalo aksa sampai bertemu qaila dan mengira itu aqila juga akan sangat berbahaya.
"Anjing!" Ucap gavi, membuat ezar, marko dan damian langsung menatap gavi yang tampak kacau keadaan nya.
"Mending lo pulang gav, lo juga butuh istirahat." Unar marko.
" Iyaa, gak enak juga kan keluar malem lama lama sama istri lo." Cicit damian.
Seketika pikiran gavi melayangkan kepada qaila, bahkan sejak pagi dirinya belum bertemu dengan wanita itu.
" Gue cabut duluan!" Pamit gavi.
Di apartemen nya, qaila sedang menyelesaikan beberapa gambar desain yang akan ia ajukan sebagai syarat lomba desain yang akan ia ikuti.
Gadis cantik itu, memiliki cita cita sebagai seorang desainer. Kemampuan menggambar qaila yang dapat di bilang sangat bagus itu membuat qaila mendapatkan dukungan dari kedua orang tua nya waktu itu.
" Akhir nya selesai." Gumam qaila menatap puas hasil karyanya.
Besok pagi pagi sekali qaila harus mengantarkan hasil desainnya, lomba desain kali ini hadiah nya sangat besar membuat qaila begitu tertarik untuk mengikuti nya.
Selain hadiahnya yang besar, qaila juga dapat berkesempatan untuk di kontrak menjadi salah satu desainer termuda dan qaila juga bisa melanjutkan kuliah impian nya dari hasil uang lomba tersebut.
Tak ingin besok pagi terlambat, qaila pun langsung menyiapkan segala berkas lainnya dan membereskan semua barang barang nya.
" Qai?" Panggil gavi yang baru saja pulang.
Qaila membalikkan badannya dan menatap gavi sekilas, detik berikutnya qaila kembali melanjutkan kesibukan nya.
" Lo marah sama gue?" Tanya gavi mendekati qaila.
" Qai, jawab!" Ucap gavi saat qaila sama sekali tak merespon nya.
" Apa si gav, gue lagi sibuk!" Balas qaila dengan malas .
" Lo marah sama gue?" Tanya gavi sekali lagi.
" Gue, marah? Marah kenapa?" Tanya qaila menatap gavi datar.
" Semalam gue mabuk, sorry." Ujar gavi.
" Bukan urusan gue gav! Terserah lo mau ngapain juga." Balas qaila kembali merapikan kertas kertas milik nya.
" Gue bener bener minta maaf qai." Ucap gavi sambil membalikkan tubuh qaila agar menatap nya.
" Stop gav! Gue muak!" Ucap qaila dengan mata berkaca kaca.
" Kali ini aja, biarin hidup gue tenang." Mohon qaila sambil menangkupkan kedua tangannya di depan dadanya.
" Gue gak akan ikut campur dalam urusan pribadi lo, tapi biarin gue hidup tenang, urusan lo itu ya urusan lo jangan bawa bawa gue." Ucap qaila dengan frustasi.