NovelToon NovelToon
Cintamu Membalut Lukaku

Cintamu Membalut Lukaku

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Kelahiran kembali menjadi kuat / Romansa
Popularitas:1.9k
Nilai: 5
Nama Author: achamout

Sejak kehilangan ayahnya, Aqila Safira Wijaya hidup dalam penderitaan di bawah tekanan ibu dan saudara tirinya. Luka hatinya semakin dalam saat kekasihnya, Daniel Ricardo Vano, mengkhianatinya.

Hingga suatu hari, Alvano Raffael Mahendra hadir membawa harapan baru. Atas permintaan ayahnya, Dimas Rasyid Mahendra, yang ingin menepati janji sahabatnya, Hendra Wijaya, Alvano menikahi Aqila. Pernikahan ini menjadi awal dari perjalanan yang penuh cobaan—dari bayang-bayang masa lalu Aqila hingga ancaman orang ketiga.

Namun, di tengah badai, Alvano menjadi pelindung yang membalut luka Aqila dengan cinta. Akankah cinta mereka cukup kuat untuk menghadapi semua ujian?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon achamout, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 16 Cemburu?

Pagi itu, Aqila berdiri di depan cermin kamar sambil menyisir rambut panjangnya yang masih sedikit basah. Ia mematut diri, memastikan penampilannya rapi. Ia mengenakan blus sederhana dengan celana kulot yang nyaman, tampak santai namun tetap manis.

"Kak Vano, kita mau ke mana?" tanyanya sambil menoleh ke arah Alvano yang duduk di kasur, asyik dengan ponselnya.

Alvano menoleh dan tersenyum kecil. "Kita mau belanja, Qila. Cari bahan dapur buat isi kulkas. Biar ada yang bisa dimasak dan dimakan," jawabnya sambil memasukkan ponselnya ke saku.

Tak lama, Aqila sudah selesai berkemas. Ia berdiri di depan Alvano, tersenyum malu-malu. "Ayo, Kak. Kita pergi sekarang," ujarnya dengan nada antusias.

Alvano bangkit, tersenyum sambil mengusap kepala Aqila dengan lembut. "Ayo, cantik."

Aqila yang dipanggil begitu, merasakan pipinya memanas seketika.

Di dalam mobil, suasana terasa nyaman. Alvano mengemudi dengan santai, sesekali melirik ke arah istrinya yang sibuk memandangi jalanan di luar jendela. Tiba-tiba ia berkata, "Oh iya, Qila, kita mampir dulu ke kantor, ya. Aku mau ambil beberapa berkas penting."

"iya kak Vano." Aqila mengangguk.

Sesampainya di kantor, Alvano turun dan membuka pintu untuk Aqila. Ia menggandeng tangan istrinya dengan lembut sambil berkata, "Ayo masuk! " ucapnya pada Aqila.

Begitu masuk ke dalam gedung, mata Aqila membesar. Ia tertegun melihat kantor yang megah dengan desain modern. "Ini kantor Kak Vano?" tanyanya penuh kagum.

"Iya, Qila," jawab Alvano singkat sambil tersenyum melihat ekspresi istrinya.

"Besar banget.." gumam Aqila pelan, matanya masih terpaku pada ruangan luas dengan aktivitas karyawan yang terlihat profesional.

Saat berjalan melewati beberapa karyawan, Aqila merasa gugup. Ia sadar bahwa hampir semua orang memperhatikannya. Ia langsung menundukkan kepala, merasa tidak nyaman.

Alvano yang peka menangkap kegugupan Aqila. Ia berbisik lembut, "Jangan nunduk gitu, Qila," sambil mengangkat dagu istrinya dengan lembut.

"Aku takut, Kak," jawab Aqila pelan, nyaris berbisik.

"Takut kenapa?" tanya Alvano saat mereka masuk ke dalam lift.

"Mereka semua liatin aku.."

Alvano tertawa kecil. "Mereka liatin kamu karena belum pernah lihat kamu ke sini. Kamu nggak usah takut, mereka cuma penasaran aja," ucapnya menenangkan.

Begitu pintu lift terbuka, mereka berjalan ke ruangan kerja Alvano.Dan saat sampai diruangan milik suaminya, Aqila tertegun. Ruangan itu besar, dengan meja kerja elegan dan jendela besar yang menghadap ke pemandangan kota.

"Ini ruang kerja Kak Vano?" tanya Aqila, masih dengan nada kagum.

