Agistya dan Martin awalnya pasangan yang bahagia.
Namun, semuanya berubah saat Agistya hamil di luar rencana mereka.
Martin yang ambisius justru membencinya dan merasa hidup mereka berantakan.
Tak lama setelah anak mereka lahir, Martin menceraikannya, meninggalkan Agistya dalam kesendirian dan kesedihan sebagai ibu tunggal.
Dalam perjuangannya membesarkan sang buah hati, Agistya bertemu dengan seorang pria yang baik hati, yang membawa kembali kebahagiaan dan warna dalam hidupnya.
Apakah Agistya akan memaafkan masa lalunya dan membuka hati untuk cinta yang baru?
Bagaimana pria baik ini mengubah hidup Agistya dan buah hatinya?
Apakah Martin akan menyesali keputusannya dan mencoba kembali pada Agistya?
Akankah Agistya memilih kebahagiaannya yang baru atau memaafkan Martin demi keluarganya?
Semuanya terjawab di setiap bab novel yang aku update, stay tuned terus ya!✨
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fareed Feeza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kopi
Hari pertama Tya berkerja.
Tya mendapat posisi sebagai admin di perusahaan tersebut. Senior disana sangat ramah terhadapnya, karena banyak dari mereka yang berusia di bawah Tya, jadi mereka lebih menghormati Tya sekalipun Tya masih terbilang karyawan baru disitu.
Tidak seperti anak baru yang lainnya, jika baru pertama kali bekerja di tempat yang baru akan ada saja yang memperlakukan tidak baik, tapi Tya malah sebaliknya ... banyak yang membantunya dan membimbing cara berkerja.
"Mba Tya ... tolong antarkan hasil laporan kemarin ke ruangan pak Dimas, jangan lupa minta tanda terimanya ya, biar ada bukti, soalnya dia pelupa, nanti kita salah lagi." Ucap sirli, teman sesama admin disana.
"Oke mba sirli."
"Sirli aja mba, aku aja yang panggil kamu mba ." Kata Sirli terkekeh.
"Iya ... iya... aku antar dulu ya, Eh dia galak gak?" Tanya Tya yang sama sekali belum bertemu atasannya sama sekali.
Sejak melamar hingga di terima bekerja Tya hanya bertemu dengan HRD dan asisten atasannya itu.
"Engga, paling gong gong aja dia mah." Sirli terbahak saat menggoda Tya yang sedikit ketakutan bertemu bos nya itu.
*Pintu di ketuk oleh Tya.
"Masuk." Terdengar suara dari dalam ruangan.
Tya berjalan perlahan dengan sopan, "Pak ini laporannya." Tya meletakan sejumlah kertas yang di jepit kliping di hadapan atasannya itu.
"Iya, simpan disitu." Ucap Dimas Darmawan, tanpa melihat ke arah Tya sedikitpun.
"T-tapi pak, boleh saya minta tanda terima?"
"Nanti, saya sedang sibuk."
"Ng... tapi pak kata—"
*Brakkkk!!!!
Dimas menggebrak meja kerjanya, "saya sedang sibuk!" Amarahnya sedikit reda kala akhirnya dia melihat wajah karyawan yang belum pernah dia lihat sebelumnya, wanita dewasa yang seumuran dengannya, bukan ABG yang biasanya Dimas omeli setiap hari.
"Ma-maaf pak, saya permisi." Tya langsung keluar ruangan Dimas karena takut.
Sirli tampak panik saat mendengar Tya keluar dari ruangan Dimas dengan wajah pucat.
"Sirli ... aku kena omel, katanya dia sibuk jadi tanda terima nya gak di kasih." lirih Tya sambil kembali duduk didepan meja komputer nya.
Temannya hanya bisa memberikan senyuman dengan mengelus pelan punggung Tya, "Maaf ya mba, udah kasih kamu sport jantung pagi ini, dia emang begitu ... makanya aku minta tolong kamu, aku kira dia bakal baik kalau sama yang seumuran, ternyata sama aja, pantes dia belum nikah!"
"Hush! gak boleh kayak ngomong gitu, nanti orang denger bisa di cakar kamu."
Sirli kembali mengajarkan Tya apa saja yang harus di kerjakan, dari jam datang hingga jam pulang kerja.
.
.
Saat jam makan siang, Tya memilih makan bekalnya, dia tinggal seorang diri dan semua temannya makan siang di luar kantor.
Kunyahannya terhenti kala mendengar suara pintu ruangan Dimas terbuka, Dimas sedikit terpaku melihat Tya seorang diri disana sambil menunduk aneh, seperti sedang melakukan hal mencurigakan.
"Ngapain?" Suara bariton Dimas mengagetkan Tya yang sedari tadi berusaha menutupi bekal di hadapan nya.
"Ng ... ini pak, saya lagi makan siang." Menunjukan bekalnya dengan perlahan.
Tanpa memberi respon apapun, Dimas langsung pergi meninggalkan Tya begitu saja.
Dan akhirnya Tya bisa bernafas lega, karena Dimas sudah menjauh pergi darinya. Tya bertekad ... untuk menghemat sebelum gaji pertama di terima, dia tidak akan membeli makanan di luar kantor, kecuali dalam keadaan darurat.
