Aluna tiba-tiba diceraikan oleh suami nya Wardana, tepat saat anniversary pernikahan mereka yang ke 7 tahun. Padahal malam itu dijadikan Luna sebagai momen untuk membagi kabar bahagia, kalau ia telah sembuh dari sakit kanker yang menyerangnya selama 4 tahun terakhir.
Wardana mengatakan ingin menikahi Anita Yang sedang hamil anak kakak nya, Tapi fakta baru terungkap, keluarga Wardana menginginkan kematiannya, dapatkah Luna mengungkap tabir misteri yang keluarga Wardana sembunyikan?
Yuuk dukung karya terbaru aku.. jangan lupa subscribe nya ya..
karena subscribe kan kalian sangat berarti untuk menambah imun biar lebih semangat lanjutin cerita nya❤️🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sanayaa Irany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 18
Aji mengetuk-ngetuk kan jarinya pada meja di hadapan nya, pikirannya penuh dengan Aluna dan hanya Aluna. Terbayang saat tadi ia menyelamatkan Aluna dari rumah setan itu. Rumah yang membuat Aluna merasa tidak aman dan nyaman. Rasa kesal menjalar dalam hatinya saat ia tidak bisa berbuat apapun selama 7 tahun belakangan ini untuk wanita itu.
Saat pikirannya sedang melalang buana, ponsel nya berdering tanda ada panggilan masuk, dan itu dari papa nya.
“Halo, pa?”
[Halo! Jemput papa dan mama di Bandara sekarang, Boy!] kata sang papa tanpa basa-basi.
“Sekarang? Bukannya papa dan mama masih disana satu Minggu lagi?”
[Papa tadi bilang jangan banyak tanya kan?]
“Iya tapi_”
Tuuut Tuut
“Kebiasaan orang tua, begini nih! Mau marah kok ya papa gue!” gerutu Aji saat teleponnya ditutup begitu saja oleh Rima, papa nya.
Aji langsung melajukan mobil nya ke Bandara, pukul 11 malam. Sebelum pergi ia sempat menengok ke kamar tamu, tempat Aluna istirahat. Saat ia akan pergi tadi, Aluna sedang bercengkrama dengan Gita.
Saat Aji sudah sampai di Bandara, Benar papa dan mama nya sudah berdiri disana dengan bergandengan tangan.
“Sok sweet banget sih, pa! tempat Rame nih,” protes Aji setiap melihat papa dan mama nya masih mesra diusia segini. Mereka masih romantis seperti pengantin baru saja.
“Makanya cari istri! biar bisa ngerasain kayak gini di depan umum! Iri kok tanggung-tanggung!” jawab Rima mengejek putra nya, Sedang Dona mama nya Aji hanya bisa geleng-geleng kepala menyaksikan ke absurdan anak dan suami nya itu.
Saat mereka sudah didalam mobil Aji, dia kembali bertanya kenapa papa nya itu pulang lebih cepat dari jadwal sesungguhnya. Biasa nya papa nya itu paling anti mereschedule jadwal yang sudah disusun sebelum nya kecuali ada urgent. Atau urusan keluarga mendadak.
“Papa kenapa balik cepet?”
“Kamu gak suka papa dan mama balik cepet? Atau jangan-jangan kamu nyimpen perempuan ya di rumah kita? makanya kamu kaget, saat tahu kamu sudah pulang!”
“Astaghfirullah, Pa? Seudzon papa itu kelewatan deh kayaknya! Tuduhan nya menyakitkan melebihi rasa sakit hatiku yang belum punya istri sampai sekarang!”
“Lebay! Papa tahu kamu memang lagi nyimpen perempuan kan?”
“Siapa? Jangan nuduh gitu dong, pa?”
“Kalau papa ketemu sama perempuan itu, papa nikahin kamu sama dia ya?”
“Hiii apaan sih, pa! Ma.. Jangan diem aja dong, bantuin kek anak nya!”
“Kamu sih! Kami pulang karena ada urusan yang sangat mendadak, jadi kamu siap-siap aja, sehabis ini kita bakal di kumpulin diruang keluarga, malam ini juga!”
“Malam ini? Tapi urusan apa? kenapa Aku gak tahu sama sekali ya?”
“,Nanti kamu juga tahu!”
Setelah ucapan mama nya tersebut, tak ada lagi ucapan atau kata-kata yang keluar dari masing-masing diantara mereka. Semua nya diam sampai mereka tiba dirumah keluarga besar Aksaka.
