Almayira seorang gadis yang sangat religius, dia tidak pernah melepaskan niqobnya.
Namun di suatu hari ketika dia mengantar temannya, untuk menemui seorang laki_laki justru dirinya yang malah direnggut kehormatannya secara paksa sehingga
menyebabkan dia hamil saat masih sekolah, demi menutupi kehamilannya dia selalu menggunakan jaket.
Bagaimana nasib mayira? Apakah pria itu akan bertanggung jawab?
Penasaran? makanya baca.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ncess Iren, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mahar Dari Bara
Bara diam ia juga memikirkan hal itu, jadi dia merasa tau diri untuk protes dengan apa yang dilakukan Rendra.
"Tapi kamu harus tau nak, Mama seneng kamu bisa menikah dengan gadis baik_baik. Setidaknya mama bisa meninggalkan kamu, dengan tenang.
Bara langsung menoleh pada Risma dengan pandangan yang tidak suka, "Mama jangan bicara ngelantur, aku ngga suka" Risma hanya mengangguk paham. "Ya sudah lupakan itu mari kita bicarakan tentang besok, apa kamu sudah menyiapkan mahar?
Bara menggeleng polos, dia pikir tidak membutuhkan mahar. Karena ini pernikahan, sama sekali tidak ada yang menginginkan.
Risma menoyor pelan kepala bara, wanita itu mencoba melepaskan cincin dari jari manisnya. Risma memegang tangan bara, dan memberikan cincin itu.
"Kamu jual aja cincin ini, dan beli yang baru untuk mahar"
"Ngga usah mah, Bara punya kok uang tabungan. Ina kan cincin mama, simpan aja"
"Tuan Bara kami diperintahkan untuk membawa tuan pulang, kerumah besar kami harap tuan mau mempertimbangkan lagi keputusannya"
Bara menatap nyalang, "Gue udah bilang, gue ngga mau".. Bara hendak menutup sepihak panggilan telepon tapi urung, "Dan ingat jangan panggil gue tuan muda, gue bukan anak majikan lo"
Tuuttt...
Panggilan terputus sepihak.
Risma yang berada diluar kamar Bara, ia mendengar obrolan antara anaknya dengan anak buah mantan suaminya.
Risma tersenyum miris, perlahan dia membuka pintu kamar Bara. Tentu dengan mengetuknya terlebih dahulu, "Boleh mama masuk, Nak?
"Masuk aja mah.. Raut garang bara yang sangat kentara tadinya, kini berubah redup.
"Nak janganlah seperti itu, biar bagaimana pun dia itu papa kamu... Risma berusaha bangkit dari kursi roda dan duduk di sisi ranjang, tepat disebelah Bara.
Risma mengelus dengan penuh kasih sayang rambut bara, sebagai seorang ibu risma tau. Setiap masalah yang dihadapi Bara, seberat apa masalah yang menimpanya.
"Besok kamu menikah, undang papa ya nak..
Tanpa pikir panjang, bara menggelengkan kepalanya cepat: "Jangan harap.
Risma mengangguk mengerti, setidaknya dia coba memahami.
"Setidaknya kabari, besok kamu akan menikah"
"Udah mah cukup, bara tidak akan melakukan itu.
_______
Allah tau batas kemampuan hambanya, sehingga tidak akan menguji diluar kemampuan hambanya. Ujian dan masalah adalah bagian dari hidup, namun tetap Allah tempat meminta petunjuk.
Mayira bersujud diatas sajadah, dengan diiringi isakan airmata. Dadanya terasa begitu sesak, menghantam, Raganya bergetar bergema meminta pertolongan. Hatinya seperti teriris akan sembilu, yang menimbulkan rasa yang amat perih.
Mulut mayira mengucap lirih asma Allah, berulang kali berharap dapat meredakan apa yang ia rasakan saat ini. tangis pilunya makin pecah, dikeheningan malam.
"Ya Allah... Ya Allah... Ya Allah...berulang kali mayira mengucapkan itu. beberapa menit kemudian mayira bangun dari sujudnya, dengan isakan yang masih terdengar.
