IG elis.kurniasih.5
Hanin Aqila seorang wanita sederhana yang baru mengenal cinta. Namun siapa sangka kekasih yang ia pacari selama setahun ini adalah pria beristri. Hanin tak pernah tahu itu. Istri dari kekasihnya pun bukan sembarang orang, wanita itu adalah adik dari pria yang bernama Kenan Aditama, pemilik bisnis properti dan eksport terbesar se ASIA.
Cap pelakor dan wanita penggoda melekat di diri Hanin. Hidupnya pun harus berurusan dengan keluarga Aditama yang terkenal angkuh dan sombong.
"Aku akan menikahi wanita penggoda itu, agar dia tak lagi menggoda suami adikku." Ucap Kenan dingin, sambil melihat keluar jendela.
Walau Kenan belum menikah, tapi ia sudah memiliki kekasih yang ia pacari selama lima tahun.
Bagaimanakah hidup Hanin selanjutnya? Akankah Kenan mampu mempertahankan pernikahan sang adik? Atau justru Kenan malah benar-benar menyukai wanita yang di sebut sebagai wanita penggoda itu?
Simak yuk guys
Terima kasih 😘😘
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elis Kurniasih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Semakin terlihat berbeda
Kiara berjalan di sebuah mall bersama Vanesa. Sudah dua jam mereka berada di sini. Mereka memang sering berbelanja bersama.
“Ra mampir ke sini dulu, yuk!” Vanesa menarik tangan adik kesayangan Kenan, saat melintasi toko pakaian dalam dan lingeri.
Kiara hanya melihat-lihat pakaian yang tengah terdisplay di sana, sedangkan Vanesa sedang mencobanya di ruang ganti.
“Ra, cocok ngga?” tanya Vanesa saat ia mencoba lingeri itu. Vanesa memutarkan tubuhnya di depan cermin. Sedangkan Kiara hanya menjadi tim penilai.
“Bagus, tapi terlalu terbuka, Kak.”
Pakaian tidur berwarna merah itu, praktis hanya menutupi area dada dan bagian sensitifnya saja. Bagian dadanya pun, hanya menutupi p*t*ngnya saja.
“Biarin, justru aku suka yang seperti ini. Bungkus, Ah.” Vanesa kembali membuka pakaian itu dan menggantinya dengan pakaian yang sebelumnya ia pakai. “Aku ingin pakai lingeri ini, besok malam.”
“Emang besok Kak Kenan udah pulang?”
“Dia bilang sih, cuma tiga hari di sana. berarti besok sudah sampai di sini. kami sudah lama tidak tidur bersama, Ra. Aku kangen banget sama kakakmu,” jawab Vanesa manja.
“Dasar.” Kiara menggelengkan kepelanya.
“By the way, kamu ngga beli, Ra?” tanya Vanesa.
Kiara menggeleng.
“Kan, udah beli ini.” Kiara menunjukkan dua buah paper bag di tangannya.
“Loh, itu bukannya baju untuk suami kamu?” tanya Vanesa lagi, pasalnya Kiara tadi membeli kaos pria.
“Bukan, itu buat aku,” jawab Kiara, membuat Vanesa semakin membulatkan matanya.
“Sejak kapan kamu pakai pakaian seperti itu, Ra? Ih, ngga banget sih.” Cibir Vanesa.
“Katanya kamu pengen Gunawan itu melirik ke kamu terus, deket sama kamu terus. Kalo cara pakaian dan dandananmu biasa seperti ini, yang ada Gunawan akan semakin pergi.”
Kiara menoleh ke arah Vanesa dan tersenyum. “Ngga tau, Kak. Sejak hamil, aku malah lebih suka berdandan seperti ini. rasanya malu kalau memakai pakaian yang terlalu terbuka.”
“Ish, kok kamu jadi aneh gini sih, Ra.”
Kiara kembali tersenyum. “Lagian, sekarag aku sudah lebih siap, jika Mas Gun ingin pergi.”
Vanesa menatap Kiara sejenak. Mereka persis berdiri di depan kasir.
“Kamu yakin, Ra? Bukannya kamu cinta mati banget sama Gunawan?”
Kiara menghela nafasnya. “Entahlah, Kak. Cinta memang tidak bisa di paksakan dan sepertinya aku mulai lelah mengejar cinta Mas Gun.”
“Hmm ....” Vanesa memeluk Kiara dari samping.
Sebenarnya sejak dulu, ia selalu memebrikan saran itu pada adik kesayangan sang kekeasih. Namun, kiara selalu percaya diri, bahwa ia bisa memiliki hati sang suami. Ia berprinsip, batu saja bisa bolong jika di tetesi terus dengan air. Begitu juga cinta. Ia meyakini dengan cinta, perhatian dan maaf yang selalu di berikan pada suaminya, maka lambat laun cinta dari sang suami itu pun akan hadir untuknya. Tapi seiring berjalan waktu, ternyata hati Gunawan tetap tak mampu di lelehkan. Ia tetap menjadi Gunawan seperti pertama kali Kiara temui.
“Kak, kita makan, Yuk! Aku lapar nih.” Ajak Kiara, yang langsung di angguki Vanesa.
Vanesa dan Kiara berjalan beriringan sambil memilih tempat makan yang mereka inginkan. Di sela-sela lagkah kaki itu, Vanesa memegang ponselnya dan mendial nomor sang kekasih. Sejak pagi, Kenan tidak memberinya kabar. Bahkan ponselnya pun tidak aktif.
