5 hari sebelum aku koma, ada sesuatu yang janggal telah terjadi, aneh nya aku tidak ingat apa pun.
__________________
"Celine, kau baik-baik saja?"
"Dia hilang ingatan!"
"Kasian, dia sangat depresi."
"Dia sering berhalusinasi."
__________________
Aku mendengar mereka berbicara tentang ku, sebenarnya apa yang terjadi? Dan aneh nya setelah aku bangun dari koma ku, banyak kejadian aneh yang membuat ku bergidik ketakutan.
Makhluk tak kasat mata itu muncul di sekitar ku, apa yang ia inginkan dari ku?
Mengapa makhluk itu melindungi ku?
Apakah ini ada hubungan nya dengan pria bermantel coklat yang ada di foto ku?
Aku harus menguak misteri ini!
___________________
Genre : Horror/Misteri, Romance
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maylani NR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ingatan saat itu (05)
Malam itu, di dalam sebuah gang yang terlihat redup, dengan sedikit nya pencahayaan.
Nampak segumpal kabut hitam menyelimuti tubuh seorang pria berambut silver yang di duga adalah Briyon. Kabut itu menarik jiwa Briyon keluar dari jasad nya dan mengikat nya dalam sebuah perjanjian sakral antara diri nya dengan bangsa Iblis.
Briyon menyadari bahwa hidupnya saat ini tidak akan lama lagi, nafas nya pun kini sudah berada di ujung riwayat nya, semua luka yang ia terima tidak akan bisa membawa nya kembali dalam kesempatan hidup yang kedua. Namun, di dalam hati kecil nya, Briyon berharap jiwa nya ini akan berguna untuk istri nya Celine, ya walaupun ia tau dirinya kelak tak lagi memiliki raga.
"Celine, aku tidak akan meninggalkan mu sendirian di dunia yang kejam ini."
"Aku akan selalu berada disisi mu."
Itu lah ucapan terakhir nya, sebelum akhirnya ia berubah menjadi sesosok makhluk astral yang mengerikan.
.......
.......
.......
Dan sementara itu, ketika jiwa Briyon sudah berubah menjadi makhluk astral, tubuh nya pun kini sudah tidak bernyawa lagi, dan hal itu telah di sadari oleh Celine.
Celine yang masih setengah sadar di antara kritisnya, entah mengapa merasakan genggaman Briyon telah berubah menjadi begitu dingin, kaku, seperti tidak ada pergerakan lagi pada tubuh suaminya.
"Bri-yon ..." panggil nya, namun ia tak merasakan respon apa pun dari suami nya.
"Tangan nya, begitu dingin."
"Bri-yon ..."
Ia mencoba untuk menoleh ke arah wajah Briyon yang ada di sisi kiri nya, wajah suami nya itu kini terlihat pucat, dan penuh dengan darah.
"Suami ku ..."
Celine nampak meraih wajah Briyon dengan tangan kanannya, dan ia sentuh untuk memastikan sekali lagi bahwa suami nya ini masih bernyawa.
"Bri-yon ..."
Kedua mata Briyon nampak terpejam, ia tidak merasakan hembusan nafas maupun denyut nadi dari leher suaminya.
"Ti-tidak mungkin ... i-ini tidak mungkin ..."
"Briyon, aku tau kamu masih hidup."
Buliran-buliran air mata Celine, mulai mengalir berjatuhan dengan sendirinya, tangan nya gemetar namun ia tetap berusaha menepuk halus wajah suami nya, berharap suami nya akan segera bangun setelah ini.
"Briyon, bangun, ayo bangun!"
"Briyon!"
"Briyon!"
"Aku tau kamu hanya tertidur, setelah ini kamu akan kembali membuka kedua mata mu, dan kita akan kembali bersama, benar begitu kan, Briyon?"
Jiwa dan raga Celine saat ini telah hancur, ia telah menyadari tentang kenyataan pahit yang telah terjadi pada suaminya, namun, hati kecil nya tetap bersikeras meyakinkan dirinya sendiri bahwa suaminya masih ada kesempatan untuk hidup.
"Briyon ..."
"Briyon ..."
"Briyon hiks ... hiks hwaaaaaaaaaaa ..."
Malam itu adalah malam yang sangat menyakitkan untuk Celine, hingga tangisan nya pun pecah, memilukan di kegelapan malam.
...****************...
Setelah mendapatkan sebagian dari ingatan nya, Celine pun kembali dalam keadaan menangis terisak-isak seperti pada malam itu. Hatinya terluka, mengingat apa yang telah terjadi pada dirinya dan Briyon.
"Hiks ... hiks ..."
Ingatan yang Briyon berikan pada Celine saat ini sangat lah terbatas, dan hal itu membuat Celine tak bisa menahan bendungan air mata nya, tangisan nya begitu pilu dan sangat menyesakkan jiwanya.
"Hiks ... hiks ..."
"... "
Briyon yang saat ini telah menjadi hantu hanya bisa menatap dengan sendu, sesekali ia sapu air mata yang terus mengalir di wajah Celine, berharap istri nya jauh lebih tenang. Namun, hal itu justru membuat Celine semakin tak bisa mengontrol tangisannya.
"Hiks ... hiks, hwaaaaaaaaaaaa ..."
