NovelToon NovelToon
Figuran Dalam Dunia Fiksi

Figuran Dalam Dunia Fiksi

Status: sedang berlangsung
Genre:TimeTravel / Reinkarnasi / Teen Angst / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Transmigrasi ke Dalam Novel / Idola sekolah
Popularitas:78.7k
Nilai: 5
Nama Author: Lily Dekranasda

Jelita Pramono seorang gadis periang, namun jangan sampai kalian mengusik nya, apalagi keluarga maupun orang yang ia sayang disekitarnya. Karena jika kamu melakukannya, habislah hidupmu.

Hingga suatu hari, ia sedang pergi bersama kakak nya, tapi di dalam perjalanan, mobil mereka tertabrak mobil lain dari arah belakang. Sehingga, Jelita yang berada di mobil penumpang mengeluarkan darah segar di dahi nya dan tak sadarkan diri.

Namun, ia terbangun bukan di tubuh nya, tapi seorang gadis bernama Jelita Yunanda, yang tak lain merupakan nama gadis di sebuah novel yang ia baca terakhir kali.

Bukan sebagai pemeran utama atau si antagonis, melainkan figuran atau teman antagonis yang sikapnya dingin dan jarang bicara sekaligus jarang tersenyum.

Mengapa Jelita tiba-tiba masuk kedalam novel menjadi seorang figuran? Apa yang akan terjadi dengannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lily Dekranasda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Halo

Setelah kejadian tegang barusan, suasana mulai mencair. Namun beberapa lama kemudian, dua pria tampan yang tadi sempat mereka bantu, tiba-tiba menghampiri mobil mereka.

Salah satu pria mengenakan kemeja rapi dan kacamata, sementara satunya lagi berjas elegan dengan aura dingin yang sulit diabaikan.

“Halo.” sapa pria berkacamata ramah.

Empat gadis itu sontak kaget dan serempak menoleh.

Saking terkejutnya, mereka saling memukul lengan temannya masing-masing.

“Wah... ganteng banget.” bisik Dara pelan ke Tiara.

“Mata kamu memang gak pernah bohong, Ra.” bisik Tiara balik, nyengir geli.

Namun Jelita menatap pria berkacamata itu dengan tenang. “Oh, hai! paman.”

“PAMAN???” teriak Meyriska, Dara, dan Tiara bersamaan terkejut dengan panggilan Jelita kepada kedua pria di depan mereka.

“Paman?” ulang pria berkacamata, jelas bingung.

Pria di sebelahnya menaikkan sebelah alis, tampak tertarik.

“Kenapa? Salah, ya?” tanya Jelita polos.

“Ah, Lit... cowok depanmu masih muda. Nggak mungkin jadi paman.” ujar Meyriska setengah tertawa.

“Kok kamu tahu, Mey?”

“Nebak doang, Lit. Tapi ya masa’ paman sih? Minimal ‘Mas’ atau ‘Kakak’ biar lebih unisex.”

“Unisex? Kamu kira pakaian?” ucap Jelita sambil terkekeh.

Pria berkacamata terkekeh. “Khem! adik-adik...”

Jelita langsung menyela. “Siapa adik? Yaaaa... Kalian bertiga.. Tunjuk jelita kepada ketiga temannya. ini kakak siapa? Ngaku? Kenapa gak cerita padaku, woy!” tanyanya pura-pura.

“Astaga, Jelitaaaaa!” teriak bertiga kompak, menahan malu.

Jelita menutup telinganya dengan dua tangan, tampak santai. “Berisik banget sih.”

Pria berkacamata tertawa geli. “Teman kalian ini lucu juga, ya.”

Namun tawa itu perlahan mereda saat ia melihat tatapan datar dan dingin dari Jelita yang tiba-tiba berubah seketika.

Mata Jelita menatapnya tanpa emosi.

"Ada apa dengan gadis ini?" pikir pria berkacamata, tiba-tiba merinding. "Kepribadiannya kenapa berubah gini? Dingin banget... mirip bos ku kalau lagi serius... ngeri juga." ucapnya dalam hati sambil melirik pria dingin di sebelahnya.

Sementara itu, pria berjas rapi di sebelahnya hanya memperhatikan Jelita dari tadi dengan sorot tajam, lalu tersenyum tipis.