"Iya," jawab Alvano sambil berjalan menuju mejanya. Ia mengambil berkas yang dibutuhkan dan memeriksa sebentar sebelum menoleh ke arah Aqila. “Udah, yuk kita pergi lagi,” ajaknya sambil tersenyum.

Saat mereka hendak meninggalkan kantor, seorang pria menghampiri mereka.

"Eh Vano, mau kemana? " tanya pria tersebut, menghampiri Aqila dan Alvano yang hendak beranjak beranjak keluar dari pintu kantor.

Alvano dan Aqila menoleh. " Gue mau pulang Ka, kenapa? " jawab Alvano saat menyadari yang memanggilnya barusan adalah Raka.

"Loh cepat banget Van? Lo nggak ada kerjaan? Dan ada Aqila juga, Hai Qila! masih ingat aku kan? " tanya Raka tersenyum Ramah pada Aqila.

"Hai juga Kak Raka, Aku masih ingat Kakak kok" Balas Aqila yang juga ikut tersenyum.

"Tumben lo bawa Bu Bos kesini Van? Mau pamer ya..? " goda Raka menaik turunkan alisnya.

"Bu Bos? " tanya Aqila dengan kening berkerut.

"Iya.. Bu Bos, "

"Bu Bos, Siapa kak Raka? " tanya Aqila bingung.

"Kamu Aqila, Kamu kan istrinya Vano, jadi kamu Bu Bos disini, " jelas Raka geleng-geleng kepala karna tingkah lugu Aqila yang kebingungan.

"A-aku? " tanya Aqila gugup.

"Iya.. Qila. "

Alvano yang melihat raut gugup di wajah istrinya terkekeh pelan. Aqila benar-benar polos. "Udah lah Ka, jangan bilang begitu. istri gue jadi bingung " Ucap Alvano mengusap lembut puncak kepala Aqila.

Aqila yang mendengar itu hanya menunduk malu-malu, sampai ia kembali merasa risih dengan tatapan orang orang kantor yang berlalu lalang menatapnya. mereka sangat penasaran siapa gadis yang sedang bersama Bos mereka. kenapa ia bisa dekat dengan Alvano dan Raka, yang merupakan pemimpin perusahaan.

Alvano yang menyadari raut wajah tidak nyaman dari Aqila segera mengenggam erat tangan gadis itu, berikutnya ia menoleh kembali pada Raka. "Ka," ucap Alvano terus menatap karyawan disekitarnya. Raka pun mengikuti Arah pandang Alvano.

Detik berikutnya, Raka tersenyum. "Gue ngerti van," ucapnya pelan.

"Lo tau kan harus gimana? Gue buru-buru jadi nggak sempat urus mereka," ucap Alvano lagi.

"Iya Van, Gue tau. Biar gue yang urus," ucap Raka santai.

Aqila yang tak mengerti percakapan mereka hanya diam mendengarkan. " Yaudah, Gue sama Aqila pergi dulu. Lo jaga kantor dengan baik! pastiin semuanya bekerja dengan benar" Ucap Alvano sebelum beranjak pergi dari kantor. ia menarik Aqila dan membawa berjalan menuju pintu keluar.

🌸🌸🌸🌸

Setelah tiba di supermarket, Aqila dan Alvano berjalan beriringan dengan troli belanja yang didorong oleh Alvano. Suasana supermarket cukup ramai, dengan berbagai orang sibuk memilih kebutuhan mereka.

"Kita perlu beli apa aja, Qila?" tanya Alvano sambil melirik semua bahan-bahan yang ada di supermarket.

“Sayur, bumbu dapur, telur, daging, dan susu, Kak,” jawab Aqila sambil tersenyum kecil.

Mereka mulai berjalan ke bagian sayur. Aqila memilih beberapa tomat, cabai, dan bawang, sementara Alvano mengawasi sambil memasukkannya ke troli. Kemudian mereka menuju ke bagian daging dan produk susu, membeli keperluan dapur lainnya.

Saat melewati bagian makanan ringan, langkah Aqila terhenti di depan lemari pendingin berisi es krim. Matanya berbinar melihat berbagai pilihan es krim warna-warni di dalamnya. Namun, ia menghela napas pelan dan segera mengalihkan pandangan, tidak berani mengambil satu pun.

Alvano yang memperhatikan itu tersenyum kecil. Ia mendekati Aqila dan bertanya, "Kamu mau es krim, Qila?”

Aqila langsung menggeleng dengan cepat. "Nggak, Kak. Semua barang belanjaannya udah cukup kan Kak? Sekarang ayo kita pulang," ujarnya, berusaha mengalihkan perhatian.

