Menikah sekali seumur hidup adalah mimpi Adel. Namun, gadis berhijab yang memiliki nama lengkap Dandelion Az-Zahra itu harus menerima kenyataan bahwa pernikahannya dengan orang yang pernah ia sukai di masa putih abu itu bukanlah pernikahan impiannya. Karena, Sakha Rafardhan, menikahinya hanya sebatas rasa bakti kepada sang ayah di akhir hayatnya yang ingin melihat putra semata wayangnya menikah. Sementara sang kekasih yang akan ia nikahi justru hilang bak di telan bumi tanpa meninggalkan pesan apapun kepadanya.
" Jangan berharap lebih dari pernikahan ini. Aku terpaksa menikahimu karena Lisa tiba-tiba hilang tanpa kabar. Jika aku telah menemukannya kembali, maka di saat itu pula pernikahan ini berakhir". Sakha
" Sampai waktunya tiba, izinkan aku tetap melaksanakan tugasku sebagai istrimu. Karena apapun alasanmu menikahi ku, aku tetaplah istrimu." Adel
Bagaimana perjalanan mahligai rumah tangga mereka di saat akhirnya Sakha bisa menemukan Lisa?
Benarkah tidak ada cinta untuk Adel?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sasa Al Khansa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DBW 23 Mengabadikan Momen
Di Batas Waktu (23)
" Mbak bukan gak suka kamu disini. Hanya saja yang namanya masalah rumah tangga sebaiknya di selesaikan berdua. Jika tidak bisa, minta tolong orang yang kalian anggap bisa membantu menyelesaikan. Bukan menghindari masalah dengan kabur-kaburan. Apalagi kalian mempertontonkan di depan anak kalian", Mama Ria tak bosan menasihati adik iparnya. Walaupun entah di dengar atau hanya di anggap angin lalu saja.
***
Pagi ini, Sakha sudah bersiap untuk pergi. Setelah beberapa hari tidur di cafe, akhirnya Sakha bisa kembali merasakan kenikmatan tidur di kamarnya sendiri. Karena setelah malam itu, keesokannya Tante Mala dan Alifa benar-benar pulang. Akhirnya malam itu juga Sakha kembali ke rumah.
Sakha berdebar-debar menghadapi hari ini. Ya, hari ini adalah hari keputusan mengenai kelanjutan mahligai rumah tangganya. Seminggu telah berlalu dari waktu yang di putuskan untuk saling introspeksi juga menguatkan hati untuk menetapkan pilihan.
" Ma, do'akan aku ya, semoga semua sesuai harapanku", Sakha meminta do'a sang ibu sebelum pergi.
"Ya. Semoga Adel mau rujuk.", ucap Mama Ria yang masih menggenggam tangan Sakha.
" Assalamu'alaikum"
"Wa'alaikumsalam. Hati-hati di jalan", Ucap Mama Ria sambil melepas kepergian Sakha dengan senyuman.
Sakha langsung tancap gas menuju ke toko. Ia sudah tak sabar mengetahui keputusan Adel. Sementara keputusannya sendiri sudah bulat. Akan tetap rujuk dengan Adel.
Mempertimbangkan berbagai hal, Sakha yakin tak ingin melepaskan Adel begitu saja. Ia sadar, jalan seseorang untuk bertemu dengan jodohnya bermacam-macam caranya. Mungkin dirinya ya, dengan menerima secara terpaksa pada awalnya. Namun, seiring berjalannya waktu ia akui hatinya mulai berubah.
Restu sang ibu pun jadi yang paling utama. Kebodohannya karena terlalu mencintai Lisa dengan tidak mempercayai sang ibu terbukti. Lisa ternyata tidak sebaik yang ia lihat. Mama Ria juga mengatakan alasan ketidaksukaannya serta firasatnya sebagai seorang ibu.
Benar, cinta bisa membutakan dan menulikan seseorang. Yang pasti, ia juga telah melakukan shalat istikharah. Agar ia tidak salah pilih. Sering kali manusia melihat apa yang ia inginkan. Sementara Allah memberikan apa yang manusia itu butuhkan. Setelah meminta petunjuk, hatinya semakin kokoh. Ia yakin pondasi rumah tangganya akan kuat. Ia memilih kembali karena Allah, maka hanya karena Allah pula ia akan berpisah.
Di lain tempat, Adel pun sedang bersiap-siap. Seperti halnya Sakha, ia pun bertekad memperbaiki keadaan. Kembali membina rumah tangga dengan orang yang sama tidak ada salahnya. Apalagi ia akui, posisinya saat itu yang menjadi orang ketiga yang tiba-tiba hadir di antara Sakha dan Lisa. Karena itu Adel memilih memberikan kesempatan pada Sakha untuk membuktikan perkataannya. Kalau hati Sakha ternyata berpaling, maka itu artinya saatnya untuk mengakhiri semuanya. Sekalipun ada anak di antara mereka.
Belum lagi kebersamaannya dengan Keysha, Aqil dan Aqila membuka matanya. Hidup menjadi ibu sekaligus ayah itu berat. Belum lagi lingkungan yang kadang masih tidak bersahabat untuk anak-anak yang hanya tinggal dengan ibunya saja. Serta stigma negatif pun masih tersemat pada seorang janda tanpa mereka tahu keadaan sebenarnya. Kesedihan yang selalu di tampakkan si kembar saat melihat keluarga yang utuh dengan penuh damba pun mencubit hatinya. Ia membayangkan jika itu anaknya.
" Bagaimana?", tanya Sakha dengan perasaan yang tidak menentu. Kini, Sakha sudah sampai di toko.
" Aku bersedia kembali", jawab Adel yang paham maksud pertanyaan Sakha.
