NovelToon NovelToon
PENGHIANATAN SANG ADIK

PENGHIANATAN SANG ADIK

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Mengubah Takdir / Pelakor jahat
Popularitas:6.5k
Nilai: 5
Nama Author: Ristha Aristha

Ariana harus menerima pukulan terberat dalam hidupnya, ketika suaminya ketahuan selingkuh dengan adiknya. Siapa yang mengira, berkas yang tertinggal suatu pagi membawa Ariana menemukan kejam suatu perselingkuhan itu.
Berbekal sakit hati yang dalam, Ariana memutuskan untuk pergi dari rumah. Namun dibalik itu, dia secara diam-diam mengurus perceraian dan merencanakan balas dendam.

Apakah Ariana berhasil menjalankan misi balas dendamny??

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ristha Aristha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

ISI AMPLOP YANG PAPA BERIKAN

Langkahku tiba-tiba memelan saat hampir tiba di depan pintu kamar. Amplop coklat yang diberikan Papa masih tergeletak disana, seolah menungguku dengan sabar. Dengan hati-hati aku melangkah mendekat, lali merendahkan badan dan meraihnya, sekumpulan luka yang terbalut rapi di dalam sana.

Dadaku kembali sesak, merasakan betapa beratnya udara yang mengisi paru-paruku.

Aku bisa dengar dengan jelas, jika Papa bilang ada kenang-kenangan terakhir ibu, wanita yang telah melahirkan ku. Meski aku tidak pernah membayangkannya akan berwujud seperti apa.

Tanpa sadar airmataku turun, membasahi pipi yang sudah lembab. Amplop coklat yang sudah kusut semakin kuremas, seakan-akan bisa meredakan perih di hatiku. Membayangkan apa yang ada di dalam sudah cukup membuatku lemas.

"Kenapa harus sekarang?" Gumamku lirih, suaraku bergetar diantara isak yang tertahan.

Tak mau terus larut dalam sakit yang nyata, aku buru-buru mengusap airmata di pipi, kemudian bergegas masuk kedalam kamar dan meletakkan amplop yang belum di buka keatas nakas samping rak sepatu. Hati masih diliputi kesedihan dan keraguan, aku berdiri terdiam menatap amplop itu, menimbang-nimbang apa yang harus kulakukan.

Sesaat aku berhenti, menatap ragu pada amplop itu. Namun setelah mempertimbangkan sebentar, aku memutuskan untuk membiarkan saja. "Mungkin besok", pikirku. "Aku buka Nenda tak penting itu". Namun, didalam hati kecilku, aku tau bahwa aku tidak akan pernah bisa melepaskan begitu saja apa yang tersimpan didalam sana.

Dengan napas berat, aku berbaring di ranjang, mencoba mengusir bayangan masalalu yang terus menghantui. "Semua akan baik-baik saja", kataku pada diri sendiri, meskipun aku tau itu hanyalah harapan kosong ditengah lautan kenangan yang membanjiriku.

Amplop itu dengan segala misteri yang menyelimutinya, tetap disana. Dan aku tau pada akhirnya, aku harus menghadapi kenyataan yang ada di dalamnya. Tapi bukan Sekarang, mungkin besok, atau lusa, atau kapanpun aku siap untuk membuka kembali luka yang telah lama terkubur.

...****************...

Mataku masih terpejam, tapi kesadaran ku sudah penuh sejak tadi. Aku tidak mau bangun, meski yakin ini sudah pagi. Jika bisa, biarkan kesadaran ku hilang sebentar lagi, melenyapkan ingatan-ingatan yang menganggu meski hanya sekejap.

Setiap detik, detak jarum jam yang menggantung di dinding terdengar jelas di telingaku. Seperti melodi dengan ritme tenang, namun irama monoton itu bukannya menenangkan, malah semakin memperparah kegelisahan ku.

"Padahal sekarang aku pengangguran, aku gak perlu bangun pagi-pagi", keluhku, suara sumbang menyertai rasa frustasi yang menggerogoti. "Tapi kenapa aku malah gak bisa tidur?"

Selimut yang tadi masih menutupi badan, ku tendang kuat-kuat. Rasa kesal yang memuncak, seolah ingin meledak dari dalam dada. Aku hanya ingin tidur atau pingsan sekalian, setidaknya beban di pundakku bisa dilupakan.

