Ayna Renata harus menelan pil pahit, tatkala pria yang dicintainya membatalkan pernikahan mereka tepat di hari H, karena calon mempelai pria sudah menikahi wanita lain.
Tidak terima diperlakukan seperti itu, Ayna pun memutuskan harus tetap menikah juga di hari itu.
"Apa kamu mau menikah denganku?" Tunjuk Ayna pada seorang pria.
"Aku?" Pria yang tampak bingung itu menunjuk dirinya sendiri.
"Iya, benar kamu! Pria yang berkemeja biru. Apa kamu mau menikah denganku?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hai_Ayyu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 1 - Hari Pernikahan
"Apa ini aku?" Tanya Ayna menatap dirinya dalam pantulan cermin. Ia menutup mulut dengan kedua tangan, tak percaya pada sosok cantik dalam pantulan itu yang ternyata adalah dirinya.
Benar kata orang-orang. Menjadi pengantin memang membuat pangling. Seperti Ayna sekarang. Kebaya berwarna putih sangat cocok di tubuh rampingnya. Ditambah sapuan make up yang makin menunjukkan sisi menawannya. Ayna kini tampak begitu cantik, seperti bidadari yang turun dari langit.
Ayna menghela nafas sejenak saat melihat jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 8.40 pagi. Sekitar 20 menit lagi, lebih tepatnya di pukul 9 pagi, akan dilakukan proses ijab kabul. Dan di saat itu pula ia akan berubah status, dari seorang kekasih menjadi seorang istri.
Ayna Renata, wanita yang berusia 27 tahunan. Bagi Ayna hari ini adalah hari paling bahagia dalam hidupnya. Karena di hari ini dia akan menikah dengan Arga, pria yang sangat dicintainya. Pria yang sudah menjalin hubungan selama 5 tahun dengannya.
Berkali-kali Ayna menghembuskan nafas pelan, sudah hampir pukul 9. Berarti keluarga Arga pasti telah sampai. Mereka pasti sudah sampai di rumahnya.
Tiba-tiba saja perasaan Ayna mulai gugup. Sebentar lagi akan dilakukan proses ijab kabul. Ia kini mulai gelisah dan tidak sabar mendengar satu kata Sakral itu. Yakni kata Sah, yang berarti resminya mereka menjadi pasangan suami istri.
"Jangan gugup begitu, senyum dong!" Ucap sang tukang make up yang melihat dengan jelas kegugupan di wajah cantik itu. Ia pun memaklumi, perasaan pengantin pasti campur aduk saat ini.
Ayna mencoba untuk tersenyum. Dia harus tersenyum lebar, karena hari ini ia akan menikah. Ia akan menjadi ratu sehari, jadi harus selalu tersenyum.
Seorang wanita paruh baya masuk ke kamar pengantin dengan raut muka sedih.
"Bun-Bunda kenapa?" Tanya Ayna gugup. Melihat raut wajah Bunda membuat pikirannya jadi takut. Kenapa wajah Bunda tidak bahagia, apa terjadi masalah?
Ayna segera menepis pikiran negatif yang sempat menghinggapinya.
"Apa Arga sudah meneleponmu?" Tanya Bunda dengan tatapan mata sendu melihat sang putri. Putrinya begitu sangat cantik dengan balutan kebaya putih. Melihat itu rasanya ia ingin menangis. Tapi berusaha menahan air mata.
"Belum, Bun. Kena-?" Ucapan Ayna terhenti saat mendengar ponselnya berdering. Ia segera mengambil ponsel yang terletak di atas meja nakas.
"Arga telepon, Bun." Ayna memberitahu, ia menunjukkan layar ponselnya.
"Angkatlah, Nak!" Bunda menyuruh sang putri untuk menjawab panggilan telepon itu. Arga harus berbicara langsung dengan Ayna.
"Halo... Mas, sudah sampai?" Tanya Ayna.
"Maafkan aku, Ay." Ucap Arga dari seberang sana. Suaranya terdengar seperti ada penyesalan.
Ayna mengerutkan dahi mendengar kata Maaf. Kenapa Arga meminta maaf?
Apa Arga telah berbuat salah?
"Ma-maaf untuk apa? Mas, sudah sampai kan?" Tanya Ayna lagi. Kini pertanyaannya penuh penekanan. Perasaannya mulai tidak enak, tapi ia masih mencoba untuk tenang.
"Kamu jangan tunggu aku lagi. Kita tidak akan menikah! Aku tidak bisa menikah denganmu. Tolong maafkan aku, Ay!" Ucap lirih pria itu.
Jeder... Ayna bagai tersambar petir mendengar perkataan tiba-tiba dari pria yang dicintainya. Perkataan yang membuat dunianya mendadak terbalik.
"Maksud Mas apa? hari ini kita akan menikah. Kita akan menikah, Mas!" Ucap Ayna penuh penekanan. Tanpa terasa air mata sudah berlinang membasahi pipinya.
