seorang gadis kecil yang saat itu hendak pergi bersama orang tua ayah dan ibunya
namun kecelakaan merenggut nyawa mereka, dan anak itu meninggal sambil memeluk bonekanya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rika ananda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
balas dendam
Arsy terkejut mendengar suara Bruno. Ia menatap ke arah sumber suara dengan wajah yang pucat.
"Bruno?" bisik Arsy, dengan suara yang gemetar. "Kau hidup lagi?"
Bruno tersenyum sinis dan menunjukkan giginya yang tajam.
"Aku tidak pernah mati," jawab Bruno, dengan suara yang mengerikan. "Aku datang untuk membalas dendam."
Arsy dan Lita merasa takut dan panik. Mereka tahu bahwa Bruno adalah sesuatu yang mengerikan.
"Bruno, apa yang kau lakukan di sini?" tanya Lita, dengan suara yang gemetar.
"Aku datang untuk menjemput mu," jawab Bruno, dengan suara yang mengerikan. "Aku ingin membalas dendam atas kematian Angelica."
Bruno kemudian mengambil sebuah gelas yang terletak di meja dan melemparkannya ke arah Arsy. Arsy menghindar dengan cepat dan gelas itu pecah di lantai.
"Arsy, kita harus pergi dari sini!" teriak Lita, dengan suara yang penuh ketakutan.
Arsy menangguk setuju. Ia menarik tangan Lita dan berlari masuk ke dalam rumah. Mereka berusaha menghindar dari serangan Bruno.
"Jangan biarkan dia menangkap kita!" teriak Arsy, dengan suara yang penuh ketakutan.
Bruno mengejar Arsy dan Lita dengan kecepatan yang menakutkan. Ia berlari ke arah mereka dengan tatapan yang mengerikan.
"Aku akan menangkap kalian!" teriak Bruno, dengan suara yang mengerikan.
Bruno berhasil mengejar Arsy dan Lita sampai ke dalam rumah. Ia menyerbu masuk dengan kecepatan yang menakutkan, membuat Arsy dan Lita berteriak ketakutan.
Suasana di dalam rumah yang sebelumnya nyaman dan tenang kini berubah menjadi sangat tegang. Udara berasa dingin dan menyeramkan, seolah ada sesuatu yang jahat bersembunyi di balik tembok.
Arsy dan Lita bersembunyi di balik meja makan, mencoba menenangkan diri. Napas mereka terengah-engah, mencoba menarik udara sepanjang mungkin.
"Arsy, kita harus bersembunyi!" bisik Lita, suaranya gemetar. "Dia akan menyerang kita."
Arsy menatap Lita dengan wajah pucat. Ia merasa takut, tapi ia juga merasa marah.
"Tidak, kita harus melawan!" jawab Arsy, suaranya bergetar karena ketakutan. "Kita tidak bisa terus bersembunyi."
Bruno mendekati meja makan, dengan tatapan yang mengerikan. Ia menjulurkan tangannya yang berlumuran darah menuju Arsy dan Lita.
"Kalian tidak akan bisa lolos dariku," bisik Bruno, dengan suara yang mengerikan.
Arsy dan Lita berpegangan erat, merasakan ketakutan yang menyebar ke seluruh tubuh mereka. Mereka tahu bahwa mereka sedang berhadapan dengan sesuatu yang sangat mengerikan.
Bruno semakin mendekati Arsy dan Lita, langkahnya lamban dan menyeramkan. Ia tersenyum sinis, menunjukkan gigi yang tajam dan berlumuran darah.
"Kalian harus membayar semua perbuatanmu," bisik Bruno, suaranya bergema di ruangan itu, dingin dan mengerikan. "Aku akan menghukum kalian atas kematian Angelica."
Arsy dan Lita berpegangan erat, merasa ketakutan yang menyerbu seluruh tubuh mereka. Mereka mencoba menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri, tapi ketakutan itu terlalu besar untuk ditahan.
"Bruno," bisik Arsy, suaranya gemetar. "Kami tidak membunuh Angelica. Kami tidak tahu siapa yang melakukannya."
Bruno tertawa keras, suaranya bergema di ruangan itu seperti teriakan hantu.
"Jangan berbohong!" teriak Bruno. "Aku tahu kalian yang melakukannya. Kalian berani menyingkirkan aku dari Angelica. Sekarang, aku akan menyingkirkan kalian dari dunia ini."
Arsy dan Lita menatap Bruno dengan wajah yang penuh ketakutan. Mereka merasakan bahwa mereka sedang berhadapan dengan sesuatu yang sangat mengerikan.
"Tolong!" teriak Lita, dengan suara yang gemetar. "Kami mohon ampun."
Bruno mendekati meja makan dengan langkah yang cepat. Ia menjulurkan tangannya yang berlumuran darah menuju Arsy dan Lita.
