Pertanyaan “Kapan nikah?” pasti sering muncul ketika bertemu dengan keluarga besar atau teman lama, salah satunya pada momen kumpul keluarga atau reuni sekolah.
Pertanyaan ini sering menjadi m0mok bagi sebagian orang terutama kaum hawa. Dapat memicu munculnya rasa cemas dan stres dalam lingkungan sosial atau pergaulan. Tak terkecuali bagi seorang wanita berusia tiga puluh tahun bernama Yumna Salsabila.
Terlebih ibunya menuntut Yumna untuk segera menikah. Dikarenakan Salwa, adik Yumna, juga berencana menikah dengan kekasihnya.
Hidup Yumna mendadak jungkir balik saat kedatangan mantan playboy kelas kakap bukan kelas bulu, bernama Alden Pratama Bentley. Lelaki blasteran yang satu ini telah jatuh hati pada Yumna sejak pertama kali mereka berjumpa. Sementara Yumna belum bisa dengan cepat naik pelaminan bersama Alden karena ada bias di masa lalu yang ia pendam.
Bagaimana jungkir balik cinta Yumna ? Simak kisah mereka💋
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Safira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28 - Pergi ke Bali (Kejutan)
"Loh, kamu mau pergi ke mana, Yum?" tanya Bu Ratih yang hendak sarapan pagi tiba-tiba melihat Yumna keluar kamar dalam kondisi sudah rapi. Bahkan keponakannya itu juga membawa koper seperti hendak bepergian.
"Aku ada perlu ke Bali sebentar ketemu Mas Alden, Bu." Yumna menjawab secara jujur.
"Katanya kamu mau urus surat-surat pernikahanmu?"
"Sepertinya aku mau menunda dulu pernikahanku, Bu."
"Apa? Mau ditunda lagi!" sahut Salwa yang mendadak datang dan masuk ke dalam pembicaraan antara sang ibu dengan Yumna.
Sebelumnya Salwa sedang berada di kamarnya hendak bergabung sarapan. Tiba-riba ia mendengar sayup-sayup suara ibunya dengan sang kakak yang sedang berbicara serius.
"Apaan sih, kamu! Nyamber saja kayak bensin!" gerutu Yumna.
"Pastinya aku nyamber. Kalau Mbak Yumna enggak nikah-nikah, terus aku kapan nikahnya? Pasti tambah m0lor!" sungut Salwa.
"Kamu nikah duluan, monggo. Mbak enggak masalah kok kamu langkahi,"
"Sudah-sudah! Kalian berdua jangan bertengkar pagi-pagi. Pamali," ucap Bu Ratih yang berusaha melerai keduanya. "Duduk !!" titahnya pada Yumna dan Salwa.
"Aku buru-buru, Bu." Yumna sengaja beralasan.
Hatinya masih sedih perihal kenyataan masa lalu orang tuanya. Ditambah dengan Salwa yang mendadak hadir pagi ini ketika dirinya berbicara serius dengan Bu Ratih. Yumna pun berniat menghindari cecaran Salwa.
"Duduklah sebentar, Yum. Kamu boleh pergi ke Bali setelah sarapan. Pesawatmu jam berapa?"
"Jam dua siang, Bu." Yumna akhirnya memilih untuk menjawab dengan jujur.
"Ini masih jam sembilan pagi. Dari sini ke bandara kan enggak sampai dua jam, Yum. Duduklah dulu sebentar isi perutmu,"
"Takutnya jalanan macet, Bu."
"Ibu doakan jalanan lancar, enggak macet."
Lalu Bu Ratih beralih pandangan kepada Salwa.
"Kamu juga duduk, Sal. Sarapan bareng kakakmu. Selama sarapan, dilarang berdebat!"
Akhirnya Yumna pun memutuskan sarapan bersama dengan ibunya dan Salwa. Ketiganya sarapan dengan kecamuk rasa yang berbeda di hati masing-masing.
Setelah sarapan pagi, Yumna pun berpamitan pada ibunya. Salwa hendak protes karena ingin membahas perihal alasan Yumna menunda pernikahan dengan Alden.
Namun Bu Ratih berhasil mencegah Salwa mencecar Yumna. Salwa pun tak berkutik. Dikarenakan Bu Ratih mengancam tak akan memberinya uang saku bulanan.
"Dasar menyebalkan! Sekarang ibu belain dia di depanku. Bisa gede kepala dia. Huft !!" batin Salwa menggerutu sebal.
"Yumna pamit, Bu." Yumna mencium tangan Bu Ratih penuh takzim.
Yumna juga masih memanggil Bu Ratih dengan panggilan yang sama yakni ibu. Walaupun notabene status Bu Ratih sebenarnya adalah bibinya, bukan ibu kandungnya.
"Iya, Yum. Hati-hati di jalan. Sampaikan salam ibu buat Nak Alden,"
"Iya, Bu."
