Di dalam hening dan gelapnya malam, akhirnya Shima mengetahui sebuah rahasia yang akan mengubah seluruh hidupnya bersama Kim
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LaLibra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ayo Cari Shima
Kim berdiri mematung.
"Bukan Shima_ku kan? Shima di kampung, sedangkan Mamah sekarang lagi di kota B. Nama Shima kan banyak, bukan milik Shima_ku saja" Batin Kim.
Sedang asyiknya membatin, perempuan di ujung telepon kembali mengeluarkan suara sedih.
"Sekarang jemput Mamah. Mamah gak bisa pulang. Hiks hikss"
Kim merotasi bola matanya. Wanita yang melahirkannya ini memang benar - benar terlalu drama.
"Mamah kan bawa mobil, emang mobil Mamah ditinggal dimana? " Tanya Kim lembut.
"Mobilnya ada. Tapi mamah punya hutang tiga juta sama perempuan cantik di depan Mamah. Mamah gak punya uang sama sekali, dompet mamah hilang. Ponsel Mamah yang satunya juga gak ada. Ini Mamah cuma bawa ponsel yang khusus untuk keluarga saja. Hiks hiks hiks."
"Lalu Kim gimana Mah? Kim transfer lewat DA*A saja ya Mah, Hati - hati dijalan Mah, Bye. Kim sayang Mamah"
Kim segera memutuskan panggilan. Bu Sofie menatap layar ponselnya yang mulai menggelap. Beliau tersenyum dan bersyukur, Kim sudah mau tinggal dengannya lagi dan mau seratus persen mengelola bisnis keluarganya walaupun Kim masih menutup hatinya pada wanita yang beberapa kali beliau sodorkan padanya.
Semenjak Ayahnya Kim meninggal, Sofie yang dasarnya sudah merupakan anak orang kaya, mencoba membuka bisnis kuliner karena beliau yang gemar sekali memasak. Bu Sofie juga memiliki beberapa butik gaun pengantin di beberapa kota lainnya. Pantas jika Kim tidak kaget waktu ibunya mengatakan bahwa beliau tak bisa membayar belanjaan yang seuprit itu.
Kim berfikir jika ia akan kembali dijodohkan karena Ibunya tadi sempat mengatakan sedang bersama wanita cantik. Pikir Kim pasti ini hanya akal -akalan Ibunya saja, agar Kim mau bertemu dengan wanita tersebut. Ohh.. Kim tidak bisa ditipu begitu saja. Memang buruk sekali pemikiran Kim kepada Ibunya.
*
*
Wanita paruh baya di sebrang sana hanya kembali menatap ponselnya. Tak lama terdengar bunyi notifikasi dan ternyata benar, Kim mentransfer sejumlah uang kepada Ibunya.?
Bu Sofie tersenyum pada Shima yang dari tadi hanya diam menatapnya.
"Ehh.. Maaf ya Shima, Ibu transfer uang kamu sekarang ya. Terima kasih juga karena sudah menolong Ibu tadi. Sekarang kita makan dulu ya. Tapi kamu izin ke suami kamu dulu gih, bilang kalau kamu pergi dengan Ibu"
Shima hanya tersenyum kaku.
"Maaf Bu, tapi saya langsung pulang saja ya. Saya masih ada urusan lain setelah ini" Jawab Shima lembut.
"Oh ya sudah. Ibu antar ya, sekalian Ibu mau lihat kontrakan kamu sekalian mau ketemu suami kamu, Ibu mau minta maaf karena sudah merepotkan kamu"
"Maaf Bu, tapi saya hanya tinggal sendiri di kontrakan."
"Emang suami kamu kerja dimana Shima?"
"Saya sudah berpisah" Jawab Shima menunduk.
Bu Sofie menutup mulutnya.
"Ehm.. Maafin Ibu ya Shima. Maaf" Sesal Bu Sofie
"Gak apa- apa Bu." Jawab Shima tersenyum.
"Ayo Ibu antar sekarang ya"
Shima hanya mengangguk pelan.
Sesampainya di kontrakan, Shima mempersilakan Bu Sofie untuk mampir. Kontrakan Shima tidak besar, bahkan terbilang sempit. Hanya ada dua kursi untuk ruang tamu, sepetak kamar dan dapur yang menyambung langsung dengan kamar mandi. Lingkungannya pun sepi. Disebelah kontrakan Shima ada beberapa kontrakan lain yang di isi oleh penghuni lain.
"Silakan duduk Bu, saya buatkan teh ya" Shima tersenyum lembut.
"Gak usah repot Shima, duduk sini saja temani Ibu."
Shima lalu duduk di sebelah Bu Sofie.