"Tidak ada ampun untuk kalian," bisik Bruno, dengan suara yang mengerikan. "Aku akan membalas dendam."
Bruno mendekati meja makan dengan langkah yang cepat. Ia menjulurkan tangannya yang berlumuran darah menuju Arsy dan Lita.
"Tidak ada ampun untuk kalian," bisik Bruno, dengan suara yang mengerikan. "Aku akan membalas dendam."
Arsy dan Lita berpegangan erat, merasakan ketakutan yang menyebar ke seluruh tubuh mereka. Mereka tahu bahwa mereka sedang berhadapan dengan sesuatu yang sangat mengerikan.
"Tolong!" teriak Lita, dengan suara yang gemetar. "Kami mohon ampun."
Bruno menatap Arsy dengan tatapan yang mengerikan. Ia mengangkat tubuh Arsy dengan mudah, seolah Arsy hanya boneka yang ringan.
"Kau harus membayar atas perbuatanmu," bisik Bruno, dengan suara yang dingin.
Bruno kemudian melemparkan Arsy ke dinding dengan kuat. Arsy mengeluarkan rintihan sakit dan jatuh terkulai di lantai.
Lita berteriak ketakutan dan berusaha mendekati Arsy. Namun, Bruno menghalangi jalannya.
"Jangan coba-coba mendekati dia," teriak Bruno, dengan suara yang mengerikan. "Kau akan mengalami nasib yang sama."
Lita berhenti di tempat dan menatap Bruno dengan wajah yang pucat. Ia merasa takut dan panik. Ia tahu bahwa ia sedang berhadapan dengan sesuatu yang sangat mengerikan.
Bruno mendekati tubuh Arsy yang tergeletak di lantai. Ia menatap Arsy dengan tatapan yang mengerikan, seolah-olah melihat mangsa yang akan dihabisi.
"Kau berani menyingkirkan aku dari Angelica?" bisik Bruno, suaranya bergema di ruangan itu, dingin dan mengerikan. "Sekarang, aku akan menyingkirkan kau dari dunia ini."
Bruno kemudian mengangkat tubuh Arsy lagi, dengan mudah seperti mengangkat boneka. Ia melemparkan Arsy ke dinding dengan kuat, menghentakkan tubuhnya ke tembok dengan kecepatan yang menakutkan.
Arsy mengeluarkan rintihan sakit yang merdu dan muntah darah dari mulutnya. Tubuhnya terkulai lemas di lantai, hampir tak bernyawa.
Lita berteriak ketakutan dan berusaha mendekati Arsy, tapi Bruno menghalangi jalannya. Ia menatap Lita dengan tatapan yang mengerikan, menunjukkan gigi-giginya yang tajam dan berlumuran darah.
"Jangan coba-coba mendekati dia," geram Bruno, suaranya bergetar dengan kemarahan. "Kau akan mengalami nasib yang sama."
Lita berhenti di tempat dan menatap Bruno dengan wajah yang penuh ketakutan. Ia merasakan bahwa ia sedang berhadapan dengan sesuatu yang sangat mengerikan, sesuatu yang tidak manusiawi
Bruno menatap Lita dengan tatapan yang mengerikan, menunjukkan gigi-giginya yang tajam dan berlumuran darah.
"Jangan coba-coba mendekati dia," geram Bruno, suaranya bergetar dengan kemarahan. "Kau akan mengalami nasib yang sama."
Lita berhenti di tempat dan menatap Bruno dengan wajah yang penuh ketakutan. Ia merasakan bahwa ia sedang berhadapan dengan sesuatu yang sangat mengerikan, sesuatu yang tidak manusiawi.
Bruno kemudian berlari menuju Lita, dengan kecepatan yang menakutkan. Ia menyerbu Lita, mencoba menyerang Lita dengan tangannya yang berlumuran darah.
Lita menjerit ketakutan dan mencoba menghindar dari serangan Bruno. Ia berlari ke arah dapur, mencoba mencari sesuatu untuk melindungi diri.
"Tolong!" teriak Lita, dengan suara yang gemetar. "Seseorang tolong aku!"
Namun, tidak ada yang bisa membantu Lita. Bruno telah menyerbu ke arah Lita dengan kecepatan yang menakutkan.
Bruno menangkap Lita dan menyeretnya ke tengah ruangan. Ia menatap Lita dengan tatapan yang mengerikan, seolah-olah melihat mangsa yang akan dihabisi.
"Kau akan mengalami nasib yang sama dengan suamimu," bisik Bruno, dengan suara yang mengerikan. "Aku akan membalas dendam."
Bruno kemudian mengangkat Lita dan melemparkannya ke dinding dengan kuat. Lita mengeluarkan rintihan sakit dan jatuh terkulai di lantai.