Warm Time With You
(Hangatnya Bersama mu)
....
Kalau penasaran dengan ceritanya langsung aja baca yaa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Udumbara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 16
"Maaf terlambat," kata Salsa yang baru saja datang.
Dodi dan anaknya itu mengangguk pelan. "Tidak masalah, silakan duduk." ujar Dodi menyuruh Salsa untuk duduk.
Salsa dan Rafli sudah sepakat untuk membahas hubungan keduanya didepan Dodi, ayah Rafli. Dan malam ini mereka melakukan pertemuan dengan makan malam bersama dikediaman Rafli.
Salsa datang hanya membawa orang kepercayaannya untuk membantu Rafli mengelola perusahaan.
"Sayang," Salsa tersenyum kearah Rafli dan duduk disamping kekasihnya itu.
Dodi memperhatikan orang yang dibawa oleh Salsa, calon menantunya itu.
"Kita akan bahas ini sambil makan." ucap Dodi sambil meneguk sedikit minum.
Mereka lantas mengangguk dan mulai menyantap hidangan yang sudah disiapkan itu.
"Perkenalkan, dia Pak Surya, orang kepercayaan keluarga saya dalam membantu mengelola perusahaan, Om." celetuk Salsa memperkenalkan pria paruh baya itu pada Dodi.
Dodi manggut-manggut, padahal awalnya ia menolak anaknya untuk menikah dengan Salsa karena menurutnya masa depan Amanda jauh lebih cerah. Tapi, entah bagaimana Rafli menjelaskan pada ayahnya sehingga setuju seperti sekarang. Rafli bilang, terima saja bantuan dari Salsa dan biarkan orang kepercayaan Salsa yang mengelola perusahaan tanpa harus mereka pusing memikirkannya dan mereka tetap mendapatkan uang yang banyak tanpa harus mengelola perusahaan.
"Jadi dia yang akan jadi direktur di kantor, Pa." timpal Rafli.
Pak surya mengangguk ramah. "Saya akan membantu keras dalam perusahaan anda, Pak Dodi, anda jangan khawatir." ujarnya.
Dodi mengangguk dan menatap anaknya itu. "Apa kalian akan menikah secepatnya? Bagaimana dengan Amanda?" tanyanya.
"Sudahlah, Om. Untuk memikirkan Amanda yang sekarang tidak bisa ditindas itu? Apa om mau bertekuk dibawah lututnya karena dia akan sombong jika perusahaan om maju atas bantuannya? Keluarga saya tidak jauh beda kekayaannya dengan keluarga Amanda, Om. Om mau balas dendam dengan keluarga Amanda? Biar saya dan Rafli yang urus. Om duduk santai aja di rumah." celetuk Salsa mempengaruhi Dodi.
"Baiklah, tapi buktikan dulu kinerja orangmu ini dengan cara bekerjasama dengan perusahaan Zenaraga Corp." kata Dodi dengan serius.
"Itu hal gampang, Om. Saya dan Rafli hanya bertunangan dulu malam ini. Kami akan menikah jika perusahaan om berhasil bekerjasama dengan Zenaraga Corp," pungkas Salsa dengan yakinnya.
Dodi tersenyum tipis. "Baiklah, mulai malam ini kalian resmi mengikat hubungan." ia memberikan kotak perhiasan berbentuk hati itu pada sang putra.
Rafli meraih kotak kecil itu, sedangkan Salsa sudah bersorak kegirangan karena ia berhasil merebut kekasih dari sahabatnya itu.
Rafli membuka kotak perhiasan yang berisi cincin pertunangan itu. la tersenyum kaku dan ragu untuk memakaikan cincin itu pada Salsa karena ia masih mencintai Amanda.
"Terimakasih, Sayang." senang Salsa saat cincin indah itu sudah tersemat dijari manisnya. la memeluk lengan Rafli manja.
"Sama-sama, Sayang." jawab Rafli tersenyum.
*****
Aditya berdiri canggung dipinggir ranjang Amanda. Padahal ia sudah di suruh untuk tidur di kamar sebelah. Tapi, Zyan malah menangis. Anaknya itu ingin ia tidur bertiga dengan Amanda.
Lihatlah sekarang, Zyan tampak tertawa riang karena melihat ayahnya yang berada di kamar sang ibu angkat.
Sama hal-nya dengan Aditya, Amanda juga merasakan kecanggungan yang luar biasa karena sedari tadi tangan Zyan terus menepuk-nepuk payudaranya.
"Nen,," Zyan menarik-narik baju tidur Amanda.
Amanda memejamkan matanya greget. "Aduhh, Zyan. Jangan gini dong," batinnya. Ia membuka matanya kala merasakan pergerakan Zyan.
"Paaapaaa.." Zyan menatap ayahnya yang masih berdiri di pinggir ranjang itu. la merangkak mendekati sang ayah.
"Paapaaa," tangan kecil itu memegang jari besar ayahnya.
Aditya menunduk menatap anaknya. "Zyan mau tidur sama ayah? Tidur dikamar sebelah, ya?"
Seakan paham, Zyan menggeleng dan menepuk kasur empuk itu. "Paapaa," celotehnya.
