Kejadian malam itu membuatku hampir gila. Dia mengira kalau aku adalah seorang jal*ng. Dia merebut bagian yang paling berharga dalam hidupku. Dan ternyata setelah aku tau siapa pria malam itu, aku tidak bisa berkata-kata.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Heyydee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34
Pukul 4 sore, Bu Ellen kembali datang untuk mengajariku lagi. Naura tampak menyambutnya dengan hangat. Naura sangat senang saat Ellen datang menemaninya belajar dan membantu menyelesaikan tugas kampus juga skripsinya yang masih belum selesai.
"Bu, Naura boleh tanya sesuatu gak?" tanya Naura.
"Boleh," jawab Ellen.
"Bu Ellen udah punya kekasih belum sih?" tanya Naura.
"Hmmm.....belum," jawabnya.
"Belum? Beneran Bu? Perempuan secantik ibu belum punya?" Naura tak percaya.
"Iya, saya memang belum punya," tegas Ellen.
"Emangnya ibu gak mau cari pacar kah?" tanya Naura.
"Masih banyak urusan lain yang lebih penting ketimbang mencari pacar atau pendamping. Lagian jodoh udah ada yang ngatur dan kalau sekarang mungkin jodoh saya memang belum ada," ucap Ellen.
"Hmm.......iya juga sih," ucap Naura.
"Kamu sendiri udah punya pacar?" tanya Ellen.
"Waktu itu pernah punya tapi sekarang udah putus," ucap Naura.
"Kenapa bisa putus?" tahta Ellen.
"Karena kami kurang cocok satu sama lain dan pada akhirnya saya lebih memilih mundur Bu," ucap Naura.
"Semoga kamu dapat pengganti yang lebih baik dari pria itu ya," ucap Ellen.
"Iya Bu makasih," jawabku.
Waktu mulai gelap dan Naura sudah menyelesaikannya dibantu dengan Bu Ellen.
"Kalau begitu saya permisi pulang ya," ucap Ellen.
"Iya Bu,"
Ellen keluar dan berhenti sejenak di depan pintu. Ia kembali melihat ke arah Naura yang sedang merapikan beberapa buku yang ada di meja.
"Sebenarnya aku masih penasaran dengan gadis itu. Karena setauku Revandra hanya punya abang dan tidak punya adik perempuan?" batin Ellen bertanya-tanya.
Ellen segera keluar dari sana dan segera meninggalkan rumah besar Revandra sebelum ia bertemu kembali dengannya.
Naura masuk ke dalam kamarnya lalu meregangkan seluruh tubuhnya yang terasa kaku karena sejak tadi ia duduk saja.
"Huh, untung aja ada Bu Ellen yang bisa di andelin! Kalau enggak, mungkin gue gak bakal bisa lulus dari kampus," ucap Naura.
"Laper juga karena dari tadi kebanyakan belajar terus," ucap Naura.
Naura pergi keluar kamar menuju meja makan untuk makan malam. Para pelayan tampak sudah menyajikan berbagai makanan di atas meja untuk makan malam.
"Hmm, aku gak selera! Aku mau yang lain," ucapku saat melihat makanan yang sabar enak tapi tidak menyelerakan.
"Aku mau makan bakso," ucapku kangen dengan bakso.
"Huh, malah di dekat sini gak ada yang jualan bakso? Giman dong? Aku lagi kepeng n banget nih," ucapku yang tengah mengidam bakso.
"Apa aku keluar aja ya buat nyari bakso? Tapi kayaknya aku gak bakalan di kasih keluar deh," aku bingung harus apa untuk mendapatkan bakso.
Naura hanya melihat makanannya saja tanpa mau menyentuhnya sedikitpun.
"Nona, kenapa anda tidak makan? Apakah anda sedang menunggu tuan Revandra?" tanya pelayan.
"Enggak kok bi. Naura lagi gak selera makan," ucapku.
Naura pergi keluar untuk menghirup udara malam yang dingin. Ia melihat sekeliling yang di penuhi dengan anak buah Revandra yang tengah berjaga dengan tatapan datar.
"Si Revandra kok gak pulang-pulang ya? Apa dia lagi sibuk? Atau malah gak balik ke rumah?" tanyaku heran.
"Tapi bodoh amatlah! Mau dia pulang atau enggak emangnya apa urusannya sama aku? Seharusnya aku senang kalau dia gak pulang," ucapku.
"Huh, aku laper banget! Aku mau bakso," ucapku sangat menginginkan bakso.
Naura pun duduk di depan pintu sambil menyenderkan kepalanya di pintu. Lalu gerbang terbuka dan sorot lampu mobil menyorot dengan sangat terang membuatku kesilauan.
Revandra baru saja tiba dan ia segera keluar dari dalamnya. Dengan pakaian yang masih tertata rapi, ia melangkah mendekati Naura yang tengah duduk di depan pintu.
"Apa yang kau lakukan disini? Kenapa malah duduk di bawah?" tanya Revandra.
Naura mendongak ke atas untuk melihat Revandra.
"Revandra, cari bakso yuk!" ajakku.
"Bakso?"
"Aku lagi mau makan bakso," rengek Naura.
"Ayolah Rev," Naura menarik-narik celananya.
Revandra membantuku berdiri dan dia merapikan rambutku yang tampak sedikit berantakan.
"Baiklah, jangan merengek seperti anak kecil begitu," ucap Revandra.
"Ayo kita cari sekarang," ucap Revandra.
Aku tersenyum dan merasa senang dengan jawabannya.
"Makasih ya," aku langsung memeluk Revandra.
Merasakan pelukan dariku, Revandra hanya bisa tersenyum manis. Aku baru tersadar dengan apa yang ku lakukan dan langsung melepaskan pelukan itu.
"Eh maaf, aku cuma-
"Ayo pergi sekarang karena hari sudah semakin larut," ucap Revandra.
Aku mengangguk senang dan kami pun pergi untuk cari bakso.
Setelah berkeliling, akhirnya kami menemukan tukang bakso di pinggir jalan.
"Kamu yakin mau disini?" tanya Revandra.
Aku hanya mengangguk dan langsung keluar untuk beli bakso lalu diikuti dengan Revandra.
"Rev, kamu mau gak baksonya?" tanyaku.
"Tidak,"
"Oh yaudah kalau gak mau,"
"Bang baksonya satu ya di bungkus aja," ucapku.
"Iya mbak," tukang bakso langsung menyiapkan baksonya untuk Naura.
Tak butuh waktu lama, bakso pun selesai dan langsung di berikan kepadaku.
"Berapa bang?" tanyaku.
"15 ribu aja mbak,"
Saat aku akan membayarnya, Revandra lebih dulu mengeluarkan uang dan dia yang membayarnya.
"Ini, kembaliannya untuk kamu saja," Revandra memberikan uang seratus.
Tukang bakso sangat berterima kasih pada kami. Setelahnya kami kembali ke rumah karena aku tidak sabar untuk menyantap baksonya.
Saat tiba di depan rumah, aku langsung masuk kedalam sembari berlari menuju ruangan makan dan langsung memakan bakso itu.
Keesokan harinya, aku kembali masuk ke kampus seperti biasanya dan di antar oleh anak buahnya.