Enggak dapet anaknya, Ayahnya pun jadi.
Begitu pula Isvara Kinandari Heksatama, gadis cantik patah hati karena pujaan hatinya menikah dengan wanita lain. Isvara atau yang kerap disapa Isva melakukan hal yang diluar nalar yaitu menikahi Ayah dari pria yang cintai yaitu Javas Daviandra Bimantara.
Keputusan terburu-buru yang diambil Isva tentu saja, membuat semua orang terkejut. Tidak terkecuali sang adik yaitu Ineisha Nafthania Heksatama, bagaimana tidak. Pria yang dinikai oleh Kakaknya adalah Ayah mertuanya sendiri, Ayah dari Archio Davion Bimantara.
Pria yang Isvara cintai memang menikah dengan adiknya sendiri, tentu hal itu membuatnya sangat sakit hati karena yang dekat dengan Archio adalah dirinya. Namun, Archio secara tiba-tiba malah menikahi Ineisha bukannya Isvara.
Demi menghancurkan pernikahan Ineisha dan Archio, Isvara harus tinggal bersama mereka. Salah satu caranya yaitu menikah dengan salah satu keluarga Archio, sedangkan yang bisa ia nikahi hanyalah Javas seorang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Donacute, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 34 | Bubur Buatan Isvara
Kalila tersenyum. "Mbak kira mau buat apa, kamu nggak perlu minta izin Isvara. Kamu tinggal di rumah ini, itu berarti kamu berhak melakukan apapun di dapur."
"Serius nggak papa, Mbak."
"Iya, Isvara," ujar Kalila sambil mencubit gemas pipi adik madunya.
"Bahan-bahannya ada nggak, Mbak? Kalo nggak ada biar aku belanja dulu."
"Semua bahan masakan lengkap ada di kulkas, kamu pake aja semau kamu. Tadi bahan masakannya juga baru diantar, jadi masih fresh banget semua baik ikan ataupun sayurnya." Kalila memang tidak pernah ke pasar untuk belanja, wanita itu selalu pesan baik ikan, sayur atau bahan masakan yang lain. Karena memang ia tidak akan punya waktu untuk ke pasar, kerjaannya di rumah sudah banyak. Kalau ditinggal ke pasar, ia yakin sekali kerjaannya tidak akan bisa selesai.
Kalila belanja dua hari sekali, ia akan menuliskan apa saja yang ia butuhkan. Nanti akan ada yang mengantarkannya, lalu wanita itu akan membayarnya. Uangnya tentu dari Tiana, Kalila sendiri bukan type orang yang suka mengakali uang belanja agar sisanya bisa untuk dirinya. Makanya ia tidak pernah punya uang, walau hanya sekadar untuk membeli baju untuknya.
Kadang-kadang Tiana membelikan langsung baju untuk sang menantu, tetapi baju yang biasa bukan baju bagus dan mahal. Namun, Kalila menerimanya dengan hati. Dari pada ia tidak memiliki baju sama sekali.
"Oke, Mbak. Makasih sebelumnya." Dengan riang gembira, Isvara pergi ke dapur. Ia memeriksa bahan-bahan yang ia butuhkan itu ada semua atau tidak, walau memang sudah diberitahukan oleh Kalila bahwa bahannya lengkap.
Isvara masak dengan sangat cepat, terlihat sekali gadis itu memang bisa masak bahkan sangat cekatan.
Hanya dalam waktu tidak sampai 15 menit, bubur yang Isvara masak sudah matang. Isvara mencari keberadaan Kalila, ternyata wanita itu sedang membersihkan kolam renang. Isvara sendiri baru sadar, bahwa di rumah ini ada kolam renangnya. Karena sewaktu Javas mengajaknya berkeliling, pria itu tidak mengajaknya ke kolam renang.
Untuk menemukan kolam renang sendiri, Isvara pergi ke sana ke mari. Karena memang di rumah hanya ada tiga orang, tidak ada lagi yang bisa ditanyai tentang keberadaan Kalila.
"Mbak Kalila," panggilnya dengan bersemangat.
"Kenapa, Isvara? Ada yang perlu Mbak bantu?" Bukan menjawab pertanyaan Kakak madunya, Isvara malah menarik tangan Kalila untuk ikut dengannya ke dapur.
"Mbak tolong cobain buburnya, menurutku sih udah pas. Tapi aku kurang yakin," pintanya dengan lembut. Kalila menggeleng pelan, bukan karena ia menolak permintaan sang adik madu. Ia hanya tidak habis pikir dengan tingkah Isvara yang menurutnya ada aja.
"Oke, Mbak akan cobain. Tapi Mbak liat aja udah tau kalo rasanya pasti enak." Mendapat pujian dari Kalila, membuat Isvara malu-malu hingga wajahnya memerah.