Mayira rapuh, ia hancur lebur dengan kenyataan yang terpampang di depan mata. Besok mau tidak may, siap tidak siap, ia akan menikah dengan laki_laki ayah dari janin yang ia kandung. mayira menatap kedepan, dengan pikiran yang semrawut. Namun ia mengalihkan pandangannya, saat handphonya bergetar.
Dengan tertatih gadis itu meraih benda pipih itu, dahi mayira berkerut karena dilayar ponselnya tertera tulisan "Nomor tidak dikenal" Jari lentiknya menggeser layar ponsel, lalu meletakan benda itu ditelinganya.
"Lo suka cincin yang kek gimana? tanya suara berat laki_laki disebrang sana.
Mayira menjauhkan ponselnya dari telinganya, tidak salah dengar itu adalah suara Bara. "Dari mana bara dapat nomornya.. "Waalaikumsalam.. ucap Mayira menyindir.
Diam tidak ada suara dari seberang sana sampai beberapa detik, "Nyindir gue.. Ucap Bara, nggak nyindir tapi kalau merasa tersindir berarti Mayira nyindir.
"Tinggal bilang iya nyindir kok ribet amat.
"Tinggal ngucapin salam kok susah amat.. bales Mayira terdengar suara di ponsel mayira. tanpa sadar Mayira tersenyum geli, namun beberapa saat senyum itu pudar saat mengingat kenyataan.
"Assalamualaikum.. salam bara.
"Waalaikumsalam.. jawab Mayira tanpa bisa ditahan Maira terkekeh.
"Puas loh!
"hehehe kenapa nelpon Mayira malam-malam gini. Mayira mencoba mengalihkan pembicaraan.
"Lo Jangan geer ya gue nggak akan nanyain Lo udah tidur atau belum. alis Mayira terangkat sebelah, "ini Mayira lagi telepon Kak bara berarti mayira belum tidur.. jawab Mayira.
"Gue nggak nanya.. kata Bara Ketus.
Mayira mengangguk, "iya iya emang kak bara mau nanyain Mayira apa malam-malam Nelepon.
"Lo suka cincin yang seperti apa? tanya bara lagi, Alis Mayira tertaut Dalam rangka apa bara nanya yang mau beli cincin.
"Buat apa?
"Mahar.. Jawab Bara, satu kata membuat mayira kembali pada kenyataan. Mayira belum siap untuk menikah, Apalagi besok.
Ia belum memikirkan apapun, tentang apa yang akan dia lakukan besok.
"Ternyata bukan mimpi... Mira bergumam lirih, setelahnya menghembuskan nafas dengan kasar. Air matanya berderai.
Di dalam kamar bara, remaja yang keesokan harinya akan menjadi seorang suami, Tengah terlentang dengan ponsel di telinganya bara bisa mendengar apa yang dikatakan oleh Mayira. Ya bara juga berharap ini semuanya mimpi, tapi kembali lagi semua ini adalah kenyataan.
"May.. Panggil bara tapi tidak ada sahutan dari sana.
"May.. Panggil bara lagi, masih sama tidak ada sahutan. Namun beberapa detik kemudian, bara mendengar suara isakan dari ponselnya. Sepertinya gadis yang tengah mengandung itu sedang menangis, bara mengusap kasar wajahnya.
"Cincin yang kayak gimana? tanya bara cepat, ia ingin segera memutuskan sambungan setelah mendapatkan jawaban.
"Kak boleh nggak maharnya surat ar-rahman? Mata bara terbelalak saat mendengar perkataan Mayira, tidak salah kah mayira meminta seperti itu? sepertinya mayira salah orang.
"Eh nggak bisa ya, Ya udah cincin aja yang simple atau sesuatu hal yang tidak memberatkan Kak bara.
Bara dapat mendengar ada kekecewaan setelah mengatakan itu, Mayira memutuskan sambungan telepon sepihak.
Bara memijat pelipisnya terasa pusing.
"Wah seriusan Astrid berteriak histeris... dia memegang bahu Mayira, ini pasti sangat sulit dilewati oleh seorang Mayira.
