Aluna terpaksa harus menikahi seorang Pria dengan orientasi seksual menyimpang untuk menyelamatkan perusahaan sang Ayah. Dia di tuntut harus segera memiliki keturunan agar perjanjian itu segera selesai.
Namun berhubungan dengan orang seperti itu bukanlah hal yang mudah. Apa lagi dia harus tinggal dengan kekasih suaminya dan menjadi plakor yang sah di mata hukum dan Agama.
Bagaimana kelanjutan kisah mereka? Baca terus ya, semoga suka! Dan maaf jika cerita ini agak kurang mengenakkan bagi sebagian orang🙏
Warning!
"Ini hanya cerita karangan semata. Tidak ada niat menyinggung pihak atau komunitas mana pun"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Whidie Arista, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2- Surat Nikah
Dulu, Luna adalah seorang Anak yang benar-benar di manja oleh Ayahnya. Setelah Ibunya meninggal saat usia Luna 4 tahun dia sama sekali tak menikah lagi dia mendedikasikan hidupnya demi sang putri tercinta.
Hidup Luna bak seorang Putri Raja penuh dengan kemewahan, apa pun yang dia inginkan tak ada satupun yang tidak di wujudkan oleh sang Ayah. Meskipun dia menghabiskan uang puluhan bahkan ratusan juta setiap harinya, Ayahnya tak pernah marah karena jika dia marah Luna akan langsung merajuk dan kabur dari rumah.
Karena tahu kelemahan sang Ayah adalah dirinya, Luna selalu memanfaatkan hal itu tanpa tahu semuanya akan menjadi bumerang bagi dirinya sendiri.
Beberapa bulan yang lalu, Ayahnya meninggal dan meninggalkan hutang yang cukup besar pada Bank. Belum lagi kondisi perusahaannya yang hampir bangkrut. Rumah mereka pun kini telah disita, dan itu tak mengurangi separuh pun hutang Ayahnya.
Lalu siapa yang patut di salahkan? Ayahnya, atau justru Luna sendiri?
Dia tak pernah berpikir bagaimana caranya Ayahnya mendapatkan uang dalam jumlah besar tiap kali Luna menginginkan sesuatu, yang dia tahu hanya keinginannya harus terpenuhi.
Dia jadi anak yang tak berguna meski dia Lulusan fakultas ternama, itu hanya sebuah gelar tanpa tindakan nyata, dia sama sekali tak punya pengalaman tentang pekerjaan, membuat perusahaan yang memang sudah tidak stabil itu menjadi goyah saat dia mengambil alih perusahaan. Yang tersisa kini hanya sebuah apartemen kecil yang dulu ia beli untuk tempat sembunyi saat dia kabur dari rumah.
‘Aku benar-benar anak yang tak berguna. Ayah tolong maafkan anak mu ini.’
“Keputusan apa yang akan kau ambil sekarang?” suara bariton seseorang membuat Luna sontak menoleh.
Ternyata itu Dean, dia berdiri dengan jarak sepuluh langkah darinya.
“Kau sendiri?” Luna balas bertanya.
“Tentu saja aku menolak. Aku tidak suka padamu,” ucapnya blak-blakan.
“Cih. Memangnya kau pikir aku juga suka padamu,” cibir Luna.
Dia berjalan melewati Dean begitu saja, dan kembali ke dalam. Tuan Adiyasa masih duduk di tempat yang sama.
“Kau sudah memikirkan segalanya Luna? Lalu bagaimana keputusanmu sekarang?”
“Aku bersedia. Aku siap memberikan seorang pewaris untuk keluarga Adiyasa.” Ucap Luna mantap.
“Sial! Hey apa yang kau pikirkan, Ayah aku tidak mau!” tolak Dean tegas.
Luna mendelik ke arah Dean, seraya berkata, “jika dia terus bersikukuh untuk menolak, itu terserah padanya. Tapi aku sudah katakan aku bersedia, mau atau tidaknya dia menikah denganku itu urusannya sendiri aku harap ini tak membuat kesepakatan kita batal Tuan.”
“Kau tenang saja, dia akan bersedia.”
“Jangan harap! Aku sudah memesan tiket pesawat ke Jerman dan aku akan menetap selamanya disana.”