"Jaga diri baik-baik di sana. Ingat, kalian berdua belum resmi menikah. Jangan lakukan hal-hal negatif yang nantinya berdampak dosa dan merugikan kalian terutama kamu sebagai wanita," tutur Bu Ratih pada Yumna.
"Iya, Bu. Yumna mengerti. Ibu percaya saja sama Yumna. Aku pasti bisa jaga diri kok,"
"Iya, ibu percaya padamu."
"Ibu tak perlu cemas. Setelah selesai urusan di Bali, aku langsung balik ke Jogja. Soalnya tiga hari lagi aku ada jadwal interview user di kampus,"
"Interview user, maksudnya kamu mau pindah kerja?"
"Bukan, Bu." Jawab Yumna. "Alhamdulillah aku lolos tahap awal buat dapetin beasiswa kuliah pascasarjana. Nah, tiga hari lagi aku wajib interview dengan user perusahan yang menjadi pemberi beasiswa. Kalau lolos maka aku bisa kuliah pascasarjana dengan jalur beasiswa itu, Bu."
"Selamet yo, Nduk. Kamu memang pinter, Yum. Ibu bangga sama kamu. Ibu doakan lancar-lancar dan kamu bisa dapetin beasiswa itu," ucap Bu Ratih seraya tulus mendoakan Yumna.
"Aamiin yaa rabbal alamiin. Doa ibu pasti makbul. Makasih banyak, Bu." Yumna pun langsung memeluk tubuh Bu Ratih. Ia merasa terharu dengan perhatian Bu Ratih padanya.
Entah mengapa, Yumna pun tak bisa berlarut-larut marah pada Bu Ratih perihal rahasia orang tuanya di masa lalu. Yumna mencoba untuk ikhlas pada takdirnya.
"Maafin ibu ya, Yum." Bisik Bu Ratih.
Lalu, Yumna menganggukkan kepalanya. Dirinya sudah ikhlas memaafkan Bu Ratih.
Lambaian tangan dari Bu Ratih melepas Yumna pergi ke Bali. Bu Ratih tentu berharap acara pernikahan Yumna dan Alden tetap bisa terlaksana dengan baik dan tidak tertunda lama atau berlarut-larut.
Dalam hatinya, Bu Ratih juga terus melafalkan doa agar langkah Yumna dalam segala hal di masa depan berjalan lancar tanpa hambatan apapun. Dirinya sungguh merasa bersalah pada Yumna.
☘️☘️
Bali.
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih satu setengah jam mengudara, akhirnya Yumna tiba di Pulau Dewata. Ia segera naik taksi dari Bandara I Gusti Ngurah Rai, Bali, menuju kediaman pribadi Alden yang berada di Denpasar.
"Bli, tolong nanti mampir ke supermarket dulu ya. Saya mau belanja sebentar," pinta Yumna pada sang sopir taksi.
"Oke, Nona cantik."
"Makasih, Bli."
"Sama-sama, Nona cantik."
Akhirnya Yumna pun berhenti sejenak di supermarket untuk berbelanja beberapa keperluan sebelum pergi ke rumah Alden. Ini kedua kalinya Yumna bertandang ke rumah Alden di Bali.
Pertama kalinya, saat Yumna sudah resmi bertunangan dengan Alden. Waktu itu ketika ada liburan sekolah, Langit mengajak anak dan istrinya untuk berlibur di Bali. Nanda pun mengajak Yumna. Jadilah mereka semua sepakat liburan bersama dan menginap di rumah Alden yang memang punya beberapa kamar.
Kediaman pribadi Alden bak rumah, tapi rasa vila. Halamannya terbilang luas dan asri. Ada kolam renang dewasa dan juga untuk anak-anak hingga jacuzzi.
Awalnya Yumna sempat kaget melihat kediaman pribadi Alden di Bali yang terbilang luar biasa baginya. Yumna semakin merasa insecure kala itu. Namun Alden selalu bisa membuat rasa insecure yang ada pada diri Yumna terutama perihal kekayaan dan strata sosial di antara mereka, seketika lenyap.
"Tak perlu kaget atau insecure lihat rumahku yang begini. Masih banyak cowok lain di luar sana yang rumah dan hartanya jauh di atasku,"
"Aku yang sampai umur segini, belum bisa kayak kamu. Beli rumah sendiri saja belum kesampaian. Kalah jauh sama kamu," ucap Yumna mulai dilanda insecure kala itu.
"Kan wajar, selama ini uang hasil kerja kerasmu buat hidupin ibu dan adikmu di Bandung terus bayar hutang mendiang bapakmu. Sedangkan aku, gak sepenuhnya uang pribadiku dari pekerjaan. Sebagian besar ada warisan peninggalan mendiang orang tuaku yang aku investasikan buat bangun bisnis. Terus, aku enggak punya saudara atau keluarga yang harus dihidupin. Cuma buat biaya hidup diri sendiri," tutur Alden.