"Mbak bisa aja deh." Isvara langsung mengambilkan mangkok, diisinya dengan bubur walau hanya sedikit. Karena untuk dicoba oleh Kalila saja, terlebih ia memang hanya membuat buburnya sedikit.
"Cobain, Mbak. Nanti kasih tau ya, kurangnya." Kalila melakukan apa yang Isvara minta, sesuai dugaan bubur buatan Isvara rasanya memang sangat enak. Ia yakin, orang sakit yang mulutnya pahit tetap akan mau makan bubur ini.
"Enak banget, rasa juga pas Isvara. Ineisha beruntung punya Kakak perhatian kamu, Isvara." Isvara tersenyum miris, sayangnya Ineisha tidak pernah merasa beruntung. Karena rasa iri dan dengkinya terlalu besar pada sang Kakak, hingga semua yang kakaknya lakukan padanya. Ia anggap angin lalu saja.
"Boleh minta tolong satu kali lagi nggak?"
"Apa?" tanya Kalila dengan memasang wajah marahnya, tetapi itu hanya dibuat-buat saja tidak marah sungguhan.
"Aku minta tolong sama Mbak, buat anter bubur sama obatnya ke kamar Ineisha. Pastikan Ineisha makan buburnya sampai habis, tapi jangan bilang kalo aku yang masak buburnya. Mbak tau'kan kalo aku sama Ineisha hubungannya lagi nggak baik-baik aja, aku nggak mau Ineisha nolak makan buburnya karena tau itu bubur buatanku," pintanya dengan memasang puppy eyes, agar Kalila mau menolongnya.
Kalila menghela napas, sampai akhirnya mengangguk. Isvara reflek memeluk Kalila, Kalila sendiri jelas membalas pelukan Kalila. Sekali lagi, Kalila tegasnya bahwa ia tidak pernah membenci Isvara.
Isvara yang berpelukan dengan Kalila, seperti pelukan seorang ibu dan anak perempuannya. Padahal mereka adalah adik dan kakak madu. Jujur Isvara merasa sangat nyaman sekali dengan pelukan yang Kalila berikan, wanita itu memang sangat keibuan. Sampai Isvara bisa merasakan sosok ibu dari diri Kalila, ia merasa beruntung bisa mengenal wanita sebaik dan setulus Kalila. Sayangnya, Kalila harus hidup dalam keluarga Bimantara yang tidak pernah berbuat baik padanya.
Kalila sebenarnya tidak terlalu suka jika harus berbohong, tetapi demi menolong Isvara. Ia harus melakukannya, apalagi Isvara memang sedang butuh bantuannya.
"Makasih, Mbak. Mbak baik banget."
"Kamu lebay banget, Isvara. Mbak hanya mencoba menolong kamu aja kok, Mbak ngerti banget sama posisi kamu. Sekalipun Mbak nggak punya sodara."
Isvara langsung menyiapkan bubur yang akan diantarkan oleh Kalila ke kamar Ineisha, tidak lupa ia juga membawakan air serta obatnya. Agar setelah makan bubur, istri Chio itu bisa langsung minum obat.
***
Kalila mengetuk kamar sang menantu dengan pelan, jujur ia tidak berani masuk ke kamar putranya tanpa izin. Apalagi sekarang putranya sekarang sudah menikah, yang berarti kamar itu ditinggali oleh putra dan menantunya.
Tadi pagi pun Kalila meminta izin sebelum masuk kamar, saat ingin membangunkan sang menantu. Hingga ia mengetahui menantunya sedang tidak enak badan.
"Siapa?" tanya Ineisha tanpa tenaga, kepala Ineisha memang pusing sekali. Belum lagi badannya panas karena demam.
"Ini, Mama, Nak. Mama boleh masuk?"
"Mama?" Ineisha mengenali suara mama mertuanya, tetapi ia berharap jika yang datang benar-benar mama kandungnya. Karena sekarang ia sangat membutuhkan sang Mama untuk menguatkan dirinya yang sedang rapuh.
"Mama Kalila, Mama mertua kamu."
"Masuk aja, Ma." Akhirnya Ineisha mengizinkan Kalila masuk ke kamarnya, terlihat dimata Ineisha bahwa sang mama mertua tidak ke kamarnya dengan tangan kosong.
"Mama bawain kamu bubur sama obat, makan ya buburnya. Mama tahu kamu lagi nggak enak badan, pasti nggak mau makan apa-apa. Tapi cobain dulu, Mama yakin kamu pasti suka sama buburnya," ujar Kalila panjang lebar. Wanita itu menaruh semangkuk buburnya di hadapan sang menantu.
Ineisha tampak malas makan buburnya, tetapi ia berusaha menghargai niat baik mama mertuanya. Karena masih untung mama mertuanya tidak setegas dan segalak sang Oma mertua, kalau duanya galak Ineisha pasti langsung memutuskan kabur saja. Hanya satu orang saja yang sedikit jahat padanya, sudah membuatnya tidak tahan apalagi dua.