"Menarik!" ucapnya dalam hati.

Setelah suasana mencair, Jelita menatap dua pria di hadapannya sambil menaruh tangan di pinggang.

“Jadi... ada apa, pamaaaan?” tanyanya datar, namun dengan nada menggoda.

Pria berkacamata hanya bisa menghela napas dalam hati. "Suka-suka dia aja deh manggil paman." pikirnya pasrah.

“Halo, aku Roy. Dan ini bosku, Tuan Arizo.” ucapnya memperkenalkan sambil sedikit menunduk sopan.

Jelita dan ketiga sahabatnya mengangguk sopan.

“Ah ya, tadi, terima kasih, ya.” tambah Roy tulus.

“Ah, sama-sama pam... eh, kaaaak!” Tiara nyaris terpeleset lagi dan buru-buru memperbaiki panggilannya.

“Lagian itu semua idenya dia kok. Kalau kita bertiga mah takut. Ya gak guys?” lanjutnya sambil menunjuk ke arah Jelita.

Dara dan Mey mengangguk setuju dengan ucapan Tiara.

“Oh ya? Makasih, ya.” Roy tersenyum ke arah Jelita.

“Hem, ya sudah, kita pergi dulu.” ucap Jelita tenang, lalu mulai melangkah pergi tanpa menunggu yang lain.

Roy refleks menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, bingung harus bersikap bagaimana.

“Bye Kak Roy! Bye Kak Arizoooo!” serempak teriak Dara, Tiara, dan Mey sambil melambai ceria, lalu buru-buru menyusul Jelita.

Begitu para gadis itu pergi, ekspresi Arizo berubah dingin.

Tatapannya tajam menusuk ke arah yang sudah ditinggalkan Jelita.

“Cari tahu, siapa mereka. Terutama gadis yang menolong kita.” perintahnya pelan namun mengintimidasi.

“Baik, Tuan.” Roy langsung berubah serius dan mengangguk cepat, lalu berjalan ke arah mobil mereka untuk kembali ke kantor.

Sementara itu, di dalam mobil Dara.

Baru saja keempat gadis itu duduk dan mengenakan sabuk pengaman, suasana sudah kembali heboh.

“Gila. cowok tadi, tampan banget!” Dara berseru penuh semangat.

“Huh, pengen ku karungin deh! Apalagi yang berkaca mata!” Tiara menimpali, pura-pura frustasi.

“Jangan ngadi-ngadi deh kalian.” sindir Mey, tapi matanya juga berbinar.

Namun Dara tiba-tiba nyeletuk tanpa filter, “Huu, daripada kamu punya tunangan tapi gak pernah bareng, mending karungin cowok lain aja.”

Setelah sadar apa yang ia ucapkan, Dara langsung menutup mulutnya.

Ketiga gadis lainnya terdiam. Mereka menatap Dara.

“Ah, maaf, Mey.” ucap Dara pelan.

Mey hanya tersenyum lemah. “Gak apa-apa. Aku udah biasa.”

Jelita yang duduk di sampingnya menoleh dan menggenggam tangan Mey sebentar. “Mey, kalau kamu udah gak kuat. kamu bisa kok batalkan semuanya. Aku gak mau kamu terus-terusan nyesek mikirin Verrel. Lagipula, laki-laki itu buanyaaak.”

“Betul tuh! Apa kata Lita.” sahut Dara cepat-cepat.

Jelita mengangguk, lalu menatap serius. “Apa sih yang kamu lihat dari si Verrel itu, Mey?”

Mey terdiam. Matanya menerawang, menolak bicara.

Ketiga temannya saling pandang, bingung.

Akhirnya Jelita bersuara lagi, lembut. “Ya sudah, aku cuma mau kasih saran. Lepaskan. Karena setelah hujan, pasti akan ada pelangi.”

Mobil pun melaju kembali, namun suasana jadi sedikit melankolis.

Sesampainya di mall, keempat gadis itu langsung bersemangat menuju lantai tiga tempat pusat permainan. Lampu-lampu warna-warni dan suara riuh dari berbagai mesin game membuat suasana semakin hidup. Mereka berlari kecil ke dalam arena yang penuh mesin—dari balapan mobil, dance-dance revolution, hingga tembak-tembakan ala arena virtual reality.