Sirli dan teman-teman lainnya kembali ke kursinya masing-masing setelah selesai makan siang di luar kantor, "Mba ... Kamu beneran udah makan? Kerjaan kita banyak loh sampai sore, jangan sampe kamu pingsan, nanti Pak Dimas ngamuk lagi."
"Udah kok sir, aku tadi bawa bekal."
"Ih ... Hebat banget, single mom punya anak kecil tapi bisa siapin bekal, aku aja yang perawan kalah."
"Itu semua karena bantuan ibuku Sirly, kalau gak di bantu dia gak tau lagi deh ... Mungkin aku ga sempet juga."
Hari pertama terasa melelahkan, walaupun pagi hari sempat terkena bentakan atasan, tapi Tya tidak mengambil hati ... Karena teman-teman sekelilingnya selalu menghibur dan menguatkan.
Lampu ruangan bagian admin sudah di matikan, kecuali ruangan dimana Dimas berada, lampunya masih menyala.
"Sir, Pak Dimas lembur?" Tanya Tya penasaran.
"Aku gak paham mba, kata satpam kantor sih dia emang sering pulang larut malam, padahal kerjaan udah selesai, asistennya juga udah pulang."
Tya memandang sebentar ke arah Dimas, terlihat jelas aktivitasnya jika ruangannya dengan lampu menyala, dia sedang sibuk didepan laptopnya.
"Mba ayo! Kamu mau nemenin dia?" Ledek sirli.
"Eh ... Engga lah, ayo ... " Tya mengikuti jejak langkah sirli keluar dari ruangan admin.
***
Sampai di rumah.
Tya memandang Kevin yang sedang tertidur pulas di kamarnya di temani sang nenek.
Dengan lembut Tya membangunkan Rini, "Ibu ... Tya udah pulang."
Rini mengerajapkan matanya, merentangkan tubuhnya yang sedikit lelah karena menjaga Kevin sendirian full tanpa bantuan siapapun.
"Udah pulang nak? Gimana hari pertamanya?"
"Lancar Bu, semuanya baik."
"Syukurlah ..."
"Kevin gimana Bu? Pasti ibu lelah banget jaga Kevin seharian, maafin Tya ya Bu."
"Lelah tapi seneng, jadi gak berasa ... Anakmu aktif dan menggemaskan, bikin ibu tambah seger setiap harinya."
Tya tersenyum senang, hidupnya perlahan sudah memiliki warna tersendiri yang tercipta dari orang-orang tercintanya.
"Makan sana, ibu masak tumis daging kesukaan kamu, makan yang banyak, kamu pasti laper kan? Biar ibu jagain Kevin ... Abis itu baru ibu Pindah kamar."
Tya terkekeh, tangannya mengusap perutnya yang langsung berbunyi kala mendengar sang ibu memasak makanan favoritnya. "Siap 86!" Tya dengan semangat keluar dari kamar menuju ruang makan, sambil berlari-lari kecil.
Di mata ibu, kamu tetap jadi Tya kecil seperti dulu... Semoga kamu cepet dapat kebahagiaan yang sempurna, ibu tau ini bukan kehidupan yang kamu inginkan.
***
Di kantor.
Di pantry, Dimas sedang sibuk membuat kopi dia lebih suka membuat sendiri di banding harus menyuruh office boy/ girl yang membuatkan.
Tya sudah datang, dia membawa susu sereal untuk di seduh di kantor, itu dia lakukan karena tadi baru sempat sarapan sedikit karena Kevin ingin terus di gendong.
*Pintu pantry di buka.
"Eh ... Maaf pak." Kata Tya yang terkejut dengan keberadaan Dimas disana.
"Ini tempat umum, bukan ruangan saya." Kata Dimas dengan nada dinginnya.
"I-iya pak ... Saya mau bikin sereal seduh."
"Emang saya nanya?" Kata Dimas tanpa melihat ke arah Tya, tangannya sibuk memutar sendok di cangkir kopi yang dia buat.
"Maksudnya saya mau ambil air panas, tapi bapak masih berdiri dispenser nya." Kata Tya menjelaskan dengan sedikit tawa tapi masih terdengar sopan.
Dimas pun otomatis menjauh, sedikit malu karena sudah salah sangka, dan reflek tangannya menjatuhkan kopi sampai semua isinya tumpah di atas meja.
"Awwww ...." Sedikit tangan Dimas terkena tumpahan kopi panas, dan reflek Tya langsung mengusap tangan Dimas dengan baju di bagian lengan karena merasa bersalah sudah membuat Dimas bergeser dari posisinya.
Dimas tidak menolak, dia merasakan perasaan aneh saat Tya mengusap tangannya lembut dari cairan kopi panas, dan rela mengeringkan tangannya dengan baju kerjanya.
"Stop stop, itu ada tissue. Baju kamu kotor jadinya."
thank you Thor 😘😍🤗
semangat lanjut terus yaaa 💪💪😘🤩🤗🤗
ini nih slh satu org Kufur..
Tdk bersyukur...