NovelToon NovelToon
Ibu Kos Ku

Ibu Kos Ku

Status: sedang berlangsung
Genre:Berondong / Lari Saat Hamil / Dikelilingi wanita cantik / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Diam-Diam Cinta
Popularitas:6.6k
Nilai: 5
Nama Author: Aak ganz

roni, seorang pemuda tampan dari desa terpencil memutuskan untuk merantau ke kota besar demi melanjutkan pendidikannya.

dengan semangat dan tekat yang kuat iya menjelajahi kota yang sama sekali asing baginya untuk mencari tempat tinggal yang sesuai. setelah berbagai usaha dia menemukan sebuah kos sederhana yang di kelola oleh seorang janda muda.

sang pemilik kos seorang wanita penuh pesona dengan keanggunan yang memancar, dia mulai tertarik terhadap roni dari pesona dan keramahan alaminya, kehidupan di kos itupun lebih dari sekedar rutinitas, ketika hubungan mereka perlahan berkembang di luar batasan antara pemilik dan penyewa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aak ganz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

28

Setelah membeli pakaian, mereka pun lanjut menuju ke kampung halaman Mbak Maya.

"Sudah sampai, ini adalah kampungku," ujar Mbak Maya.

"Baiklah, tolong hentikan mobilnya di sini, kami akan jalan kaki," perintah Rocky kepada sopirnya, dan mobil pun dihentikan di dekat sawah pinggir jalan.

Mbak Maya dan Rocky mulai turun dari mobil. Terlihat Rocky sudah mengganti bajunya dengan kaos biasa yang tadi dibelinya di pasar.

"Kamu lebih baik pulang saja. Kamu pasti banyak kerjaan, tidak usah merepotkan diri segala ikut masuk," kata Mbak Maya mencoba melarang Rocky ikut, tapi Rocky tetap bersikeras untuk ikut.

Mbak Maya hanya bisa menghela napas sambil diikuti oleh Rocky.

Sopirnya yang melihat itu hanya menggelengkan kepala. Dia tahu betul kalau tuannya menyukai wanita itu, karena ini adalah kali pertama seperti ini.

Mbak Maya masuk ke dalam kampungnya diikuti oleh Rocky yang berjalan di sampingnya. Rocky mencoba merebut koper Mbak Maya untuk membawakannya, tapi Mbak Maya menolak.

"Hai, lihat apa itu? Maya! Astaga, benar itu Maya. Dia semakin seksi dan cantik," kata pemuda di sana yang berkumpul di sebuah warung di jalan menuju rumah Mbak Maya.

Semua orang melihat ke arah Mbak Maya. Tatapan mereka fokus ke bokong besar Mbak Maya.

"Dulu bodinya tidak seindah sekarang, tapi lihat  yang bersamanya... suaminya?"

"Sepertinya iya."

Para pemuda itu mulai bergosip dan penasaran.

Rumah Mbak Maya semakin dekat, dan di situlah Rocky langsung dikerumuni oleh banyak gadis desa. Karena ketampanan Rocky, mereka tidak tahan untuk tidak menyapanya. Mereka malah tidak peduli apakah Rocky suami Mbak Maya atau bukan.

"Inilah kenapa aku tidak ingin kamu ikut. Untungnya bukan Roni yang mereka kerumuni," gumam Mbak Maya sambil melihat Rocky dikerumuni para gadis dan janda-janda.

"Abang tampan, ayo ke sini! Kenapa lari?" ujar para wanita itu sambil mengejar Rocky.

Rocky berlari dan bersembunyi di belakang tubuh Mbak Maya.

"Sudah aku katakan kan? Kamu sih nggak mau mendengar. Rasakan saja," kata Mbak Maya tanpa peduli pada Rocky.

"Astaga, mereka seperti tidak pernah melihat pemuda tampan saja," pikir Rocky. Seketika sifat dinginnya sebagai seorang mafia hilang. Andaikan saja bukan karena di dekat Mbak Maya, mungkin dia sudah mendorong dan menampar mereka hingga kapok.

Tok... tok...

Mbak Maya mulai mengetuk pintu rumahnya. Dia melihat rumahnya sedikit berubah. Ya, dulu rumah ini hanya gubuk kecil waktu Mbak Maya masih tinggal di sini, tapi sekarang sudah benar-benar berubah karena Mbak Maya juga sering mengirim uang kepada orang tuanya untuk membangun rumah yang lebih layak untuk mereka.

"Siapa?" kata seseorang dari dalam. Sepertinya ibunya Mbak Maya.

"Aku pulang, Ma," jawab Mbak Maya dari luar.

Mendengar suara putrinya, ibunya dengan segera membuka pintu.

"Maya... Astaga, ini beneran kamu, kan? Kenapa nggak kasih tahu ibu kalau kamu pulang, sayang?" kata ibunya yang bernama Aisyah sambil memeluk Mbak Maya dengan sangat erat. Air matanya tidak bisa dia tahan hingga menetes saking bahagianya.

