"Mari kita bercerai, Kakak kembar mu sudah kembali." Elmer berucap dengan nada dingin.
Wanita itu meremas tespack yang ia pegang, sebuah kado yang ingin berikan, ternyata dirinyalah yang mendapatkan kado terindah dari suami tercintanya.
Dibenci oleh kedua orang tuanya dan suaminya.
Gerarda Lewis di hidupkan kembali setelah menerima kenyataan pahit, dimana suaminya Elmer Richards menyatakan akan menikahi saudara kembarnya Geraldine Lewis, sang kekasih yang telah kembali.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sayonk, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lima Tahun Kemudian
"Elmer,"
Seorang wanita memasuki ruangan yang seolah mati, tidak ada cahaya matahari. Seakan tidak ada tanda kehidupan sama seperti penguuninya. Gorden jendela di biarkan tertutup rapat. Sudah ke empat harinya kedua orang tuanya, tunangannya berkabung. Mereka seakan tak memiliki semangat hidup.
Kedua tangannya menaruh sarapan di atas nakas. Ia menghela nafas melihat beberapa botol di lantai. "Elmer, makanlah. Bibi Ang menghubungi ku, kau hanya meminum wine dan tidak makan."
Elmer bagaikan orang tuli dan bisu, tidak mau mendengar dan tidak mau berbicara. Jemarinya mengusap lembut sebuah figura.
"Sampai kapan kau terus begini? Bukankah kau harus mencarinya?"
Rara menarik Gorden itu dan membuat cahaya matahari masuk melewati jendela kaca.
"Siapa yang menyuruh mu membukanya?"
Suara Elemer membuat Rara mematung, ia menoleh dan menghampiri Elmer.
"Sampai kapan kau terus begini Elmer? Sampai kapan? Kau tidak ingin menjalani hidup mu?" Rara berteriak keras. Ia juga turut sedih, ia juga merasa kehilangan. Sungguh ia tidak menginginkan kematian Gege. "Aku juga merasakan sakit Elmer, tapi aku ingin menjalani hidup ku."
Elmer beranjak dari sisi ranjang. "Aku dan kau berbeda, aku kehilangan istri ku, orang yang aku cintai dan orang yang aku sakiti. Kau tidak pernah merasakannya."
"Iklaskan Gege, dia pasti sedih Elmer. Dia tidak ingin melihat mu seperti ini?"
"Dan aku juga tidak ingin melihatnya seperti ini." Elmer menjatuhkan tubuhnya secara kasar di ats ranjang. Ia kembali menangis dengab hati yang tersayat perih, baginha tak lagi awan yang cerah melainkan awan yang redup.
Bibi Ang menutup mulutnya dan menangis, sampai sekarang ia belum mengakui semuanya. Ia menyesal telah membiarkan Gege pergi, seandainya ia tak menyetujui, mungkin sampai saat ini ia masih melihat Gege.
Bibi Ang membuka pintu kamar Elmer, ia mendekati mereka. Di tangannya sebuah test pack yang tanpa sengaja tertinggal setelah Gege pergi saat ingin membersihkan kamarnya.
"Tuan, ada sesuatu yang ingin saya katakan."
Bibi Ang menyodorkan sebuah benda. Elmer memandang benda di tangannya.
"Saya menemukan ini setelah kepergian Nyonya dan Nyonya dinyatakan hamil."
Nyes
Bagaikan di bidik dengan ribuan anak panah, Elmer memegang dadanya yang terasa sakit. Jiwanya dalam sekejap hancur, ia bukan hanya membunuh Istrinya tetapi anaknya.
Rara menatap sendu pada Bibi Ang, beberapa menit yang lalu ia berpapasan dengan Bibi Ang dan benda itu terjatuh.
Flasback.
"Maaf Nona," ucap Bibi Ang. Tanpa sengaja dia menjatuhkan tespack itu.
Rara mengambil benda berwarna putih dengan berpanduan warna pink. Disana terlihat garis dua, ia menatap Bibi Ang, tidak mungkin testpack ini milik wanita di depannya.
"Milik siapa ini Bi?"
"Itu milik pelayan di rumah ini?"