Melihat keadaan Celine yang begitu sedih, Briyon pun menggunakan kemampuan nya kembali untuk memadatkan tubuhnya, berharap jika ia memeluk nya, Celine akan jauh lebih baik.
"Celine, maaf ..." ucapnya lembut, seraya mendekap tubuh Celine dalam pelukannya.
"Hah!?"
"Maaf ... maaf!"
"Hiks hiks ... tidak! kamu tidak perlu meminta maaf Briyon! kamu tidaklah salah ..."
"Tapi, karna-"
"... "
"Aku, lemah."
"Kamu tidak lemah! Mereka lah yang sangat keji! Mereka memukuli mu beramai-ramai, dan menembak mu. Semua orang akan bernasib sama jika ada di posisi mu."
"... "
"Mereka jahat! Mereka harus di hukum dengan hukuman yang setimpal!"
"Celine ..."
Celine nampak mengeratkan pelukan nya dan bersumpah pada dirinya sendiri.
"Briyon aku berjanji, aku akan mencari tau siapa mereka sebenarnya, dan akan ku balaskan dendam ku pada mereka."
"... "
"Mereka sudah menghancurkan kebahagiaan kita, mereka sudah membunuh bayi kita, lihat saja! Mereka tidak akan bisa lari dari ku!"
...****************...
Ke esok hari nya di Cafetaria tempat Celine bekerja pukul 10:30 pagi.
Terlihat Devid tengah berjalan menghampiri Reina seperti ada sesuatu yang ingin ia tanyakan.
"Reina!" panggil Devid.
"Ya Boss, ada apa?"
"Di mana Celine? Sejak tadi aku tidak melihat nya."
"Celine tidak bekerja Boss, tadi dia mengirim pesan kepada ku."
"Loh? Kenapa dia tidak mengabari ku?"
"Aku tidak tau Boss, aku kira dia sudah memberitahu Boss duluan."
"Aneh, baiklah terima kasih Reina."
"Ya Boss."
Devid pun akhirnya pergi meninggalkan Reina dan berjalan menuju ruang kerja nya.
.......
.......
.......
Klak!
Blam!
"Tuan Devid!" sapa Jems yang sejak tadi sudah berada di ruangan tersebut.
"Bagaimana tentang penyelidikan mu kemarin?" tanya Devid seraya berjalan ke arah kursi kerja nya.
Tap! Tap! Tap!
"Nona Celine kemarin pergi ke desa Zwaar."
"Desa Zwaar? Mau apa dia ke sana?"
Drrrrk!
Devid pun duduk di kursi nya, seraya menyimak kembali penjelasan Jems.
"Nona Celine pergi ke desa itu untuk menemui seorang nenek tua, yang di duga adalah Dukun tersakti di wilayah tersebut."
"Dukun?" Devid pun sedikit terkejut mendengar nya.
"Benar tuan, dan informasi yang saya dapat dari warga sekitar, nenek itu bernama nenek Ema, usia nya 70 tahun dan ia tinggal berdua dengan cucu nya yang bernama Sheina."
"Begitu ya, mau apa dia menemui seorang Dukun?" tanya nya, penasaran.
"Entahlah tuan, saya pun tidak tau apa alasan nona Celine mendatangi seorang Dukun."
"Kamu tidak menyadap rumah itu?"
"Maafkan saya tuan, saya tidak sempat membawa alat penyadap nya."
"Begitu rupanya, baiklah kalau begitu Jems, aku ingin kamu menyelidiki rumah Dukun itu! Tanyakan pada nya tentang maksud ke datangan Celine ke sana. Jika nenek itu menolak, bayar dia berapa pun yang dia inginkan!" seru Devid.
"Baik tuan."
...****************...
Di depan kantor Polisi, pukul 12:00 siang.
Terlihat Celine memasuki kantor kepolisian dan menemui salah satu Polisi yang sedang bertugas.
"Selamat siang pak Polisi." sapa Celine, pada salah satu Polisi yang tengah berjaga.
"Oh, nona Celine rupanya?"
"Bolehkah kita berbicara sebentar pak?"
"Oh tentu, silahkan ke ruangan saya!"
"Terima kasih."
Celine dan Polisi kini memasuki sebuah ruangan yang biasa di gunakan oleh Polisi, sebagai tempat pengaduan warga sipil.
Tap! Tap! Tap!
"Silahkan duduk nona!" seru sang Polisi pada Celine.
"Terima kasih pak!"
Drrrrk!
Celine pun duduk di kursi yang telah di sediakan oleh Polisi.
"Baiklah nona Celine, apa tujuan anda datang ke kantor Polisi? Apakah anda ingin menanyakan tentang kasus anak berandalan yang bernama Jack? Kasus itu sudah kami tutup, karena tuan Jems sudah memberikan semua bukti-bukti kuat nya, bahwa anda tidak bersalah."
"Maaf pak, tapi tujuan saya datang kemari bukan untuk menanyakan tentang hal itu."
"Oh, bukan? Lalu untuk apa?"
"Saya datang kemari ingin menanyakan tentang kasus penembakan yang terjadi pada tanggal 14 November xxxx, tepat nya 2 minggu yang lalu, di lokasi yang sama saat Jack tewas."
...Bersambung ......