Namun, Alvano menahan lengannya. "Kalau kamu mau es krim, ambil aja, Qila. Aku nggak akan ngelarang."

Aqila menunduk malu. "Tapi, Kak, aku nggak punya uang.." jawabnya pelan.

Alvano terkekeh, lalu menatap Aqila dengan tatapan lembut. "Terus aku ini siapa, Qila? Aku ini suami kamu. Kalau Kamu belanja ya aku yang bayarin."

Aqila tersenyum kecil. “Iya, tapi kan kita ke sini buat belanja bahan dapur, bukan buat beli es krim.”

Alvano kembali tertawa, lalu menyentuh ujung hidung Aqila dengan jari telunjuknya. "Hei, kalau kamu mau, ambil aja. Aku nggak akan marah." Ia benar-benar tak habis pikir dengan sikap Aqila.

Aqila menggeleng cepat."Nggak, Kak. Aku nggak mau bikin Kakak boros."

Alvano menghela napas sambil tersenyum. Ia mendekat lebih dekat, hingga suara bicaranya hanya terdengar oleh Aqila.

"Qila, Kamu nggak usah khawatir soal uang. Masa cuma untuk beli eskrim aja aku bakalan boros. Lagi pula siapa lagi yang bakalan habisin uang aku kalau bukan kamu? Aku kan kerja buat kamu, " ucap Alvano pelan. Ia mencubit pelan pipi Aqila karna merasa sangat gemas.

Aqila tertawa kecil, namun rona merah di pipinya semakin terlihat. "Mmm.. Kak Vano ini.."

"Udah, pilih es krim yang kamu suka," ujar Alvano sambil membuka pintu lemari pendingin.

Setelah ragu beberapa detik, Aqila akhirnya memilih satu cup es krim cokelat. Alvano mengambil lima lagi, lalu memasukkannya ke kedalam troli belanjaan, " untuk stok dirumah. Biar kamu puas," katanya sambil tersenyum menggoda.

Aqila yang melihat itu, menunduk dan tersenyum malu-malu.

Mereka berjalan menuju kasir. Saat giliran mereka tiba, Alvano menyerahkan barang-barang belanjaan ke pelayan kasir, yang kebetulan seorang pria muda. Pelayan Kasir itu bekerja dengan cepat, namun pandangannya sempat tertahan pada Aqila.

Pelayan kasir menghitung barang belanjaan Aqila dan Alvano dengan cepat. Alvano mengambil dompetnya dan membayar sesuai angka yang tertera di layar kasir. Setelah transaksi selesai, ia meraih dua kantong belanjaan mereka dengan tangan cekatan.

Sambil menunggu uang kembalian, Alvano mengeluarkan satu cup es krim dari salah satu kantong belanjaan dan menyerahkannya kepada Aqila. "Ini buat kamu. Makan aja sekarang, takutnya kamu udah ngiler dari tadi," ucapnya dengan nada bercanda, disertai senyuman menggoda.

Aqila tertawa kecil, menerima es krim itu dengan senang hati. "Makasih, Kak, es krimnya," katanya sambil mulai membuka cup es krim tersebut. Ia segera mencicipinya, menikmati setiap gigitan dengan ekspresi puas yang terpancar dari wajahnya.

Pelayan kasir, yang diam-diam memperhatikan, tak bisa menahan senyum. Ia menyerahkan uang kembalian kepada Aqila dengan ramah. "Ini kembaliannya, Mbak," ucapnya sambil terus menatap Aqila yang sedang asyik menikmati es krim.

"Terima kasih, Mas," balas Aqila sopan.

Si pelayan kasir tersenyum lebar. "Sama-sama, Mbak cantik. Pasti Mbak ini adiknya Mas, ya? Cocok banget. Kakaknya tampan, adeknya cantik," tambahnya, nada suaranya terdengar tulus.

Seketika wajah Alvano berubah masam. la seketika menarik tangan Aqila dan menggenggamnya erat.

"Dia bukan adik saya," ucapnya dengan nada tegas. "Dia istri saya."

Pelayan kasir itu tersenyum canggung. "Oh, maaf, Mas. Saya kira ini adiknya, Soalnya panggilannya pakai Kak, jadi saya kira.. "

"Cukup," potong Alvano dingin. Ia beralih menatap Aqila lembut. "Ayo, sayang. Kita pulang. Aku udah lapar," lanjutnya sambil menarik Aqila keluar dari supermarket, meninggalkan pelayan kasir laki-laki itu yang masih kikuk.

1
hesti_winarni25
semangat berkaya kak
Achamout: Terima kasih kakak😊
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!