“Langsung keruang keluarga, Boy! Sebentar lagi tamu papa bakal datang, jadi kami siap-siap dulu!” kata Rima memberi interupsi pada Putra sulung nya
“Ajak juga Gita dan perempuan yang kamu simpan di rumah kita itu!” tambah Rims lagi, membuat Aji melongo. Jadi perempuan yang dimaksud mereka tadi itu adalah Aluna.
**
Semua sudah berkumpul di ruang keluarga, Ada Gita, Aluna dan Aji serta Bu Dona dan pak Rima.
“Pa kan sudah kumpul! Kita mulai saja!” imbuh Aji membuka suara, sebab sejak tadi mereka yang ada disana belum membuka suara satu pun.
“Tunggu tamu papa, 3 menit lagi!”
“Assallamuallaikum!” sapa beberapa orang yang memasuki rumah Aksaka.
“Wallaikumsallam! Jawab mereka serempak.
“Tante Soraya!” Aluna kegirangan begitu tahu kalau keluarga nya Bintang lah yang datang.
“Aluna..” Soraya memeluk Aluna dan mendekap nya dengan erat. Setelah itu Soraya mengusap lembut pipi Aluna yang sudah kelihatan segar dari terakhir mereka bertemu, rasa haru itu kian menguar saat Soraya kembali teringat pembahasan suami serta anak nya yang mengatakan kalau nyawa anak perempuan dihadapan nya dalam bahaya.
“Tante kesini? Berarti Tante kenal juga sama keluarga pak Rima dan Bu Dona?”
“Tentu kenal, sayang! om Rima, om Zaki dan Abah kamu itu berteman dekat!” sahut Dona, yang ikut berdiri menyambut tamu mereka.
“Masa sih, kok aku baru tahu ya,?”
“Iya karena dulu kami pindah ke Australia, baru kembali saat kamu akan menikah dengan Wardana!”
“Ooh, gitu!”
“Duduk mbak Sora, mas Zaki, Bintang! Kita akan mulai pembicaraan kita malam ini!”
“Karena semua orang sudah berkumpul, saya akan mulai pembicaraan inti malam ini!” kata Rima memulai pembicaraan, sedang yang lain fokus memperhatikan Rima.
“Aluna, om tahu betul saat ini kamu sedang dalam bahaya, semua cerita itu om dapatkan dari teman om, yaitu papa nya Bintang! Perlu kamu tahu Luna, kalau masalah yang kamu hadapi sekarang ini, sama persis seperti masalah yang papa kamu alami dulu, hanya saja dulu orang itu menyerang mama kamu! Hingga akhirnya Mama kamu tidak bisa bertahan! kamu tahu apa sebab orang itu melakukan semua itu?”
“Harta kan? Aku mendengar nya sendiri dari mama nya Mas Wardana, harta apa sebenarnya yang mereka maksudkan, sampai mengincar nyawa ku!” jawab Aluna.
“Banyak Aluna! Harta papa kamu sangat banyak, tampilan sederhana yang mereka terapkan padamu, itu demi melindungi kamu dari bahaya yang mengincar kamu di luaran sana!” ujar Pak Zaki membantu Pak Rima menjawab.
“Yang paling besar itu perkebunan sawit di Sumatera, juga pabrik roti ibu kamu yang ada di Bandung, itu hanya secuil yang saya tahu! Sisa nya mungkin Zaki bisa menjelaskan nya padamu!” tambah Pak Rima membuat Aluna ternganga, begitu juga dengan Aji dan Gita. Ia tak menyangka kalau Aluna keturunan ningrat.
“Ya Aluna, dari cerita terakhir yang om dengar dari Abah kamu, harta itu sudah diatasnamakan menjadi nama mu, dan akan mereka serahkan saat kamu sudah menikah!”
“Tapi om.. Abah gak pernah cerita soal harta-harta itu padaku sedikitpun! Tapi sebelum Abah menghembuskan nafas terakhirnya, Mas Wardana pernah menjumpai Abah hanya berdua saja, itu juga si mbok yang cerita!”
“Apa Wardana tahu soal harta itu, sampai dia merencanakan tentang pelenyapan Aluna?” sahut Aji, potongan - potongan puzzle yang ia dapatkan selama ini, sedikit demi sedikit terbongkar sudah.
“Bisa jadi! Kalau benar itu yang terjadi, aku gak akan pernah membiarkan itu, kurang ajar kamu mas Wardana!” geram Aluna , ingin sekali rasanya saat ini ia datang menjumpai Wardana.
“Jangan gegabah Aluna, banyak cerita yang tidak kamu ketahui!”
“Maksudnya?”