"Aku sengaja tidak memberitahu ibu karena Maya mau memberikan ibu kejutan," kata Mbak Maya sambil membalas pelukan ibunya.

"Lihat kamu sekarang, Maya! Kamu cantik dan sehat. Mama jadi sedikit tenang sekarang. Tiap hari, tiap malam memikirkanmu," ucap ibunya setelah melepas pelukannya, lalu menatap tubuh putrinya dari atas sampai bawah.

"Ibu bisa aja. Oh ya, mana Bapak?" tanya Mbak Maya menanyakan soal bapaknya.

"Bapakmu mungkin masih di sawah, sayang. Biasa, seginian dia selalu di sana. Oh ya, dia siapa? Apakah pacarmu?" bisik ibunya saat menyadari ternyata putrinya tidak sendirian dan melihat pemuda tampan di belakangnya.

"Bukan, Ma. Dia hanya teman biasa," jawab Mbak Maya.

"Beneran? Tapi dia boleh juga, loh. Cocok sekali denganmu," kata ibunya lagi.

"Hai, Nak. Maaf, saya saking bahagianya melihat putri saya pulang sampai tidak melihat Anda," kata ibunya Mbak Maya menyapa Rocky yang hanya berdiri diam memperhatikan mereka.

"Tidak apa-apa, Tante, hehe," ucap Rocky sopan sambil tersenyum.

"Ayo, silakan masuk. Ajak temanmu masuk, Maya. Ibu akan buatkan teh," kata ibunya Mbak Maya sambil masuk ke dalam untuk membuatkan minuman untuk Rocky.

Maya pun mengajak Rocky masuk ke dalam rumahnya. Sedangkan di luar sana, sudah mulai banyak yang menggosipkan kepulangan Mbak Maya. Banyak yang mengira kalau Mbak Maya pasti menikah di kota dan yang bersamanya adalah suaminya.

Saat Mbak Maya masuk ke dalam kamarnya membawa koper untuk dirapikan, ibunya datang menghampiri Rocky yang sendirian. Dia terlihat penasaran soal hubungan putrinya dengan Rocky.

"Ini, Den, tehnya. Oh ya, boleh tahu apa Anda punya hubungan dengan putri saya?" tanya Aisyah.

Mendengar pertanyaan itu, Rocky mengira kalau ibunya Mbak Maya pasti mengira Mbak Maya berselingkuh dengannya. Karena setahu Rocky, Mbak Maya sudah menikah. Dia pun langsung menjawab,

"Bukan, Tante. Kami hanya teman saja."

"Owalah, tak kira kalian pacaran. Sudah lama soalnya saya tidak mendengar putri saya pacaran. Di sini, seumuran dia sudah pada menikah. Saya awalnya berharap dia pulang membawa calon," kata Aisyah.

"Apakah dia tidak mengetahui suami Maya? Kok ibunya tidak mengetahui soal dia sudah menikah? Apa jangan-jangan Maya berbohong kalau dia sudah menikah denganku? Tapi saat ini dia sedang hamil..." pikir Rocky.

"Kok kamu bengong?" tanya Aisyah saat melihat Rocky hanya diam saja.

"Hehe... maaf, Tante. Saya hanya terkejut saja kalau di sini banyak seumuran Maya sudah janda," jawab Rocky berbohong.

"Apa yang sedang kalian bicarakan? Apa kalian membicarakan aku?" kata Mbak Maya keluar dari kamarnya.

"Tidak kok, hanya mengobrol beberapa hal saja. Ibumu cuma penasaran dengan hubungan kita," Rocky yang menyahut omongan Mbak Maya.

"Oh ya, nama Den siapa ya? Boleh Tante tahu?" tanya ibunya Mbak Maya yang mulai penasaran dengan Rocky.

"Nama saya Rocky, Tante," jawab Rocky sambil tersenyum.

"Hmm... apa sudah punya pacar atau gebetan?" tanyanya semakin penasaran.

"Ibu, apa-apaan sih? Kok kepo sekali," kata Mbak Maya yang tidak suka melihat ibunya kepo begitu kepada Rocky.

"Belum, Tante, tapi sebentar lagi sepertinya akan punya," katanya sambil melirik ke arah Mbak Maya. Tapi Mbak Maya sama sekali tidak tergoda sedikit pun.

Namun, ibunya melihat kode dari pandangan mata Rocky, jadi dia mengerti kalau Rocky menyukai putrinya.

"Sayang, sepertinya kalian cocok, deh. Semua orang pasti merasa begitu," kata ibunya, membuat Mbak Maya menggelengkan kepala. Dia tahu pasti akhirnya obrolan ibunya akan mengarah ke sini.

Andaikan Mama tahu kalau Maya sebenarnya sudah menikah, dan menantu Mama jauh lebih tampan darinya, apa Mama masih akan berbicara seperti ini? Astaga... dari dulu tidak pernah berubah... gumam Mbak Maya dalam hati.

