"Syukurlah kau sudah bangun,"
"K-ka-kamu siapa? Ini… di mana?"
"Tenang dulu, oke? Aku nggak akan menyakitimu.”
Ellisa memeluk erat jas yang tadi diselimuti ke tubuhnya, menarik kain itu lebih rapat untuk menutupi tubuhnya yang menggigil.
"Ha-- Hachiiih!!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Umi Nurhuda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ellisa mengurus Elmira
Seharian penuh Ellisa mengurus Elmira, bocah kecil yang energinya seolah tak habis-habis.
Dari pagi hingga sore, Elmira tak mau lepas dari pelukan Ellisa, meski Nyonya Koki dan si Bobo, asisten rumah tangga sudah mencoba membantu.
Namun, Elmira menolak setiap kali mereka mendekat, bahkan menangis jika ada yang berusaha mengambilnya dari Ellisa.
“Nona Ellisa, biasanya Nona Elmira mau bermain dengan kami, tapi sepertinya kali ini dia benar-benar lengket sekali dengan Anda,” ujar Nyonya Koki sambil menghela napas. “Maaf kalau ulahnya membuat Anda kelelahan.”
Ellisa hanya tersenyum tipis, meski tubuhnya terasa pegal setelah seharian menggendong dan bermain dengan Elmira. “Nggak papa, Nyonya. Saya sudah terbiasa. Di panti, saya juga sering membantu mengurus anak-anak kecil.”
Nyonya Koki mengangguk, merasa sedikit lega, tapi tetap khawatir melihat wajah Ellisa yang mulai pucat. “Kalau begitu, nanti saya buatkan teh jahe hangat untuk Anda. Biar tubuh Anda lebih segar.”
Ellisa mengangguk sopan. “Terima kasih, Nyonya.”
Sementara itu, Elmira masih asyik bermain di lantai dengan balok kayunya. “Nya nya nya ta ta ta!” panggilnya dengan suara kecil penuh semangat, sambil menunjuk balok yang baru saja ia susun menjadi menara kecil.
Ellisa segera menghampiri. “Wah, Elmira hebat banget! Ini kakak bantu tambahin atapnya, ya?” katanya.
Hari itu Elmira benar-benar aktif. Ia tak hanya meminta bermain balok, tetapi juga minta gendong dan jalan-jalan. “Auuu aaa!” teriaknya sambil menarik-narik tangan Ellisa.
“Baik, kita ke taman, kita ke taman ya, Elmira.” kata Ellisa sambil menggendong bocah itu dengan hati-hati.
Di taman, Elmira tertawa riang sambil menunjuk setiap bunga yang ia lihat. "Kyaaa!! Uuu uuu kyyaaa!!" Sambutnya sambil menepuk-nepuk tangan.
Elmira meraih-raih ke ayunan, memaksa Ellisa membawanya ke ayunan. Melihat senyuman Elmira yang begitu ceria, ia tak tega menolak.
“Elmira, ayo tidur, yuk. Nanti kamu bisa main lagi setelah istirahat,” bujuk Ellisa sambil menggendong bocah itu.
Namun, Elmira malah menggeleng keras, tidak mau digendong. "Ya udah, kakak ceritain sesuatu ya," Ellisa menghela napas panjang, lalu mulai bercerita dengan suara lembut, berharap cerita dongengnya bisa membuat Elmira mengantuk.
Setelah hampir setengah jam, Elmira mulai menguap dan matanya perlahan-lahan tertutup. Ellisa tersenyum lega meski dia juga ikut menguap. "Nenen, yuk," ajaknya.
Nyonya Koki menyambutnya di ruang tengah sambil membawakan teh jahe, “Anda memang luar biasa, Nona Ellisa. Saya yakin Nona Elmira sangat beruntung memiliki Anda di sini.”
Ellisa tersenyum tipis. “Terima kasih, Nyonya. Elmira anak yang ceria, saya senang bisa selalu bersamanya.”
"Ini minumnya, Non."
“Iya. Saya tidurkan Elmira di kamar dulu ya,” ujar Ellisa sambil melangkah hati-hati, menimang Elmira yang mulai terlelap dalam pelukannya.
Namun, sebelum ia sempat melangkah lebih jauh, suara pintu terbuka dengan keras mengalihkan perhatiannya. Seorang gadis remaja masuk dengan langkah cepat.
“Sam! Kakak Sam!” panggil gadis itu dengan suara melengking. Ternyata itu Alana, adik Sam.
Nyonya Koki yang berada di ruang tengah segera menyambutnya. “Nona Alana, maaf, Tuan Sam sedang tidak di rumah,” jelasnya dengan sopan.
Alana mendengus kesal sambil melepas tas sekolahnya dan melemparkannya ke sofa. “Sudah kuduga! Selalu saja kerja, kerja, kerja! Kak Sam nggak pernah ada waktu di rumah!”