Namun nyatanya, otakku justru berputar, menggali-gali bagian terkecil dari masalah yang ingin aku buang.

"Apa ini hukuman karena aku terlalu banyak bermimpi?" Pikirku pahit. "Atau karena aku terlalu takut menghadapi kenyataan?"

Merasa frustasi karena aku tidak bisa tidur lagi, aku akhirnya menyerah. Aku membuka mata dan melirik jam digital pada ponsel yang sengaja aku letakkan di samping ranjang.

"Masih jam tujuh, aku mau tidur dan bangun jam enam sore", pekikku memarahi diri sendiri.

Dengan hati yang berat, aku bangkit dari tempat tidur, menyeret langkah ke arah jendela dan membuka tirainya. Sinar matahari pagi yang lembut menyambut ku, namun tidak membawa kehangatan yang ku harapkan. Hanya ada kekosongan yang semakin dalam di dalam diriku.

"Kehidupan ini... Begitu ironis", gumamku pelan. "Saat aku punya waktu, aku malah terjebak dalam lingkaran kegelisahan yang gak ada ujungnya ".

Ketika keputusasaan terus menyeruak, tiba-tiba aku teringat dengan amplop yang di letakkan begitu saja di ruang depan. Amplop coklat itu, seperti bayangan gelap yang terus menghantui pikiranku. Mungkin jika aku membuangnya, segala kepahitan ini bisa hilang?

Dengan keputusan implusif, aku bergegas menuju ruang depan. Benar saja, benda menyedihkan itu masih ada disana, tergeletak tanpa daya diatas meja. Pandanganku terkunci dalam amplop itu, dan perasaan campur aduk mulai menguasai pikiranku.

"Siapa yang butuh kenang-kenangan kayak gini?" Gumamku sambil mengangkat amplop coklat itu. Suaraku terdengar getir, mencerminkan kebencian yang tidak bisa dijelaskan sepenuhnya.

Perlahan, aku menggesernya kearah tempat sampah si seberang rak sepatu. Langkahku terasa berat, seperti ada beban yang tak terlihat menghalangi. Setiap detik yang berlalu seperti berjam-jam. Padahal tinggal membuangnya, tapi mengapa terasa berat?

Tanganku gemetar saat aku mendekatkan amplop itu ke bibir sampah. Mataku terpaku pada amplop, seolah-olah ada magnet tak terlihat yang menarikku kembali. "Kenapa aku gak bisa?" Bisikku pada diri sendiri, frustasi.

Rasa penasaran yang tak tertahankan mulai merayapi pikiranku. Apa sebenarnya yang ada di dalam amplop ini? Mengapa Papa memberikannya padaku sekarang, setelah sekian lama?

Dengan napas berat, aku menarik kembali amplop itu dari bibir tempat sampah. "Mungkin aku harus tau isinya", gumamku, setengah yakin, setengah ragu. Amplop itu dengan segala lukanya, kini kembali kembali di tanganku, menanti untuk di ungkap.

Namun saat aku masih berdiri mematung dilahap keraguan, tiba-tiba ada seseorang memencet bel pintu. Awalnya aku ingin mengabaikannya, tapi setelah tiga kali, tidak mungkin jika aku tidak keluar dan memeriksanya.

"Sebentar", teriakku dari balik pintu. Ketika aku membukanya, Kenzi sudah berdiri disana. "Kenzi?"

Kulihat Kenzi tersenyum di balik bibirnya yang masih sedikit pucat. "Apa saya menganggu waktu, Bu Riana?"

Aku membeku sebentar, mencoba mencerna Kenzi yang semalam masih terbaring di rumah sakit, sekarang... Dia berdiri di depanku. "Kamu kok bisa disini?"

Kenzi sedikit memiringkan kepalanya. "Karena saya juga tinggal disini ", katanya.

"Maksudku, bukannya kamu harus istirahat? Kenapa datang kesini?"

"Ah, itu". Kenzi tiba-tiba mengeluarkan sesuatu, sebuah kantong berisi makanan dari restoran terkenal jika dilihat dari Merk yang terpampang. "Mama bilang, suruh kasih ini ke Bu Riana. Ibu belum sarapan, kan?"