Obrolan mereka terhenti saat bapaknya Mbak Maya pulang dan menyapa mereka. Sama seperti ibunya, bapaknya juga sangat senang melihat Mbak Maya pulang. Karena hampir 7 tahun lamanya Mbak Maya tidak pernah pulang. Mereka juga tidak tahu kalau Mbak Maya sudah menikah dua kali di Jakarta. Setahu mereka, putri mereka masih gadis.

Di tempat lain, terlihat Miya mendorong kursi roda Roni di taman depan rumahnya, sambil berharap Roni tidak mengingat soal pernikahannya dengan Mbak Maya.

"Miya, kenapa kamu diam saja? Bukannya tadi kamu banyak bercerita?" tanya Roni saat Miya tiba-tiba terdiam.

"Eh... nggak ada kok. Aku hanya bahagia saja, akhirnya kamu dan aku bisa berduaan lagi seperti sekarang," jawab Miya berbohong.

Mendengar perkataan Miya itu, Roni malah kepikiran soal tahun-tahun di kampung. Dia merasa sudah lama mengalami koma dan banyak waktu yang terbuang karena itu.

Aku tidak boleh seperti ini terus. Aku harus cepat sembuh. Masih banyak mimpi yang harus aku kejar. Ya, aku harus sembuh! kata Roni dalam hati, sambil mencoba berdiri dari kursi rodanya. Walaupun tubuhnya belum bisa digerakkan dengan baik, dia tetap memaksanya.

"Apa yang kamu lakukan, Roni? Kamu bisa jatuh!" ucap Miya terkejut melihat Roni yang mencoba berdiri.

"Tidak apa-apa, Miya. Aku akan mencoba," kata Roni.

Tapi tiba-tiba, rasa sakit terasa di bagian pinggangnya, membuat Roni merintih kesakitan lalu terjatuh.

"Ah..."

"Roni, apa kamu tidak apa-apa? Aku bilang belum saatnya. Jangan memaksa diri," kata Miya sambil membantu Roni berdiri.

Roni kembali duduk di atas kursi rodanya dengan wajah memerah penuh keringat.

Miya langsung membawa Roni masuk ke rumah dan membantunya berbaring di atas tempat tidur.

Miya mulai mengusap keringat di wajah Roni dengan kain bersih.

"Lain kali jangan memaksa diri lagi, ya. Itu tidak baik untuk tubuhmu," kata Miya dengan penuh perhatian.

Roni memandang wajah Miya, lalu tersenyum sambil mengangguk.

"Maafkan aku sudah membuatmu khawatir. Hanya saja, aku tidak ingin merepotkanmu seperti ini terus," kata Roni.

"Tapi bukan berarti harus memaksa diri seperti tadi. Kalau kamu semakin parah, bagaimana?" kata Miya sambil mengelap wajah Roni hingga tidak ada sisa keringat di sana.

"Baiklah, aku akan patuh," ujar Roni, tidak ingin membuat Miya semakin khawatir. Namun, di dalam hatinya, dia tetap bertekad untuk mencoba berdiri sampai benar-benar bisa.

"Baiklah, sekarang waktunya mandi. Sini, aku bantu melepas bajumu," kata Miya sambil membantu Roni duduk dan melepas bajunya. Awalnya, Roni menolak dan mengatakan bahwa dia bisa sendiri, tetapi Miya berkata agar Roni jangan membantah.

Miya lalu keluar mengambil air bersih dan kain bersih yang akan digunakan untuk mengelap tubuh Roni. Untuk sementara waktu, itulah satu-satunya cara Roni bisa mandi, karena dia belum bisa menggerakkan kakinya untuk pergi ke kamar mandi sendiri.

Miya memasukkan kain bersih itu ke dalam ember air, lalu memerasnya dan mulai menaruhnya di dada bidang Roni. Perlahan, dia mulai mengusap tubuh Roni dengan kain basah itu, memastikan semua bagian tubuhnya bersih.

Sesekali miya juga menggunakan jarinya menggosok membuat roni malah jadi kegelian, apalagi di saat dia tidak sengaja melihat ke arah tubuh miya yang menunduk di depannya membuat dia sangat jelas melihat miya di balik pakaiannya, dan miya memang tidak memakai dalaman.

"Biarin aja, di saat kita melakukan ini tidak ada yag bisa menghentikan kita," jawab miya sambil mencium roni dengan penuh ga*r*h, sedangkan roni terus melirik ke arah pintu yang terus di ketuk dari luar, dia tidak bisa berbuat banyak karena kondisinya.

Tapi untungnya, yang mengetuk hanya pembantu rumah, hanya saja dia tidak berani masuk kalo tidak di perbolehkan. Dia berteriak memanggil dari luar pun percuma sebab kamar itu kedap suara.

Roni sedikit lega melihat pintu tidak lagi di ketuk, lalu dia menarik miya dan bercuuman lagi, " kau benar-benar tabah miya,"

1
Mardelis
hal bisa, pasti putuss ditengah, jejejejje
Mardelis
roni roni, baik tapi mental kurang baik, heheheeh
Godoy Angie
Asik banget!
Aak Gaming: terus ikutin ya
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!