“Saya ambilkan minum dulu ya, Nona,” ujar Nyonya Koki dengan tenang, mencoba menenangkan suasana.
“Ya terserah!” balas Alana ketus.
Sementara itu, Ellisa yang sempat terpaku di tempat mendengar keributan Alana, membuat Alana melotot tajam.
“Eh, lo siapa?” tanya Alana sambil menunjuk Ellisa dengan sikap arogan.
Elmira yang tertidur di pelukan Ellisa mulai menggeliat, merasa terganggu oleh suara keras Alana. Ellisa menenangkan bocah kecil itu dengan lembut. “Ssshh… Elmira, cup cup cup…”
“Hei! Gue nanya lo siapa?!” suara Alana semakin meninggi. Ia mendekati Ellisa dengan langkah cepat dan sedikit mendorong pundaknya. Elmira kembali gelisah di pelukan Ellisa, hampir menangis.
“Maaf, bisakah kamu pelankan suaramu? Elmira hampir tertidur,” ujar Ellisa dengan suara pelan, berusaha menghindari konflik.
Namun, respon itu justru membuat Alana semakin kesal. “Lo berani ngatur gue?!” tantangnya sambil berkacak pinggang.
“Tapi… kamu bisa bikin Elmira nangis,” balas Ellisa dengan suara gemetar.
“Bodo amat!” balas Alana dengan suara tinggi.
Ellisa mencoba menghindar dan berjalan ke kamar sambil tetap menimang Elmira. Namun, Alana yang tak terima diabaikan malah menarik rambut kepang Ellisa dari belakang.
“Aaaa! Sakit!” seru Ellisa, tersentak kaget. Tubuhnya sedikit bergoyang, membuat Elmira yang ada di pelukannya semakin terganggu dan mulai menangis.
Nyonya Koki segera kembali dari dapur dengan segelas minuman yang ia bawa. “Nona Alana, tolong jangan membuat keributan,” katanya tegas namun tetap sopan.
Alana mendengus, melepas rambut Ellisa dengan kasar. “Cih!” gumamnya sambil kembali ke sofa. Ia duduk dengan sikap tak acuh, melipat tangan di dada.
Ellisa berusaha menenangkan Elmira yang kini menangis keras di pelukannya. Wajahnya pucat karena ketakutan, tapi ia tetap mencoba bersikap tenang.
“Nggak papa, Elmira, nggak papa. Kakak di sini,” katanya lembut sambil mengusap punggung bocah itu.
Nyonya Koki mendekati Ellisa dengan penuh perhatian. “Nona Ellisa, maafkan Nona Alana. Dia memang sering seperti itu kalau sedang kesal.”
Ellisa hanya mengangguk pelan. “Nggak papa, Nyonya. Saya akan membawa Elmira ke kamar sekarang,” ujarnya sambil melangkah perlahan, mencoba melupakan insiden barusan.
Namun, dari sofa, Alana memandang Ellisa dengan tatapan penuh selidik, seolah menyimpan dendam kecil di dalam hatinya.
"Nyonya Koki, cewek itu siapa?" tanya Alana, tatapannya masih terpaku ke arah kamar tempat Ellisa berada.
"Dia Nona Ellisa, Nona. Yang mengasuh Nona Elmira," jawab Nyonya Koki.
"Sejak kapan dia ada di sini?" gumam Alana, lalu mengerucutkan bibirnya dengan kesal. "Bikin kesel aja. Awas ya, gue bikin dia nggak betah di sini," dengusnya pelan, tapi cukup terdengar oleh Nyonya Koki.
Nyonya Koki hanya menghela napas panjang, memilih untuk tidak menanggapi lebih jauh. "Nona sudah makan belum?" tanyanya, mengalihkan pembicaraan.
"Tentu saja belum! Kak Sam pulangnya kapan sih? Aku telepon juga nggak diangkat!" Alana mendengus.
"Nona Alana, makan dulu. Saya siapkan makanan di meja makan," kata Nyonya Koki, tetap dengan nada lembut.
"Ya!" Alana menjawab pendek, tapi rasa penasaran di matanya tidak hilang.
Saat menunggu makanannya, Alana merasa gelisah. Ia melangkah pelan menuju kamar Elmira, rasa ingin tahunya terhadap Ellisa makin membuncah. Perlahan ia mengintip dari celah pintu yang sedikit terbuka.
Namun, yang ia lihat membuat matanya membelalak. "Astaga! Dia ngapain itu?" gumamnya pelan, tapi wajahnya penuh keterkejutan.
Tanpa pikir panjang, Alana membuka pintu kamar dengan cepat. "Elo... nyusuin dia?!" serunya, tercengang melihat Ellisa sedang menyusui Elmira.
BTW gantian ke cerita ku ya Thor. Poppen. Like dn komen kalo bs. /Grin/