Aku menggeleng, namun segera merevisi setengah panik.

"Ah, aku nggak biasa sarapan. Kamu bisa makan itu". Aku mengatakan itu agar Kenzi tidak perlu repot-repot, tapi dari yang kulihat, wajah anak itu justru terlihat murung.

"Oke, masuk", sambung ku cepat-cepat. "Kita bisa makan bareng didalam".

Seketika, senyum cerah bisa aku lihat diwajah Kenzi. kemudian, aku berbalik, memberikan isyarat agar anak itu ikut masuk mengekor di belakangku.

"Taruh sepatu kamu disini", ucapku sambil menunjuk rak sepatu.

Kenzi menurut dan langsung melepaskan sepatunya. Namun ketika dia berpegangan pada nakas disamping rak sepatu, tidak sengaja tangannya menyenggol amplop yang masih tergeletak disana.

Saat itu juga, amplop yang sudah sedikit terbuka, jatuh ke lantai dengan isi yang berserakan tak terduga.

Aku mematung, sedangkan Kenzi langsung meminta maaf dengan panik. Namun yang membuatku bergeming bukan karena amplop yang disenggol, tapi sebuah surat dan foto yang terpampang jelas.

Tanganku mendadak gemetar. Pelan, aku mengambil benda berserakan yang keluar dari amplop itu. Ketika membaca satu kalimat teratas, dadaku kembali sesak. Airmata seketika turun dengan deras.

Aku menangis, meremas dada yang tiba-tiba terasa sakit. Di depanku, aku bisa merasakan kepanikan Kenzi yang semakin menjadi.

"Bu Riana , ada apa?" Tanyanya di ulang, namun tidak aku hiraukan karena kadung tertutup tangis yang menggelegar.

Hingga tiba-tiba, aku merasa Kenzi memelukku. Mendekap tubuhku ke dadanya yang lumayan bidang. Bukan hanya itu, dia bahkan mengelus rambutku dengan lembut. Seolah-olah memberikan ketenangan meski tanpa ucapan.

Sedangkan aku sendiri, hanya bisa menangis, meraung-raung di dalam pelukan Kenzi.

1
Kasih Bonda
next thor semangat
Kasih Bonda
next thor semangat.
Kasih Bonda
next thor semangat
Kasih Bonda
next thor semangat.
Kasih Bonda
next thor semangat
Kasih Bonda
next thor semangat.
Kasih Bonda
next thor semangat
Ma Em
Ada apa dgn papanya Riana mungkinkah Riana mau dijodohkan !
Kasih Bonda
next thor semangat.
Kasih Bonda
next thor semangat
Ma Em
Sabar Riana semoga kamu segera mendapatkan pekerjaan yg baik juga atasan yg baik juga yg bisa menghormati dan melindungi seorang wanita dari orang2 yg mau melecehkannya dan segera dapat pengganti Dimas.
Ma Em
makanya Riana kamu jgn lemah lawan Ayuna dan ibunya yg selalu menghina dan merendahkan mu Riana kalau kamu diam Ayuna dan ibunya makin menjadi tambah berani dia dan jgn dituruti kemauan mereka lebih baik cari kebahagiaanmu sendiri Riana tinggalkan orang2 yg tdk tau diri itu.
Kasih Bonda
next thor semangat
Ma Em
Semangat Riana kamu jgn patah semangat semoga kamu bisa melewati cobaan dgn legowo dan cepat lepaskan Dimas biarkan dia dgn Ayunda untuk apa Riana pertahankan lelaki mokondo yg cuma morotin uang kamu Riana, semoga Riana cepat move on dan aku berharap sih Riana berjodoh dgn Kenzi meskipun umurnya lbh muda dari Riana.
Ma Em
Bagus thor ceritanya aku langsung suka apalagi cerita perselingkuhan yg si istri yg diselingkuhin tdk bodoh dan berani melawan pada si suami dan pelakor .
Kasih Bonda
next thor semangat.
Kasih Bonda
next thor semangat
Kasih Bonda
next thor semangat.
Kasih Bonda
next thor semangat
Kasih Bonda
next thor semangat.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!