“Heh. Itu jika kau bisa pergi, kau harus memiliki pasportmu untuk berangkat kesana, bukan?” seringnya.
“Sial. Apa Ayah mengambilnya?”
“Bukan cuma milikmu, milik dia pun ada padaku. Jika kau tidak menurut padaku, maka jangan harap kalian bisa bersama, aku juga akan menghancurkan karir yang telah dia bangun selama ini,” ancamnya.
“Ayah, kau benar-benar kejam,” raut wajah Dean menyiratkan rasa kekecewaan dan kemarahan yang terpendam.
“Aku melakukan semua ini untuk keluargaku, jika kau pikir ini kekejaman maka anggaplah seperti itu. Kau anakku satu-satunya jadi terimalah nasibmu.”
Dean mendengus kasar dengan tangan terkepal, kemudian kembali berkata, “apa setelah aku punya anak kau akan membiarkan aku menikahi Jeff?”
“Terserah kau saja. Lakukan apa pun yang kau sukai, aku tidak peduli.”
“Baiklah kalau begitu, kau harus memegang kata-katamu.”
Mereka menandatangani surat perjanjian dan masing-masing memegang satu lembar.
“Jika salah satu di antara kita ada yang melanggar kontrak, maka semua perjanjian ini akan batal dan kembali ke awal, berikut dengan dendanya,” jelas Tuan Adiyasa.
Dean maupun Luna hanya mengangguk pelan tanpa sepatah kata pun keluar dari bibir masing-masing.
***
Luna menghempaskan tubuhnya di ranjang. Pandangan matanya menerawang jauh. Hanya apartemen kecil dengan satu kamar tidur ini tempatnya bernaung kini, dia tak punya banyak uang atau pun barang mewah seperti sebelumnya. Dia banyak menjual barang-barangnya untuk bertahan hidup hanya tinggal beberapa saja yang ia pertahankan sebagai kenangan dari sang Ayah.
Hari pun berganti.
Luna menatap buku kecil dalam genggamannya, yang bertuliskan Buku Nikah. Akhirnya dia dan Dean sudah resmi menikah, walau tanpa adanya acara besar atau pesta.
Luna dan Dean berjalan keluar selepas membawa surat masih dalam keadaan diam seribu bahasa.
“Ayah sudah memindahkan semua barangmu ke rumah Dean, kau tinggal pergi kesana,” ujar Tuan Adiyasa.
“Ke Rumah siapa?” Dean menatap tak percaya.
"Ke Rumahmu, tentu saja.”
“Ayah ayolah. Disana ada Jeff, aku tidak mungkin membawa dia ke rumahku,” kesal Dean.
“Kalau kalian tidak tinggal bersama lalu bagaimana caranya kalian akan berhubungan. Lagi pula kalian sudah menjadi suami istri sudah seharusnya kalian tinggal bersama. Soal laki-laki aneh itu, itu urusanmu untuk mendisiplinkannya, jika kau tidak berani biar aku yang akan melakukannya. Lagi pula sesama lelaki, tidak ada kata lembut,” seringainya.
“Ugh. Tidak usah, biar aku saja,” tolak Dean seketika. Dia tahu benar seperti apa sifat Ayahnya, jika dia yang bicara pada Jeffrey sendiri itu pasti akan menjadi sebuah bencana baginya.
“Heh, baiklah kalau begitu. Selamat atas pernikahan kalian, setelah beberapa waktu mari kita buat resepsi besar untuk kalian. Kalau begitu aku pergi dulu.” Ucapnya sambil tersenyum bahagia.
‘Resepsi besar, apa itu perlu? Mengingat pernikahan kami ini hanya sebuah kontrak yang akan berakhir setelah aku dan Dean berhasil punya anak.’
Sejujurnya, awalnya Tuan Adiyasa ingin mengadakan pesta pernikahan yang cukup meriah, namun Dean menolak, dia tak ingin Jeffrey tahu semua ini untuk sekarang, dia ingin menjelaskan masalah ini pelan-pelan pada kekasihnya itu. Jadi untuk sementara ini kami harus merahasiakan pernikahan ini sampai Dean berhasil membujuk Jeffry.
wkwkwkwkwk
jadi ingat dulu pernah baca hubungan poliandri tahun 2019
apa cuma satu