Rara menatap ke lantai dua, rasanya aneh kalau milik pelayan lain di rumah ini. "Apa tespack ini milik Gege?"
"Bukan Nona,"
"Jangan berbohong Bibi Ang, kalau benar. Jangan katakan pada siapa pun. Elmer akan larut dalam perasaan bersalah," ucap Rara. Ia tidak mau keluarganya semakin terpuruk dalam kesedihan. Ia pun menaruh bend itu di atas tangan Bibi Ang. "Ini, buanglah."
Flasback off.
Bibi Ang menunduk. "Maafkan saya Nona, saya ingin memberitahu pada tuan Elmer. Tuan berhak tau, bahwa dia sudah memiliki anak dan sekarang anak itu telah pergi mengikuti sang ibu," ucap Bibi Ang. Ia bekerja untuk Elmer dan Gege, bukan Rara. Ia tak akan menyembunyikan apa pun.
Elmer mendongak, "Jadi kau sudah tau dan kau ingin merahasiakannya?"
"Elmer, bukan begitu maksud ku. Aku hanya tak ingin kamu bersedih."
"Pergi!" Elmer memalingkan wajahnya. "Pergi! Aku ingin sendiri!" teriak Elmer. Kedua netranya tajam bagaikan belati di olesi oleh darah.
Rara merasa sakit hati, Elmer tak pernah menaikkan nada tinggi padanya. Ia pun berlari di iringi isak tangisan.
Bibi Ang membungkuk hormat dan berlalu pergi.
...
Lima tahun kemudian.
Seorang bocah perempuan keluar dari mobil hitam, dia di gendong di lengan seorang pria kira-kira berumur 50 tahun lebih. Wajah pria itu terus terhiasi dengan senyuman mendengarkan celoteh kecil cucu mungil di dalam dekapannya.
Tuan Hardiand tertawa lepas, perutnya terasa tergelitiki mendengarkan mulut codelnya. Dia menatap putrinya di ujung sana, wanita yang sadar dari koma selama satu bulan. Tetapi yang penuh haru dan rasa syukur selain keadaannya, ada janin yang bertahan. Kini ia merasa kehangatan lagi kehadiran Gege, tidak melainkan Clarissa. Semua orang tidak akan menyadari wanita di depannya adalah Gege, wajah wanita itu kini bukan lagi Gege malainkan orang lain.
"Daddy," sapa seorang wanita. Dia tersenyum cerah melihat kedatangan putrinya dan ayahnya.
Wanita yang di sapa Clarissa itu mengambil alih putrinya, ayahnya pasti lelah mengajak Clarissa ke mall, seperti biasa membeli banyak mainan. Ayahnya sangat memanjakan putrinya itu.
"Terimakasih sayang, Daddy memang lelah. Tetapi ketika melihat teh buatan mu, seketika lelah Daddy hilang," ucapnya. Ia pun duduk dan tak sabar mencicipi teh buatan putrinya.
Cup
"Sayang kamu duduk dulu ya temani Kenda, Mommy mau ambil kue dulu."
"Iya Mom," putrinya menurut.
Tuan Hardiand mengusap pucuk kepala cucunya, awalnya ia ingin membuat keduanya alat balas dendam. Tetapi merasa kehangatan Gege, ia tidak rela mempertemukan Gege dengan keluarganya. Apa lagi Gege tak mengingat siapa dirinya. Ia pun terbang ke Itali menjauhi kediaman Arthur.
"Kenda, nanti ajak Krystal jalan-jalan lagi," ucapnya di iringi dengan senyuman mengembang dan membuat pipinya terlihat gemas.
"Iya sayang, nanti ajak Mommy juga."
Krystal Laurence mengangguk dengan cepat. Dia turun dan berlari ke arah Clarissa yang membawa sepiring kue. "Mommy nanti kita jalan bersama-sama, kita harus menghabiskan uang Kenda."
Tuan Hardiand tertawa mengegelagar. Ia selalu mengatakan pada cucu kecilnya untuk mengahbiskan seluruh uangnya, padahal tujuh turunan pun uangnya tak akan habis. Sekalipun hidup cucu dan putrinya boros.