Terlahir dengan kekuatan istimewa, akankah membuat hidup Angela jadi lebih bahagia? atau penuh dengan rintangan.
Mampukah Angela mengendalikan kekuatannya? ataukah kekuatan itu akan menghancurkan dirinya?
Ikuti terus kisah Angela hingga akhir ya ^^
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alisha Chanel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15
"Kenan! Bangun!" Angela menepuk pipi pria itu dengan keras. Berharap Kenan akan segera sadar dari pingsannya. Angela masih peduli pada Kenan, walaupun pria itu telah mencoba melakukan hal buruk terhadapnya.
"Kenapa Kenan belum sadar-sadar juga sih? Apa yang harus aku lakukan sekarang?" Panik Angela dengan wajah frustasi.
"Aku harus membawa Kenan ke rumah sakit." Ujar gadis bermata biru itu. Angela tak peduli lagi dengan traumanya terhadap rumah sakit, yang terpenting sekarang, ia harus segera menolong Kenan.
Untungnya Angela masih bisa berpikir jernih walaupun sedang dalam keadaan kalut.
***
Wiuw...wiuw...wiuw...wiuw.
Sebuah mobil ambulance melaju dengan begitu kencangnya. karna Kenan tak kunjung sadar, akhirnya Angela memutuskan untuk menghubungi layanan darurat. Pihak terkait langsung megirim sebuah ambulance serta beberapa orang polisi setelah menerima laporan dari Angela.
"Kenan, aku mohon bangunlah! Jangan pergi dalam keadaan seperti ini!" ujar Angela sembari menatap nanar wajah pucat pria itu.
Angela ikut di dalam mobil ambulance tersebut untuk mendampingi Kenan, karna memang tidak ada orang lain lagi yang bisa mendampingi Kenan selain dirinya kala itu.
Walaupun Kenan sudah mencoba berbuat tak senonoh terhadap dirinya, tapi Angela tak tega jika harus meninggalkan Kenan seorang diri.
20 menit kemudian, mobil ambulance yang membawa Kenan akhirnya tiba di rumah sakit Medistra. Kedatangan Angela dan Kenan langsung di sambut oleh Edward yang kebetulan ada di rumah sakit karna ada pasiennya yang kritis.
"Ada apa ini Angela?"
Edward menatap tajam ke arah anak gadisnya. Beberapa polisi bahkan sudah ada di rumah sakit tersebut untuk meminta keterangan pada Angela.
"Apa yang terjadi pada Kenan sampai dia terluka parah seperti itu?" tanya Edward lagi penuh dengan penekanan disertai rahang yang mengeras. Namun Angela hanya bisa diam tak bergeming.
"Kau berani melanggar perintah papa untuk tidak pacaran dulu sampai kau lulus kuliah nanti hem?!" hardik Edward.
"Maaf pah," Angela menyesali perbuatannya.
Edward bisa menebak Kenan dan Angela pacaran, karna tidak mungkin Angela bisa bersama Kenan malam-malam seperti ini jika mereka tidak memiliki hubungan spesial.
"Kau!" Tangan Edward terkepal erat, saking emosinya pria itu sampai memukul dinding rumah sakit hingga tangannya terluka.
"Sabar pah, jangan emosi. Ini di rumah sakit loh." peringati Emily.
Emily mencoba menenangkan sang suami dengan cara mengelus dada bidang ayah dari anak-anaknya itu. Emily memang ikut Edward ke rumah sakit, rencananya mereka akan langsung mencari Angela setelah kondisi pasien Edward membaik. Namun mereka keburu menemukan Angela, tanpa harus repot-repot mencari gadis itu terlebih dahulu. Walaupun Angela ditemukan dalam situasi seperti ini.
Berbeda dengan Edward yang tidak tahu apa-apa tentang hubungan Kenan dan Angela. Emily sudah mengetahui tentang kedekatan di antara mereka sebelumnya, jadi Emily sudah tidak kaget lagi.
"Jangan terlalu keras pah, kita juga pernah muda dan jatuh cinta saat muda dulu bukan?" lirih Emily disertai senyum getirnya. Emily bisa bersikap lebih tenang walaupun ia sendiri merasakan kekecewaan yang sama dengan yang sang suami rasakan.
"Dokter Edward? Bagaimana keadaan Kenan?" tanya dokter Hadi yang baru saja tiba di rumah sakit Medistra. Pria paruh baya itu nampak panik setelah mendengar sang putra mengalami kecelakaan dan belum sadarkan diri hingga sekarang.
