Karena kesalah pahaman Satria harus menikahi cewek yang masih duduk di bangku kuliah bahkan masih satu fakultas dengannya.
Lalu apa yang terjadi pada satria selanjutnya?
wajib baca sampai end !
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Taurus girls, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18
Eria mengulum bibirnya lalu menggembungkan kedua pipi.
"Ini Pa teme---"
"Pa!" Eria melotot karena Papa mengambil hapenya.
Raut wajah papa berubah drastis saat menatap layar hapenya.
"Jadi kamu masih berhubungan sama dia? Bukannya tadi sudah papa peringati untuk tidak pacaran dulu!"
Papa marah karena Eria tidak patuh padanya.
"Tapi Pa aku--"
"Assalamualaikum. Ada apa kamu menelfon anak saya?!"
Ucap papa menerima panggilan dari Satria.
Dilantai balkon.
Satria meneguk ludah, sangat tidak menyangka jika papa Eria yang menerima panggilan darinya.
Tangan satunya mengepal, takut salah ucap dan gagal jadi calon mantu diesok hari.
"Waalaikumsalam. Om, Eria ada nggak?"
"Tidak perlu basa-basi katakan saja apa maksud dari kamu menelfon anak saya"
Ucap papa galak.
Dan ya, sebelum Satria mengutarakan maksudnya menelfon Eria, papa sudah banyak memberikan ultimatum pada Satria.
Dan Satria yang tidak mau memiliki kesan buruk terhadap papa Eria memilih diam saja, sampai akhirnya Papa Eria menyudahi ultimatumnya.
Eria pun sama, dia juga mendapat banyak kecaman dari Papanya.
Mau tidak mau Eria pun mengiyakan tidak mau membuat Papa semakin marah dan berakhir memaksanya untuk kuliah di kampung.
Malam hari.
Sesuai yang direncanakan oleh Ricky dan Bunda, keduanya sudah siap sudah rapi untuk datang ke kost Eria guna melamarnya.
Dengan perasaan yang tak menentu Ricky tidak sabar menunggu Bunda yang sedang mengunci pintu rumah.
"Ya Allah, Ricky! Sebentar bunda lagi kunci pintu"
Bunda sedikit teriak karena Ricky memanggilnya tak sabaran.
Setelah selesai mengunci pintu Bunda segera menuju mobil yang sudah terparkir didepan rumah. Ricky sudah siap didalam sana bahkan sejak 15 menit yang lalu.
Entah apa yang dilakukan Ricky didalam sana.
Setelah Bunda duduk dengan nyaman disampingnya, Ricky pun segera melajukan mobil menuju kost dimana Eria berada.
Kediaman Paksa.
Semua orang sedang makan malam bersama dimeja makan. Suasana tampak hening karena sejak dulu peraturan saat makan dikeluarga ini adalah tidak boleh bicara kecuali ada hal yang penting dan serius.
Terlihat semua anggota keluarga makan dengan lahap terkecuali Satria.
Sejak tadi makanan yang ada dihadapannya belum ia cicipi sama sekali. Hanya ia aduk-aduk tanpa minat untuk dimakan.
"Zo, mama mau bicara"
Seru Sera saat Zo beranjak Zo sudah selesai makan.
Zo menghela kembali duduk dikursinya.
"Bicara apa sih Ma? Zo ada tugas besok harus dikumpulin"
Ucap Zo malas mengambil hp dikantong baju.
"Gimana ujiannya kamu bisa?"
"Bisa"
"Kapan pengambilan raportnya?"
"Besok"
"Siswa atau orang tua yang mengambil?"
"Orang tua"
Klu-tang!
Semua orang terlonjak, semua orang menatap pada Satria yang menjatuhkan sendok diatas piring. Satria mengundurkan kursi dan pergi dari meja makan.
"Satria kenapa?"
Papa Viktor bertanya pada Mama sambil menyeka mulutnya papa Victor baru selesai makan.
"Nggak tahu pa. Abang kenapa Zo?"
Mama Sera bertanya pada Zo lalu menatap piring Satria yang masih penuh dengan makanan.
"Nggak tahu"
Mama Sera menghela memikirkan sekiranya apa yang membuat Satria seperti sedang tidak baik-baik saja.
Zo melirik mama.
"Tanyanya udah kan Mah? Zo mau kekamar ada tugas"
Mama Sera mengangguk.
Dengan senang hati Zo beranjak sambil memainkan hp-nya.
"Zo!" Panggil Sera.
Membuat Zo yang sudah ada diundakan tangga menghentikan langkahnya. Menatap mama dimeja makan.
