Rumah tangga Eleanor Lilyana Limson dengan suaminya Julian Debonson yang baru saja berjalan satu tahun, harus menghadapi badai yang teramat besar saat Eleanor mulai merasakan perubahan sikap pada diri Julian hingga membuka sebuah fakta yang sangat mengejutkan.
Ditengah kisruh kekecewaan dalam diri Eleanor terhadap suaminya, sosok ayah mertuanya yang bernama Kenneth Debonson hadir dan memberikan suasana baru bagi Eleanor. Akankah Eleanor memanfaatkan kehadiran ayah mertuanya demi membalaskan dendam terhadap suaminya? Ataukah Eleanor merasakan kenyamanan dan ketenangan yang sesungguhnya didalam selimut Ayah mertuanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sopi_sopiah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
9.
Meskipun untuk sementara ini Noulan dan Dimitry mencoba untuk mempercayai ucapan Julian, tapi sebelum keduanya pergi Noulan dan Dimitry pun mendekati kanan dan kiri gendang telinga Julian.
"Jangan pernah menyakiti Eleanor, jika kau sampai menyakitinya! Kau berurusan dengan kami!" ujar Noulan dan Dimitry.
Keduanya kemudian pergi meninggalkan Julian bersama sekertaris pribadinya, sementara Julian langsung merapihkan pakaiannya kembali.
"Dua brengsek itu! Beraninya mereka mengancamku!"
"Lalu bagaimana Tuan? Apa rumah ini tetap jadi kau beli?"
"Carikan aku yang lain, lebih berhati-hatilah! Walau bagaimanapun aku tidak mau menyakiti Elea, kau tau bukan apa yang aku lakukan pada gadis itu adalah sebuah kesalahan?" tanya Julian.
"Jika memang sebuah kesalahan, lalu kenapa dilakukan secara berulang sampai gadis itu sekarang,"
"Diam! Lakukan saja pekerjaanmu dengan benar dan jangan ikut campur urusanku!" Julian membentak.
"Baik Tuan!"
Saat ini Eleanor tengah berada disalah satu cafe tempat dimana dirinya bertemu dengan orang suruhannya! Tidak lama menunggu, saat Eleanor tengah meneguk kopi hangat dicangkirnya, orang suruhannya itu akhirnya datang juga. Lenka gadis cantik namun kejam dan sangat pandai berkelahi serta lihai memainkan senjata, adalah teman Eleanor pekerjaan Lenka sebagai mata-mata atau pembunuh bayaran, sangat sulit dipercaya melihat bagaimana gadis itu berpenampilan layaknya seorang pramugari pesawat.
Seksi dan menggoda dan terlihat anggun, siapa sangka dibalik penampilannya itu Lenka adalah gadis kejam.
"Sudah lama menunggu?" tanya Lenka.
"Baru satu kali tegukan kopi," kata Eleanor.
Lenka tersenyum menyeringai kemudian duduk didepan Eleanor.
"Wajahmu terlihat tegang, kemana Eleanor yang dulu aku kenal!"
"Si-siapa bilang aku tegang? A-aku hanya, ahh sudahlah, bagaimana apa ada informasi?"
"Seharusnya aku menemukannya hari ini, tapi,"
"Tapi apa?"
"Datang dua pengacau, para laki-laki tak bertulang lebih tepatnya,"
"Hah? Para laki-laki tidak bertulang? Siapa maksudmu?"
"Adik dan saudaramu! Mereka datang padahal tinggal menunggu beberapa jam lagi, aku yakin suamimu akan tertangkap basah olehku!"
"Maksudmu Noulan dan Dimitry? Bagaimana mereka bisa bertemu dengan Julian?"
"Dua pengacau itu sepertinya sudah lama membuntuti suamimu Elea, mungkin mereka mencurigai Julian dan mereka ingin melindungimu! Tapi mereka bertindak bodoh, hanya bisa main hajar saja,"
"Astaga, seharusnya dia bicara dulu padaku sebelum bertindak!"
"Jika sudah seperti ini, Julian pasti akan lebih berhati-hati lagi dalam melangkah!" kata Lenka.
"Jadi maksudmu, Julian benar-benar selingkuh dariku? Dengan siapa? Apa sekertarisnya yang selalu menempel dengannya itu?"
"Elea, suamimu bukan laki-laki bodoh! Mana mungkin dia selingkuh dengan orang yang menempel setiap saat dengan ya,"
"Tunggu! Kenapa kau begitu yakin Julian benar-benar selingkuh dariku?"
Lenka pun mengeluarkan sebuah foto dari tasnya, foto pertama berisi potret Julian saat sedang menukar kunci mobil dengan sekertaris pribadinya, foto kedua diambil saat Julian tengah memasuki mobil sekertarisnya sementara sekretaris pribadinya pulang menggunakan mobil Julian lengkap dengan dua bodyguard anggota group barat.