"Kita tidak bisa meneruskan pernikahan ini. Aku tidak bisa menikah denganmu. Kamu lupakan saja aku! Aku bukan pria baik untukmu, Ayna!" Jelas Arga dengan nafas yang naik turun.
Kaki Ayna kini mulai gemetaran, ia perlahan terduduk di lantai karena kakinya sudah tidak sanggup menopang tubuhnya.
Bunda segera menghampiri, wanita paruh baya itu mengelus pundak putrinya.
"A-apa yang terjadi, Mas? kenapa tiba-tiba bicara seperti itu? Mas sudah sampai, kan? aku sedang tidak berulang tahun, jadi jangan mengerjaiku!" Ucap Ayna dengan suara yang mulai lirih. Ia merasa Arga pasti tidak serius dengan ucapannya.
"Aku sudah bilang, kita tidak akan menikah! Aku tidak akan bisa menikah denganmu!" Ucap pria itu dengan suara tegas.
"Mas... Mas Arga, halo!" Ayna pun melihat layar ponselnya, Arga sudah memutuskan panggilan.
"Bunda, Arga... Bunda! Kenapa begini? kenapa dia malah membatalkan pernikahan kami?" Tanya Ayna dengan berlinang air mata. Ia sangat bingung, Arga mendadak membatalkan pernikahan mereka.
Ayna mencoba menelepon Arga. Tapi panggilannya tidak dijawab pria itu.
"Mas Arga... kamu kenapa?"
Ayna memijat pelipisnya, Arga tidak menjawab panggilannya.
Ting
Ayna langsung membuka pesan masuk. Pesan yang Arga kirim. Hatinya seperti teriris sembiluh melihat video berdurasi kurang dari semenit kiriman pria itu. Video berisi ijab kabul Arga dengan seorang wanita yang dikenalnya. Wanita itu adalah temannya.
Tangan Ayna gemetaran membuat ponsel yang berada di tangan pun terjatuh di pangkuannya. Wanita itu tidak mengerti kenapa Arga malah menikah dengan temannya itu.
"Bunda, kenapa Arga begini?" Ayna kembali meraih ponsel dan menunjukkan video itu pada Bundanya dengan perasaan sakit yang tidak bisa dijabarkan.
"Kamu yang sabar ya, nak." Bunda memeluk putrinya. Ia sangat sedih atas kejadian ini. Arga begitu tega melakukan hal ini pada putrinya.
"Nak," Ayah yang baru masuk menghampiri Ayna.
"A-ayah. Arga jahat! Arga jahat, Ayah!" Adu Ayna sambil memeluk Ayah.
"Kenapa Arga tega, Ayah? Ayna salah apa?" Tangisnya pun pecah. Arga yang tiba-tiba saja memutuskan tidak melanjutkan pernikahan dan lebih memilih menikah dengan wanita lain, yang tak lain temannya sendiri. Sungguh ini seperti mimpi, tapi inilah kenyataannya.
Ayah menghembuskan nafas sambil memeluk putri kesayangannya. Tadi juga keluarga pihak pria sudah menelepon dan meminta maaf pada keluarga Ayna. Perihal Arga yang tidak bisa menikah dengan putri mereka, lantaran Arga harus menikah dengan wanita lain.
"Sudahlah, Nak." Ayah mengelus punggung sang putri yang sedang menangis terisak dalam pelukannya. Ia marah melihat anak semata wayangnya menangis. Jika saja Arga ada disini, mungkin ia akan menghabisi pria itu.
Sebagai Ayah, ia tidak sanggup melihat putrinya yang menangis. Itu membuat perasaannya terenyuh.
"Yah, bagaimana pesta ini?" Bisik Bunda pelan tidak mau Ayna mendengarnya.
Bunda bingung, undangan sudah disebar bahkan keluarga besar serta para tamu sudah pada berdatangan. Tuan kadi dan para saksi juga sudah menunggu di ruang tamu.
Ayah memejamkan mata sambil menghembus nafas kasar, lalu membuka mata perlahan.
"Tidak ada pernikahan! Kita harus sampaikan pada para tamu bahwa pernikahan putri kita dibatalkan!"
"Kita akan menjadi bahan gosipan tamu dan tetangga." Bunda membuang nafasnya.
"Biarkan saja, Bun. Ayna yang terpenting." Ayah makin mengeratkan pelukannya.
Ayna yang mendengar samar ucapan kedua orang tuanya, meremas tangannya. Ia marah dan kesal dengan tindakan Arga yang membuat malu keluarganya.
'Aku tidak akan membiarkan orang tuaku menerima malu!'
.
.
.
Terima kasih sudah mampir di novel baru. Semoga suka ya.
Happy reading 🤗
sukses untuk karya selanjutnya😘
apalagi tanduknya bukan merah tapi pink kak author 😘