"Ngerjain tugasnya yang benar jangan bikin Mama malu"
"Iya. Zo berusaha semampunya biar nggak bikin papa mama malu"
Jawab Zo dengan malas lalu melanjutkan langkahnya menuju kamar.
Sesampainya dikamar Zo menjatuhkan bobot diatas tempat tidur. Ia memikirkan kata-kata mama, dari dulu sampai sekarang mama dan Papanya selalu menekan untuk mendapat nilai yang bagus.
Dan Zo nggak suka itu.
Hah.
"Coba aja mama sama papa ngertiin gue. Sekali aja nggak menekan gue untuk dapat nilai yang bagus gue pasti nggak merasa tertekan kayak gini"
Ya, itulah sifat Mama Sera dan papa Victor mereka selalu menekan kedua anaknya untuk mendapat nilai yang bagus.
Tanpa mereka ketahui dari dulu Satria dan Zo sangat lah tertekan.
Akhirnya Zo lebih memilih untuk mengerjakan tugasnya daripada memikirkan perkataan Mama yang justru membuatnya lebih pusing.
Sementara itu.
Didalam kamar Satria memegang hpnya memutar-mutarnya untuk menghilangkan gelisah.
Selain mendapat ultimatum dari Papanya Eria, Satria merasa ada sesuatu yang mengganjal didalam hatinya ada rasa ingin menghampiri Eria dikostnya saat ini juga.
Satria mengacak rambutnya sungguh kali ini hatinya tak menentu.
"Gue kenapa sih? dari tadi rasanya pengen banget pergi nemuin Eria, tapi gue takut aja kalau Papanya Eria berakhir bawa Eria balik kampung"
Satria kali ini benar-benar bingung. Haruskah menuruti kemauan calon mertua haruskah menuruti isi hatinya.
Satria berpikir.
Menimang-nimang isi hatinya merasakannya lebih dalam lagi. Ingin patuh pada keinginan papa Eria atau mendengarkan isi hatinya yang ingin sekali menemui Eria.
"Gue nggak bisa bohongin perasaan ini. Gue harus nemuin Eria sekarang juga gue nggak peduli nanti Papanya Eria akan marah sama gue yang penting gue bisa ketemu sama Eria"
Setelah beberapa menit berpikir akhirnya Satria memutuskan untuk pergi kekost Eria. Satria pergi menggunakan hoodie warna hitam dan celana jeans sobek-sobek kesukaannya.
🛐🛐🛐🛐
Mobil milik Ricky berhenti didepan kost yang Eria tempati. Bunda Ocha turun dari mobil siap untuk menuruti kemauan Putra satu-satunya yaitu melamar gadis yang bernama Eria.
"Assalamualaikum!"
Bunda Ocha mengetuk pintu kost dan Ricky berdiri di sisinya.
Papa yang sedang mengomel pada anak gadisnya mengatupkan bibir segera membuka pintu.
"Waalaikumsalam"
Jawab papa judes mengira jika yang datang adalah Satria.
Tapi papa merasa malu karena yang datang bukan Satria melainkan dua orang yang belum pernah Papa temui selama tinggal dikost ini.
"Eh maaf saya pikir--"
"Tidak apa-apa Pak" jawab Bunda Ocha.
Lalu melirik Ricky yang diam saja disampingnya.
Ricky yang paham pun menetralisir jantung hatinya menyusun kata supaya tak salah ucap.
"Maaf bapak ini siapanya Eria?"
"Saya Papanya. Ayo silahkan masuk bicaranya didalam saja supaya nyaman"
"Terima kasih Pak"
Ricky dan bunda masuk duduk dikursi setelah dipersilahkan oleh tuan rumah.
"Jadi begini Pak, Bu. Maksud dari kedatangan kami kesini adalah ingin mengutarakan niat baik putra saya. Ricky ingin melamar Eria"
Glu-dag!
"Eria apa maksudnya ini?" Ibu menatap putrinya dengan serius.
Eria yang tidak tahu apa-apa tentu saja kaget dan merasa syok dengan kedatangan Kak Ricky dan bundanya.
Apa tadi?
Melamar?
"Maaf sebelumnya Bunda, Kak Ricky, ibu, papa. Eria sama kak Ricky nggak punya hubungan apa-apa"
si eria kok gitu apa beneran nggak ada rasa sayang buat satria secara kan mereka suami istri.
eria /Angry//Angry/
erianya baru bangun tidur nyenyak.
/Proud//Proud/
jadi pingin tahu reaksi eria pas tahu satria yang keadaannya kaya gitu.
semangat ya up nya.
kalo boleh minta nanti double up ya thor. bila perlu triple up sekalian deh.
hihihi
jangan lama lama ya bang ngambeknya. jangan lebih dari tiga hari.