"Kenan masih ada di dalam dokter Hadi, kita doakan saja Kenan akan baik-baik saja." jawab Edward sembari menunjuk ruang IGD yang tidak jauh dari tempat mereka berdiri saat ini.
Edward menepuk pundak dokter Hadi untuk menguatkan sahabatnya itu.
Sedangkan Angela hanya tertunduk lesu, Ia sendiri belum bisa mencerna dengan apa yang terjadi kepadanya hari ini. Semuanya terjadi begitu cepat.
Sosok Kenan yang selama ini Angel kagumi, ternyata tidak sebaik yang Angela pikir. Namun gadis itu hanya bungkam tak berniat untuk menceritakan apa yang dilakukan Kenan kepadanya terhadap siapapun.
Terlebih Angela tidak mau hubungan persahabatan antara orang tuanya dan ayah Kenan hancur hanya karna dirinya saja.
***
***
Tok! Tok! Tok!
Gadis itu menyeka air matanya saat mendengar pintu kamarnya di ketuk.
Berkat rekaman CCTV yang ada di tangga darurat apartemen. Angela bisa lolos dari dugaan telah mencelakai Kenan, hingga ia bisa pulang ke rumah dengan segera.
ceklek.
Pintu kamar Angela terbuka, seorang wanita cantik dengan rambut bergelombangnya yang terurai berdiri di ambang pintu dengan tatapan sendunya.
"Boleh mama masuk?" tanya Emily dengan lembut.
"Papa kamu ada benarnya sayang, belum saatnya kamu untuk pacaran. Lihat apa yang terjadi saat kamu menentang perintah papa?" ucap Emily setelah duduk di tepi ranjang sang putri.
"Maafin Angela mah, Angela janji mulai sekarang akan menuruti semua perintah papa dan mama. Angela tidak akan membuat kalian kecewa lagi"
Angela menghamburkan dirinya dipelukan sang mama, cairan bening lolos begitu saja membasahi pipinya yang sudah memerah.
"Dengar sayang, tidak ada satu orang tua pun yang mengharapkan keburukan untuk anak-anaknya. Larangan papa kamu pasti itu demi kebaikan kamu juga." Ujar Emily.
"Iya mah, maafin Angela." rasa bersalah memenuhi relung hati gadis cantik itu. Karna rasa penasarannya akan cinta, justru telah membawanya ke dalam petaka yang memilukan.
"Mama sudah memaafkanmu sayang, tapi kelihatannya papa sangat kecewa. Jadi papa memutuskan untuk mengirim kamu sekolah di Amerika." beritahu Emily dengan wajah pilunya.
"Apa?!" Angela tak percaya dengan apa yang sang mama katakan.
"Maafkan mama sayang, kali ini mama tidak bisa membantu kamu lagi." Lirih wanita paruh baya itu sembari berlalu dari kamar sang putri.
Keinginan Edward untuk mengirim Angela sekolah di Amerika sudah Edward rencanakan sejak lama. Namun Emily selalu menentang karna tak bisa berpisah jauh dengan Angela. Tapi kali ini Emily tidak bisa menentang keinginan Edward lagi karna pria itu sangat kecewa pada Angela. Apalagi setelah mendengar kabar Kenan telah menghembuskan napas terakhirnya karna tragedi di tangga darurat itu.
"Akhhh! Kenapa semuanya jadi kacau seperti ini!" Angela menangis sejadi-jadinya. Gadis itu bukan hanya kehilangan Kekasihnya saja, tapi kehilangan kepercayaan dari sang papa juga.
"Andai aku bisa kembali kemasa lalu, aku ingin memperbaiki semuanya." Racau Angela dengan wajah frustasi.
Wusss!
Hembusan angin yang begitu besar tiba-tiba menerpa wajah Angela.
"Ada apa ini?" Angela merasakan tubuhnya seperti terhisap ke dalam sebuah pusaran yang begitu kuat. Saking kuatnya pusaran itu, Angela sampai memejamkan matanya karna merasa takut.
"Dimana ini? Bukankah tadi aku ada di kamar." gumam Angela dengan wajah paniknya. Karna saat gadis itu membuka mata, ia sudah berada di tempat yang berbeda dengan tempat ia berada sebelumnya.
Bersambung.