"Takutnya aku enggak bisa ngimbangin kamu dengan lingkungan dan teman-temanmu yang pastinya kaya-kaya,"
"Kaya apa nih? Kaya beneran apa 'kaya aspal' maksudmu? Hehe..." ledek Alden seraya tertawa di depan Yumna.
"Aku serius, Al."
"Loh, aku juga serius kok. Dunia ini seperti dua warna dasar yakni ada hitam dan putih. Ada gelap pastinya ada terang. Dan juga seperti mata uang yang selalu punya dua sisi. Jangan kamu kira orang yang terlihat kaya dengan gaya parlente itu kaya beneran. Bisa jadi dia termasuk ke dalam golongan orang kaya aspal. Bukan aspal di jalanan. Kaya aspal itu hanya sekedar julukan saja. Ya, seperti istilah anak zaman now yang sering bilang gaya elit tapi ekonomi sulit. Pura-pura kaya gitu deh,"
"Apa temanmu banyak yang termasuk 'kaya aspal' begitu?"
"Oh, pasti ada. Banyak malahan," jawab Alden. "Bahkan ada yang masuk D P O karena nipu teman sendiri. Ada yang temannya dirayu buat ikutan investasi ke dia, eh ternyata kang tipu. Duitnya dibawa kabur deh enggak jelas dibuat apa sampai habis. Ada juga yang pinjem duit janji sebulan dua bulan bakal dibalikin. Nyatanya sampai rambut beruban, enggak dibalikin juga."
"Ya ampun, tega bener tuh orang!" seru Yumna.
"Makanya Ayank harus hati-hati dalam pilih teman," saran Alden.
"Iya,"
Itulah percakapan kala Yumna bertandang pertama kali ke rumah pribadi Alden di Bali.
☘️☘️
Taksi Yumna pun akhirnya tiba di kediaman pribadi Alden sekitar pukul 18.00 WITA. Yumna punya kunci cadangan rumah tersebut. Alden yang sengaja memberikannya ketika mereka berdua resmi bertunangan.
Awalnya Yumna menolaknya. Namun Alden memaksanya. Sebab lelaki yang menjadi calon suaminya itu tak ingin menutupi apapun dari Yumna. Jika memang Yumna sewaktu-waktu ingin bertandang ke rumahnya tersebut, Alden tak masalah. Ia sangat welcome khusus Yumna seorang.
Bagi Alden, harta miliknya juga milik Yumna. Walaupun keduanya belum resmi menjadi suami-istri. Itulah gambaran cinta Alden pada Yumna.
Lelaki ini memang bucin ngepoll pada Yumna sejak pertama kali berjumpa. Ibarat kata, kepalang jatuh hati hingga sejatuh-jatuhnya dan tak menyisakan tempat sedikitpun bagi wanita lain di hatinya.
"Sudah sampai, Nona cantik."
"Makasih, Bli." Yumna pun membayar sang sopir dengan uang tunai.
Kemudian Yumna keluar dari taksi seraya menatap gerbang rumah Alden.
"Kelihatannya sepi, apa dia enggak ada di rumah?" batin Yumna.
Selepas taksi pergi, Yumna pun membuka gerbang rumah Alden. Lalu, perlahan ia masuk ke dalam rumah itu.
Yumna sengaja tak memanggil Alden karena dirinya berniat datang hari ini untuk memberi kejutan pada calon suaminya itu, sekaligus meluruskan kesalahpahaman yang sedang terjadi antara mereka berdua.
Yumna melihat salah satu mobil pribadi Alden tak ada di garasi.
"Yah, ternyata kamu lagi keluar rumah. Pantes sepi," gumam Yumna setelah berkeliling dan tak menemukan Alden.
Di sana memang tak ada pembantu. Alden biasa memanggil pembantu untuk membersihkan rumahnya setiap dua hari sekali. Itu pun sang pembantu akan datang bersih-bersih di pagi hari dan hanya beberapa jam, lalu pulang.
"Baiklah, aku mau langsung masak menu kesukaanmu biar Mas buleku yang tampannya se-RT itu ngambeknya enggak lama. Jadi, pas kamu pulang bisa langsung makan bersama." Ujar Yumna bermonolog.
Yumna terlihat begitu bersemangat untuk mulai berkutat di dapur milik Alden.
Setelah satu jam lebih memasak di dapur, akhirnya selesai juga. Kini Yumna tengah sibuk menata semua hasil masakannya di atas meja makan.
Tiba-tiba terdengar suara bel pintu berbunyi.
"Siapa ya?" batin Yumna.
Bel pintu di gerbang rumah Alden masih terus berbunyi. Alhasil Yumna memutuskan segera beranjak ke depan untuk membukanya.
Ceklek...
Bersambung...
🍁🍁🍁
Yumna sebaiknya cerita in sj ke alden masa lalumu... toh bukan karena disengaja to di jebak