Sedangkan Julian seorang diri mengendarai mobil milik sekertaris pribadinya menuju salah satu tempat, dan foto terakhir adalah foto saat Julian berhenti didepan sekolah SMA dipusat kota, seorang gadis memakai seragam SMA pun menghampiri Julian dengan menggunakan sebuah payung berwarna gelap yang menutupi wajahnya, gadis berseragam itu kemudian masuk kedalam mobil.
Namun saat Lenka mencoba kembali membuntuti Julian, laki-laki menyadari ada yang mengikuti mobilnya sehingga Julian pun menambahkan kecepatan mobil yang dia kendarai, Lenka coba menyusul akan tetapi derasnya hujan dan lihainya Julian dalam kebut-kebutan dijalanan membuat Lenka kehilangan jejak.
"Kemarin aku hampir berhasil menangkap basah Julian, tapi aku gagal! Dan hari ini aku kembali gagal gara-gara kedua laki-laki tilang lunak itu!"
Eleanor shock dan tidak habis pikir, kedua tangannya memegangi kepalanya sendiri.
"Lenka, mungkin kau salah! Anak SMA? Itu tidak mungkin, Julian selingkuh dengan gadis SMA? Bukankah itu lucu?"
"Aku sudah gagal dua kali, tapi aku pastikan tidak ada kegagalan ketiga dalam kamusku Elea, mungkin tidak mungkin kau tidak perlu repot-repot memikirkan hal itu, kau cukup duduk manis siapkan pembayaran uangku dan nanti aku akan membuktikannya padamu! Kalau perlu, aku akan membuatmu melihatnya dengan kedua matamu sendiri!" kata Lenka yang sangat santai namun percaya diri.
Memang tidak ada kegagalan ketiga dalam kamus Lenka, selama ini semua penyewa dirinya sangat puas atas kinerja Lenka yang tidak pernah lama dalam mengerjakan tugasnya dan selalu berhasil dalam percobaan kedua.
"Oke, aku akan menunggu kabar selanjutnya!" kata Eleanor dengan rasa yang campur aduk.
Setelah meyakinkan Eleanor, Lenka pun berdiri dari kursi namun sebelum Lenka pergi, dia pun menatap dan tersenyum pada Eleanor.
"Apa-apaan kau, kenapa senyumanmu menakutkan sekali?" tanya Eleanor.
"Kau harus siap jika sampai suamimu itu benar-benar seorang pengkhianat! Lagipula jika aku jadi kau, sudah aku nodai mertuamu yang awet muda bertubuh kekar itu!" kata Lenka.
"He-hei, darimana kau tau tentang mertuaku?" tanya Eleanor namun Lenka tak sempat menjawabnya dan sudah berlari pergi sambil tersenyum.
Ucapan Lenka benar-benar membuat Eleanor merinding disko, mana mungkin dia menodai mertuanya sendiri.
"Memangnya aku wanita macam apa? Mana mungkin aku menodai mertuaku sendiri," gumam Eleanor.
Karena sudah tidak ada urusan lagi, Eleanor pun akhirnya pulang ke rumah. Saat memasuki rumah, terlihat Julian dan Kenneth tengah saling bertatapan tajam satu sama lain.
"Berhenti bertindak sesuka hati padaku Dad,"
"Sesuka hati katamu? Kau sadar Lian, kau tidak becus mengurus markas group barat, semua tidak ada kemajuan jadi aku rasa keputusanku adalah yang terbaik!"
"Yang terbaik Daddy bilang? Dad, kau menempatkan aku di perusahaan makanan milik keluarga kita, waktu yang tidak fleksibel dan membuat aku harus duduk di kursi selama berjam-jam setiap harinya! Aku muak, dan aku ingin kembali ke markas,"
"Kau tetap di perusahaan dan aku yang akan mengurus markas!"
"Tidak! Aku sudah melakukan segala cara agar si peracik itu mau membuat barang terbaru untuk group barat, tapi apa? Begitu barang itu di produksi dan penjualannya meningkat, kau membuangku dari markas Dad, ini tidak adil!"
"Segala cara apa? Yang kau lakukan hanya mengancam bukan?"
"Aku mempertaruhkan perasaan istriku dan juga masa depanku agar peracik itu menuruti perintah kita, jadi aku mohon biarkan aku kembali ke markas!"
Mendengar ucapan Julian, Eleanor pun dibuat semakin penasaran sebenernya apa yang sedang ditutupi oleh Julian darinya? Lalu apa hubungannya peracik, dengan mengorbankan perasaan istri?
"Apa maksudnya Lian?" tanya Eleanor yang kemudian menghampiri Julian dan Kenneth yang sama-sama masih dalam posisi tegang.
Julian pun langsung terkejut bukan kepalang saat Eleanor tiba-tiba muncul dan mengajukan sebuah pertanyaan yang sangat sulit dia jawab.