“Ih, kemana sih dia?” tanya Vanesa pada dirinya sendiri. Namun, suara Vanesa yang cukup keraspun mampu di dengar oleh Kiara yang berjalan di sampingnya.
“Telepon kak Kenan?” tanya Kiara.
Vanesa mengangguk. “Hari ini, kakakmu ngga ngasih kabar, Ra. Seharian di telepon ngga bisa-bisa.”
“Sibuk kali, Kak.”
“Emang pernah, kakakmu ngga sibuk?” tanya Vanesa, membuat Kiara mengangguk tertawa.
Merekapun memasuki sebuah restoran jepang. Kiara terlihat santai dengan menggunakan kaos polos berwarna pink dan celana bahan tiga perempat berwaran senada. Lalu ia menambahkan outer putih sepanjang celana yang ia gunakan itu. Kesan casual Kiara semakin terlihat, karena ia pun mengenakan sneaker berwarna putih, senada dengan outer itu.
Sebelum memasuki restoran itu, Gunawan sudah melihat sang istri yang tengah berjalan menuju ke arah restoran ini. Ia pun berada di restoran yang sama, dengan kedua klien. Arah mata Gunawan tertuju pada sang istri yang semakin lama semakin terlihat berbeda.
“Kak, aku cuci tangan dulu ya.” Kiara pamit pada Vanesa dan berjalan menuju wastafel yang di sediakan di dalam restoran itu.
Lalu, tanpa di sengaja, seorang pria menubruk Kiara hingga dirinya oleng. Namun, tubuh kiara di tangkap oleh saah seorang pria yang berada tepat di belakangnya.
“Maaf ya, Mba,” ucap pria tanggung yang menubruknya tadi.
Kiara hanya tersenyum dan menjawab, “Ya.” Lalu, ia menoleh ke belakang, ternyata yang menangkap tubuhnya adalah sang suami.
“Mas di sini?” tanya Kiara semabri menegakkan lagi tubuhnya.
Gunawan mengangguk. “Tadi aku lihat kamu dari luar. Sama Vanesa?”
Kali ini Kiara yang mengangguk “Iya.”
Kemudian, Kiara menuju wastafel di temani Gunawan di belakangnya.
“Kalau jalan, hati-hati, Ra! Kamu sedang hamil. Orang hamil tidak boleh jatuh,” ucap Gunawan persis di belakang telinga Kiara.
Kiara menonggak dan melihat wajah sang suami dari balik cermin. Ia pun mengangguk lalu membalikkan diri, agar wastafel itu bisa di gunakan oleh Gunawan.
“Ra.” Panggil Gunawan, karena Kiara tak lagi menoleh ke arahnya setelah membalikkan badan.
Mereka seperti orang asing yang tak sengaja bertemu di jalan.
Kiara menoleh ke belakang. “Hmm ...”
“Belanjanya sudah selesai? Setelah ini mau langsung pulang?” tanya Gunawan.
Kiara mengangguk. “Iya.”
“Kalau begitu, bareng saja denganku. Pertemuanku dengan klien juga sudah selesai.” Gunawan selesai mencuci tangan dan mengeringkan kedua tangannya.
“Ngga perlu, Mas. Aku bareng Kak Vanesa.”
“Biar Vanesa pulang sendiri.”
Kiara menggeleng. “Mas urus saja pekerjaan, Mas. Tidak apa, aku pulang bersama Kak Vanesa, lagian kasihan kalau kak Vanesa pulang sendirian.” Ia tersenyum dan berkata lagi, “Aku duluan ya, Mas.”
Kiara meninggalkan Gunawan yang masih berdiri di wastafel. Kemudian sesampainya di meja tempat Vanesa duduk, Kiara mengajak Vanesa untuk makan di restoran yang lain.
“Kenapa pindah?” tanya Vanesa, yang berdiri karena satu tangannya di tarik Kiara untuk meninggalkan restoran ini.
“Udah ngga kepengen makan masakan Jepang. Cari yang lain aja yuk!” Ajak Kiara, karena Kiara malas melihat sang suami bersama dengan klien wanitanya di sana. Walau Gunawan tidak berduaan, ada satu orang pria juga yang ikut duduk di sana.
“Dasar bumil labil,” ledek Vanesa. Lalu mengikuti langkah adik kesayangan sang kekasih.
Salah satu klien Gunawan adalah seorang wanita, lebih tepatnya adalah mantan sekretaris Gunawan dulu. Mantan sekretaris plus-plus Gunawan yang pernah Kiara tampar dan jambak di depan umum dan akhirnya di berhentikan lebih dari setahun yang lalu. Kini, mantan sekeretaris Gunawan bekerja sebagai sekretaris pada bos yang merupakan kliennya itu.
Arah mata Gunawan menangkap kepergian sang istri yang keluar dari restoran ini. Lalu, ia melihat ke arah wanita yang duduk di hadapannya. Ia pun sadar, ada mantan sekretaris yang dulu pernah membuat istrinya sakit hati.
ternyata dunia novel benar2 sempit, sesempit pikiran Gun Gun 🤭
ingat umur daaaad...!!!!
ternyata mami Rasti sama dgn Hanin kehidupan masa lalu nya..🥺
CEO tp g ada otak nya,,mesti nya kamu tuh cari dlu kebenaran nya Ken sebelum menghukum Hanin..kamu tuh kaya CEO bodoh g bisa berprilaku bijak..benar2 arogan..😠