"Kamu kerja dimana Shima? "
Shima menggeleng.
"Saya tidak bekerja Bu, tidak ada yang mau menerima perempuan hamil sebagai pekerja" Shima terkekeh.
"Lalu? Biaya lahiranmu nanti? "
"Saya ada sedikit tabungan Bu. Cukuplah nanti untuk biaya melahirkan secara normal."
"Maaf ya Shima. Apa suami kamu tidak bertanggung jawab? " Tanya Bu Sofie hati - hati. Bu Sofie berfikir jika Shima mungkin hamil di luar nikah, atau mungkin dia simpanan lelaki hidung belang karena melihat wajahnya yang masih terlalu muda. Masih tua_an wajah anak semata wayangnya, Kim.
Tapi jika Shima seorang simpanan, simpanan mana yang mau hidup di kontrakan kecil seperti ini. Pasti para simpanan akan meminta apartemen atau hunian yang mewah. Bu Sofie menggelengkan kepalanya karena sempat berprasangka buruk terhadap Shima.
"Saya akan membesarkan anak saya sendiri bu. Saya mampu" Shima berucap masih dengan suara yang lembut.
Bu Sofie mengutak atik ponselnya, dan mengirim sejumlah uang lagi pada Shima.
"Maafkan Ibu ya Shima. Ini kartu nama Ibu, kamu boleh hubungi Ibu kapanpun kamu mau. Atau kamu mau ke butik Ibu juga boleh. Ibu pamit dulu ya. Lain kali, ibu boleh mampir kemari lagi kan? " Bu Sofie menyodorkan sebuah kartu nama.
Shima menerima kartu nama tersebut dan menyimpannya di dompet.
"Tentu saja Bu"
Setelah berpamitan, Bu Sofie meninggalkan kontrakan Shima.
Huuuffftttt
Shima menghembuskan nafasnya kasar. Shima meraih ponselnya yang ia letakkan di meja tadi. Ia baru menyadari jika Bu Sofie kembali mengirimkan sejumlah uang lagi padanya. Mungkin nanti, Shima akan menelpon Bu Sofie.
"Sekarang aku harus segera mengirim naskah novelku lagi." Shima menggumam.
"Kamu yang kuat ya Nak, Ibu akan pastikan kamu nanti gak akan kekurangan uang. " Ucap Shima sembari mengusap perutnya.
_______________
Kim menatap ponselnya dan mengusap gambar wanita yang ada disana. Kim benar - benar sudah gi_la karena menyimpan gambar istri orang di ponselnya. Tampak disana Shima yang duduk di ayunan, memakai dress warna putih. Bibirnya tersenyum namun sorot matanya terlihat kosong. Kim saat itu diam - diam mengambil gambar Shima dari kejauhan. Dan lebih gi_lanya Kim sekarang, ia menggunakan gambar tersebut sebagai wallpaper ponselnya.
"Ndreee.. Andreee...Sini bentar!!" Kim berteriak memanggil Andre yang duduk tak jauh dari meja kerjanya di resto.
"Apa sih lu? Gua gak bud*g ya" kesal Andre.
"Kita ke Kampung yuk, perasaanku gak enak."
"Mau jenguk istri orang lu? "
"Kita lihat dari jauh aja Ndre. Aku kangen" dan tiba - tiba Kim menangis.
"Eh ngapain nangis lu. Lu beneran udah di level parah sih kata gua. Lu nangisin bini orang? " Andre tertawa mengejek.
Jika dulu ada Aditya yang julid pada Kim, sekarang terbitlah Andre yang sama - sama julidnya.
Kim dengan mata merah menatap Andre.
"Aku gak tahu Ndre. Aku sayang banget sama Shima"
Andre menggaruk pelipisnya, bingung harus mengatakan apa lagi pada Kim.
Tiba tiba ponsel Andre berdering menampilkan nomor baru.
Andre menggeser panggilan tersebut.
"Hay bro, kita ketemu di bar yang biasanya ya. Gua mau cerita banyak sama lu. Gua udah cerai sama dia. Tapi gua sekarang rindu banget sama dia Ndre. Gua harus gimana? Gua gak tau dia ada dimana Ndre. Dia pergi setelah gua menceraikan dia. Sumpah serapah lu waktu itu beneran terjadi. Gua kehilangan istri gua, dan sekarang gua pengen ketemu dia Ndre. Walaupun gua masih gak yakin, dia hamil anak gua. Gak apa deh Ndre, gua mau kok rawat anak dia sama - sama"
Andre speechless dan menatap Kim yang juga sedang menatapnya. Ia mematikan sambungan telponnya tanpa menjawab apapun dan mengulas senyum devilnya pada Kim.
"Ayo kita cari Shima"