" Terimakasih", ucapnya di iringi senyuman. Sebenarnya ia ingin sekali berteriak mengekspresikan kebahagiaannya sambil memeluk Adel tapi , ia tunda keinginan itu.
Adel hanya mengangguk. Belum berani melihat ke arah Sakha.
" Nanti sore, aku akan mengajak Satria dan Yudi kesini. Sebagai saksi bahwa kita sudah kembali rujuk", jelas Sakha penuh semangat.
" Ba'da Ashar aja. Setelah toko tutup", pinta Adel.
" Baiklah", Sakha menyanggupi.
Sebenarnya, tidak perlu ada saksi untuk melakukan rujuk talak satu. Karena Adel masih dalam masa Iddah. Cukup dengan ucapan Sakha mengajak Adel rujuk dan Adel menerima untuk rujuk, maka mereka sudah kembali bersatu sebagai suami istri.
Namun, Sakha hanya ingin mengingat momen ini sebagai titik balik hubungannya dengan Adel. Momen saat ia bersatu kembali sebagai suami istri. Jika dulu, saat akad ia merasa biasa saja. Maka saat ini, rasanya luar biasa. Sakha sudah pernah mengatakan hal itu sebelumnya melalui pesan singkat seandainya Adel mau rujuk dengannya.
Waktu berputar dengan cepat. Kini, toko sudah tutup. Para karyawan sudah pulang menyisakan Fitri seorang. Sebenarnya, yang lain pun ingin menyaksikan momen bersatunya kembali Adel dan Sakha. Tapi, mereka ada keperluan masing-masing. Jadi, akhirnya dengan berat hati tidak ikut menyaksikan. Namun mereka ikut bahagia.
Sakha sudah hadir bersama Satria dan Yudi. Satria yang di beritahu masalah ini cukup terkejut. Pasalnya, ia tidak tahu menahu masalah yang dihadapi atasannya. Walaupun pernah merasa penasaran karena Bu Bos nya tak pernah berkunjung lagi ke kafe setelah hari itu.
Sakha dan Adel berdiri saling berhadapan. Kini, Adel berani melihat wajah Sakha lagi. Setelah mereka rujuk, mereka sudah sah kembali bersama.
" Dandelion Az-Zahra, aku minta maaf atas semua salahku. Aku bahagia kamu bersedia menerimaku kembali dan memberikan ku kesempatan. Insya Allah aku berjanji tidak akan menyia-nyiakan kesempatan yang kamu berikan", Ucap Sakha sambil memberikan buket bunga.
Buket bunga itu terdiri bunga mawar merah sebagai simbol rasa cinta, ada mawar putih yang melambangkan permintaan maaf, juga melambangkan kesetiaan, serta bunga Dandelion yang juga nama dari sang istri.
" Terimakasih", ucapnya begitu bahagia.
Adel menerima buket bunga itu dengan senang hati. Ia merasa bahagia menerima perlakuan yang romantis seperti ini dari suaminya.
Setelah buket bunga itu berpindah tangan, Sakha merogoh saku celananya dan mengambil sebuah kotak kecil berwarna merah. Perlahan Sakha membuka kotak itu dan mengambil cincin yang berwarna putih yang sungguh indah, simpel dan elegan.
" Saat kita menikah dulu, Mama yang mempersiapkan semuanya termasuk cincin nikah. Karena itu aku ingin kamu memakai ini, ini aku sendiri yang memilihnya untukmu", Sakha mengambil tangan Adel , melepaskan cincin nikah mereka yang dulu dan menggantinya dengan cincin pilihannya.
Sebenarnya, cincin nikah itu baru Adel pasang kembali tadi setelah mereka berdua rujuk kembali. Namun, kini cincin itu berganti dengan cincin yang baru dan itu tidak masalah. Karena cincin penggantinya adalah cincin pilihan suaminya.
Sakha menyimpan cincin nikah yg ia lepaskan dari tangan Adel dan memasukannya ke dalam kotak merah yg tadi.
" Namun, ini tetap milikmu", Sakha meletakkan kotak berisi cincin itu ke dalam genggaman tangan Adel.
Adel menerimanya. Air matanya menetes. Ia sangat, sangat bahagia.
" Terimakasih ", hanya kata itu yang mampu terucap.
Sakha menarik Adel ke dalam pelukannya walaupun sejenak. Ia masih merasa malu bersikap seperti itu di hadapan orang lain. Wajah Adel merona merah. Ia pun merasa malu.
Fitri reflek menutup mata dengan kedua tangannya. Sedangkan Satria mengakhiri rekaman video yang ia buat sesuai permintaan Sakha yang ingin mengabadikan momen itu.
" Selamat ya, semoga kamu selalu bahagia", Yudi menepuk pundak sahabatnya sambil berlalu pergi. Tinggallah Sakha seorang. Satria dan Fitri sudah pulang lebih dulu sementara Adel sedang ke kamarnya di lantai atas.
Setelah kepergian Yudi, Sakha pergi menyusul Adel ke kamar.
Greppp!!
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Catatan:
Mengenai talak dan rujuk, itu sesuai dengan apa yang author pahami, ya. Kalau ada kesalahan, mohon di sampaikan secara ma'ruf. Saling mengingatkan dalam kebaikan.
Sekalipun hanya cerita fiksi, halu semata author tidak ingin salah menyampaikan informasi.
Terimakasih buat yang sudah berkenan untuk membaca atau sekedar singgah.
Selalu ingat untuk tinggalkan jejak. Like, komen, favorit juga kasih bintang lima jika suka cerita author. Kalau tidak suka, tak perlu tinggalkan jejak buruk ya.
🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