Ineisha menyuapkan satu sendok bubur ke mulutnya dengan pelan-pelan, setelah dirasa-rasa. Gadis itu tidak menyangka, bahwa bubur buatan sang mama mertua rasanya sama persis dengan bubur kesukaannya yang dibuat oleh pelayan di rumahnya.
"Habiskan ya, nanti kamu langsung minum obat. Biar badan kamu enakkan, tapi kalo kamu ngerasa badan kamu tetap masih sakit bilang Chio atau Mama ya. Nanti kamu akan dibawa ke dokter sana Chio."
"Iya, Ma. Makasih." Ineisha memakan buburnya dengan lahap, lalu meminum obatnya.
Dari luar Isvara melihat semuanya, gadis cantik itu tersenyum melihat sang adik mau makan bubur buatannya. Kalila sengaja tidak menutup kamarnya, agar Isvara bisa melihat keadaan adiknya dari jauh. Dalam hati Isvara berdo'a semoga adiknya cepat sembuh.
Buburnya sudah habis, Kalila langsung membawa mangkok kosongnya ke dapur. Sampai dapur, Isvara langsung memeluk erat Kalila sekali lagi.
"Makasih banget, Mbak. Udah bantuin aku, karena Mbak udah baik sama aku. Sebagai imbalannya untuk makan siang ini biar aku aja yang masak, Mbak bisa kerjain yang lain. Kerjaan Mbak juga bakalan aku bantuin sampai selesai," kata Isvara dengan panjang lebar.
Kalila tersenyum, lalu menggeleng. "Mbak ikhlas kok bantuin kamu, kalo kamu mau masak buat makan siang silakan. Mbak nggak akan larang, tetapi kamu nggak perlu bantuin kerjaan Mbak. Nanti kamu capek, belum lagi gimana sama Mama sama Mas Javas kalo tau. Mereka pasti nggak suka, dan ngira Mbak yang nyuruh kamu."
Kalila menolak bantuan Isvara dengan halus, karena ia tidak ingin mencari masalah baik dengan suami atau mama mertuanya.
"Aku nggak ngerasa capek kok, toh aku juga habis ini nggak ngapa-ngapain. Aku yakin Mama sama Mas Javas nggak akan tahu kalo aku sama Mbak Kalila nggak bilang, kalo tau yaudah. Aku ini yang nawarin, bukan Mbak yang sengaja nyuruh aku."
"Yaudah, kalo gitu terserah kamu aja. Mbak nggak akan menghalangi apapun yang mau kamu lakukan, tapi kalo kamu capek langsung istirahat aja. Nggak usah dipaksakan ya."
Isvara langsung mengacungkan jempol tanda setuju sambil berkata, "Siap, Mbak."
Isvara tidak asal bicara, ia benar-benar masak untuk makan siang sekaligus makan malam. Setelah itu gadis itu membantu Kakak madunya menyelesaikan tugas untuk membersikan rumah.
Atas bantuan Isvara, pekerjaan Kalila jadi cepat selesai. Ternyata Isvara bisa mengerjakan tugas Kalila tanpa mengeluh, ia mengerjakannya dengan ikhlas dan hati yang gembira jadi tidak begitu terasa melelahkan. Apalagi Isvara dan Kalila tampak sangat kompak, mereka berdua ternyata satu sefrekuensi.
Berbeda sekali dengan Ineisha, yang mengerjakannya tidak ikhlas dan memandang rendah semua pekerjaannya. Jadi gampang lelah, ditambah lagi ia merasa dunia tidak berpihak padanya.
Tanpa Kalila dan Isvara sadari, ada seorang pria yang sejak tadi memperhatikan semua yang dilakukan kedua istri Javas itu. Awalnya pria itu tidak menyangka, sang Mama bisa sedekat itu dengan Isvara. Pria itu memang adalah Chio, ia pulang ke rumah untuk mengambil sesuatu. Namun, ia malah melihat pemandangan yang sangat mencengangkan yaitu keakraban Isvara dan mamanya. Hal itu tidak bisa ia liat dari Ineisha yang merupakan istrinya sendiri dengan sang Mama.
Dibandingkan Kakak dan Adik madu pada umumnya, menurut Chio. Mamanya dan Isvara lebih terlihat seperti mertua dan menantu yang saling sayang.
Penyesalan semakin mendalam di hati Chio, karena malah memperistri Ineisha dibandingkan Isvara yang seratus kali lebih baik dari pada Ineisha. Sampai akhirnya sekarang Isvara malah menjadi mama tirinya, walaupun Chio tidak akan sudi mengakui Isvara sebagai mama tirinya.