Amanda menarik napas panjang. "Tiduran aja dulu sini. Nanti kalau Zyan sudah tidur, baru pindah." ujarnya.
"Tapi, Nona?"
"Udah gak apa-apa. Kamu gak akan macam-macam juga, 'kan?" tanya Amanda seraya terkekeh.
Aditya tersenyum dan mengangguk canggung. la membaringkan Zyan di tengah, lalu ia menyusul berbaring disamping sang putra.
Amanda langsung membalik badanya menghadap dinding. Padahal niat hati ingin tidur bersama Zyan agar ia bisa menyusui anak itu dan ia tidak menyiapkan susu botol untuk Zyan.
"Nona," panggil Aditya yang berbaring menghadap gadis itu.
Amanda membalik badannya kembali. "Ada apa?" tanyanya gugup.
"Zyan tidak akan tidur cepat kalau tidak minum susu. Apa Nona lupa memintakan asi pada Bu Inah?" tanya Aditya tanpa menatap Amanda karena ia fokus pada Zyan.
Amanda berpura-pura menepuk jidatnya, ia nyengir kuda. "Hehe, aku lupa. Aku akan turun dulu," ia hendak bangun, namun ditahan dilarang oleh Aditya.
"Tidak perlu, Nona. Empeng saja sudah cukup kok, kayaknya perutnya juga masih kenyang." pungkas Aditya seraya memegang pelan perut anaknya.
"B-baiklah," Amanda mengambil empeng yang ada diatas nakas itu dan memberikannya pada Zyan.
Zyan menggerakkan kepalanya ke kanan dan ke kiri menolak untuk diberikan empeng.
"Kok gak mau?" bingung Aditya heran.
"Aaaaas, nen..." ujar Zyan berteriak. la memiringkan badannya menghadap Amanda dan menarik baju gadis itu. "Nen.... Nen..."
"Jangan seperti itu, Sayang. Nona tidak bisa menyusui kamu," Aditya menarik anaknya agar berhenti meminta susu pada Amanda.
"Aku bisa, Aditya. Tapi gak mungkin depan kamu." ingin rasanya Amanda mengatakan seperti itu, tapi ia hanya mampu berkata dalam hatinya.
"Nen, Maaa, Nen.." Zyan memegang kuat baju Amanda saat ayahnya terus menariknya itu.
Karena kasihan, Amanda menahan pergelangan Aditya. "Jangan ditarik gitu, kasian Zyan," ujarnya.
"Narik nya gak kencang kok," sahut Aditya apa adanya. "Mungkin Zyan ngira selama ini menyusu padamu, Nona. Mungkin dia tidak melihat wajah Bu Inah," celetuknya lagi.
"Emang ke aku," jawab Amanda didalam hati.
"Kan dia sama aku terus, jadi wajar dia anggap begitu apalagi dia menyusu pada bibi sekali sehari aja. Sisanya pakai dot," kilah Amanda berbohong.
Aditya mengangguk setuju. "Makanya sekarang dia malah minta kamu buat susuin, padahal gak bisa,"
"Aku ngerti kok. Gak apa apa," Amanda tersenyum tipis, sangat tipis karena ia merasa malu membahas tentang menyusui.
"Zyan, sini ayah puk-puk aja, ya?"
"Dakkkkkkkk!!"
"Eh?" Amanda dan Aditya kaget karena makin hari pertumbuhan Zyan semakin terlihat. Mereka berdua saling pandang dan terkekeh bersamaan.
"Zyan mau nen?" tanya Aditya pelan.
Zyan menatap ayahnya itu dan beralih menatap payudara Amanda. "Nen,," ujarnya.
"Dengerin ayah, ya. Nen sama mama gak ada susunya. Jadi, jangan minta sama mama, ya." perlahan Aditya memberi pengertian pada sang putra.
"Enak aja gak ada susunya! Eh?!" Amanda langsung menutup mulutnya karena sadar akan ucapannya. la protes karena tidak terima dengan perkataan Aditya.
Aditya menatap Amanda dengan alis yang naik sebelah. "Ada susunya, Nona?" tanyanya serius.
Amanda mengangguk, namun menggeleng dan membuat Aditya bingung.
"Huaa, ni mulut kenapa nyabut, sih?!!" batin Amanda yang ingin rasanya menangis. Malu? Tentu saja.
"Tapi, Nona, kok aku merasa kalau payudaranya Bu Inah tidak sekencang payudara yang saya liat di foto itu, ya?" pungkas Aditya sengaja. la curiga!
Amanda melotot sempurna. "Kamu lihat? Ehhh, gak sopan!!" pekiknya.
Aditya menatap serius Amanda dan membuat gadis itu gugup bukan main. "Ni cowok curiga, ya? Semoga engga dih," batinnya berharap.
"Selama ini yang netein Zyan, Nona atau Bu Inah?"
"B-bentar, ya. Aku mau pipis dulu," Amanda langsung beranjak dari kasur dan berlari menuju kamar mandi.
Aditya menatap kepergian Amanda dan terkekeh. "Padahal aku cuma bercanda," kekehnya.
🌸🌸🌸🌸🌸