"Ayo main tembak-tembakan!" seru Dara penuh semangat sambil menunjuk arena VR shooter.

Tiara dan Mey langsung menggeleng. "Nope, aku gak suka game tembak-tembakan. Pusing lihat layarnya," ucap Tiara sambil meringis.

"Aku juga passs... lebih baik nonton aja," timpal Mey.

Dara cemberut, lalu melirik Jelita. "Kamu mau, Lit? Nanti yang menang dapet uang sejuta dari aku!"

Mata Jelita langsung menyala. Ia mengangkat tangannya dengan cepat. "Aku ikutan! Ini mah kecil."

Dara mendengus. "Ih pede banget!"

Mereka pun masuk ke arena game. Tiara dan Mey berdiri di luar sambil menyemangati.

"Ayo Jelitaaa! Tunjukkan skill-mu!" seru Tiara sambil menepuk-nepuk kaca.

"Gaskeun, Lita! Inget... sejuta!" tambah Mey dengan semangat.

Dalam arena, Dara memegang senjatanya dengan percaya diri. Jelita terlihat santai, tapi sorot matanya tajam. Musik game dimulai, lampu menyala-nyala, dan mereka pun masuk ke dunia virtual.

Selama hampir sepuluh menit mereka bertarung sengit. Dara awalnya memimpin, namun perlahan-lahan Jelita mengejar. Fokusnya luar biasa, gerakannya cepat dan presisi.

Dan...

"WINNER: PLAYER TWO" muncul di layar.

"Asyikkkkkk!" sorak Jelita, keluar dari arena sambil senyum penuh kemenangan.

Dara menunduk lesu. "Uang ku... hilang sejuta," gumamnya.

Jelita langsung mengeluarkan ponselnya dan membuka aplikasi dompet digital. Ia mengangkatnya ke depan Dara. "Ayo scan QR-nya."

"Tau gitu tadi main dance aja," omel Dara sambil men-scan QR Jelita.

Tiara tertawa, lalu menunjuk ke arah mesin balapan. "Sekarang giliranku! Lita, mau balapan mobil?"

Jelita menoleh, matanya menyipit curiga. "Ada hadiah juga, nggak?"

"Dasar nggak tau malu!" semprot Dara dari belakang, masih kesal.

Jelita melirik santai. "Lah, kan kamu yang ngajak taruhan. Kalah kok ngamuk."

Tiara tertawa kecil. "Mau minta apa, Lita, kalau aku kalah?"

Jelita berpikir sejenak. "Hmm... traktir aku seminggu makan siang di sekolah."

"DEAL!" Tiara langsung menarik tangan Jelita menuju mesin balapan.

Vote yah jangan lupa. 🫰♥️

1
Sribundanya Gifran
lanjut
Lala Kusumah
lanjuuuuuuuuut, semangat sehat ya 💪💪😍
Putra Baja
dobel up nya torrrr semangat /CoolGuy//CoolGuy/
Viona Syafazea
lagi thor yang banyak.. /Chuckle/
𝓔𝓵𝓵𝓮 ✰
semangat dan selalu ditunggu up nya akak
𝓔𝓵𝓵𝓮 ✰
taklukkan arizo dengan pesonamu lit 🤣
Marfirah Akmal
lanjutt thot
cowettttttt
lanjut
Mineaa
berasa kurang update nya Thor...
maaf ya...edisi maruk betul...
tinggal author yg ngebul...
buat ngabulin permintaan nya
para reader....😁🙏
karina
semangat up
Sribundanya Gifran
lanjut
Retno Palupi
yang kayak kamu jelita
Marfirah Akmal
lanjutttt thor makin seru aja ceritanya 🥳🥳
Lala Kusumah
lanjuuuuuuuuut.. hati-hati loh kak Zio kalau sampai jatuh cinta sama Lita 😂🤭😍
cowettttttt
lanjut
Ayu Ning Ora Caantiikk
lnjut kak ku ksih vote devh
vj'z tri
walaupun author dah up tapi aku berasa kurang terus loh up nya 🫣🫣🫣🥳🥳🥳🥳🥳🥳🥳
Risna Wati
lanjut thor
Sribundanya Gifran
lanjur
Lala Kusumah
rasain tuh si Verrel kalau tahu kelakuan si ulet bulu tuh 🫣😵‍💫😵‍💫
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!