"Lo mau menikah sama Kak Bara? Untung saja teriakan Astrid tidak jadi pusat perhatian, karena saat ini mereka sedang berada di dalam kelas.
Namun bisa dibilang Hanya mereka berdua, yang berada di ruangan itu. Ini adalah jam istirahat mayira mengangguk membenarkan ini.
"Pasti Sulit buat kamu.. ucap Astrid yang memeluk Mayira, dia merasakan tubuh mayira gemeteran.
"Seandainya malam itu gue nggak nyuruh lo buat nemenin gue, pasti semua ini nggak akan terjadi. Entah sudah berapa kali untaian kalimat itu keluar dari bibir Astrid, jika memang Mayira menyalahkan hal itu Apa gunanya toh semua sudah terjadi.
Mayira menggeleng "Aku akan menikah Nanti sore, sehabis pulang sekolah.. ucap Mayira, Astrid melepaskan pelukannya.
"Kok bisa sih sampai seperti ini? Mayira menggeleng
"Hanya itu yang bisa aku katakan sekarang, ceritanya panjang dan melelahkan. Mayira tidak menangis saat mengatakan itu, bahkan untuk mengeluarkan air mata pun ia lelah.
_______
"Saya terima nikah dan kawinnya Almayira Az_Zahra dengan mas kawin seperangkat alat salat dan cincin dibayar tunai.. Ucap Bara dengan satu kali tarikan nafas, dengan menjabat tangan Pak penghulu.
"Bagaimana para saksi, SAH? Ucap Penghulu.
"SAH, jawab orang-orang yang menghadiri akad nikah itu. Pernikahan sederhana Mayira dan Bara di kediaman sang mempelai wanita, tidak banyak tamu yang diundang bahkan bisa dihitung pakai jaring. Ada keluarga besar dari Mayira kakek, nenek dan Pamannya. Tentu saja kedua orang tua Mayira juga hadir Rendra dan Sarah, dan juga orang tua bara yaitu mamanya. Dua saksi pernikahan juga turut hadir.
Acara dilanjutkan dengan doa bersama, Bara melihat ke arah Rendra yang kini telah menjadi mertuanya. Bara bisa melihat raut kesedihan, bara bisa menebak Rendra sangat kecewa karena bukan dirinya langsung yang menikahkan putrinya.
Bara jadi berpikir apa setelah ini, ia juga seperti itu.
Penampilan para saat ini beda dari biasanya, memang tidak seperti nikahan pada umumnya namun bara menggunakan setelan jas yang cocok dengan tubuhnya yang kekar itu. Semua atas paksaan mamanya.
Dari tangga Mayira berjalan pelan, dengan hati-hati didampingi Sarah dan Astrid. Berpenampilan sangat anggun dengan balutan gaun panjang yang sederhana, hampir mirip seperti gamis biru langit. Hijab panjang menjuntai menutupi dadanya dan tidak lupa sehelai cadar menutupi wajahnya, Mayira dituntun ke arah tempat bara berada.
Sekarang Mayira sudah benar-benar menjadi istrinya, seorang Bara bad boy disekolah.
"Sekarang pasangkan cincinnya di jari Mayira dan sebaliknya.. imbuh Sarah, menyodorkan dua cincin pada bara.
"Bara mengambil satu cincin, "Nih pasang sendiri" ketus Bara, sontak saja bara dapat cubitan Dari mamanya.
"Kamu ini.. dengan setengah hati, bara mengangkat cincin itu.
Pada saat Bara akan memakaikan cincin pada jari manis Mayira, Bara bisa melihat tangan Mayira yang gemeteran.
Tidak memperdulikan itu Bara segera memasangkan cincin itu, Namun belum sempat Bara menyentuh tangan Mayira sudah lebih dulu ditarik oleh si empu. Mayira menoleh ke arah sang ibu, lalu menggeleng.
Melihat itu Sarah tersenyum, "Nggak papa sudah halal boleh disentuh kulitnya.. ungkap Sarah. Ia membantu tangan Mayira agar tetap di udara Sampai Bara berhasil menyematkan cincin itu.
___Tbc___