Dimalam pengantin yang seharusnya sakral ternyata menjadi mimpi buruk bagi Luna dimana ia melakukan ritual olahraga pertamanya dengan adik iparnya yang bernama Damian.
Suami Luna yang bernama Sebastian langsung menjatuhkan talak kepada Luna.
Orang tua Luna sangat murka dan ia meminta Damian untuk menikah dengan Luna.
Luna berjanji akan membalas dendam kepada Damian yang sudah menghancurkan hidupnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon my name si phoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9
Dua jam perjalanan akhirnya mereka berdua telah sampai di tempat dimana Luna bekerja.
Luna melihat rumah yang jauh dari pemukiman dan hanya ada pepohonan disini.
"Aku hanya bisa mengantarkan kamu sampai di sini" ucap Ayana yang langsung meninggalkan Luna sendirian.
Ceklek
Luna melihat seorang lelaki yang membuka pintu dan memintanya untuk masuk.
Setelah masuk kedalam Luna melihat rumah yang sangat mewah sekali.
"Silahkan anda duduk." ucap lelaki itu sambil meminta Luna untuk meminum teh hangat yang sudah disiapkan.
Lelaki itu mengeluarkan beberapa dokumen yang harus ditandatangani oleh Luna.
"Saya akan mengirimkan gaji anda terlebih dahulu." lelaki itu meminta nomor rekening Luna.
Luna langsung memberikan nomor rekeningnya kepada Lelaki itu dan tidak butuh waktu lama uang itu sudah masuk kedalam rekening pribadi Luna.
"Perkenalkan nama saya Hadi dan saya yang akan mengawasi pekerjaan anda." ucap Hadi.
Hadi mengatakan kalau pemilik rumah ini sedang keluar dan akan kembali esok hari.
"Mari saya antarkan anda untuk ke kamar." ucap Hadi.
Luna mengambil tasnya dan mengikuti Hadi yang berjalan di kamar belakang dekat dapur.
"Silahkan anda masuk dan besok anda jam tiga harus sudah bangun." ucap Hadi.
Luna menganggukkan kepalanya dan ia masuk kedalam kamarnya.
Mewah sekali kamarnya, apa Tuan Hadi tidak salah menaruh ku dikamar ini?" gumam Luna yang melihat kamar yang hampir sama dengan kamarnya dulu.
Sebelum tidur ia menyetel alarm ponselnya agar tidak bangun kesiangan dan ia juga langsung mentransfer uang ke rekening Mama.
Melihat Luna yang sudah dikamarnya, Hadi mengambil ponselnya dan menghubungi pemilik rumah.
"Wanita itu sudah ada disini." ucap Hadi.
"Bagus, besok pagi aku sudah sampai rumah." ucap pemilik rumah.
Pemilik rumah langsung menutup ponselnya dan ia tersenyum tipis karena sudah berhasil membawa Luna kerumahnya.
"Dari dulu kamu tidak berubah, hanya uang, uang dan uang yang ada di pikiranmu." gumam lelaki itu.
Lelaki itu langsung berangkat menuju ke bandara untuk segera pulang ke rumahnya.
Keesokan paginya
Alarm ponselnya berbunyi dan Luna langsung terbangun dari tidurnya.
Luna mendengar Hadi yang mengetuk pintunya untuk meminta Luna agar segera keluar dari kamarnya.
Luna membuka pintu dan melihat Hadi yang sudah berdiri di depan pintu kamarnya.
"Ini pakaian yang harus kamu pakai, lekaslah mandi karena Tuan sudah perjalan kemari." ucap Hadi.
Luna bergegas menuju ke kamar mandi dan ia langsung membersihkan tubuhnya.
Setelah itu ia memakai seragam pelayan yang tadi diberikan oleh Hadi
"Apa yang harus saya lakukan sekarang?" tanya Luna.
Hadi meminta Luna untuk membersihkan semua ruangan yang ada dirumah ini.
"Kamu boleh makan kalau sudah selesai semua." ucap Hadi.
"I-iya." ucap Luna.
Luna segera mengambil sapu dan membersihkan ruangan kamar.
Ia mulai dari kamar atas yang ada di lantai atas, ada 4 kamar di lantai atas.
"Kaya sekali orang yang tinggal disini." gumam Luna.
Luna kembali membersihkan rumah sebelum pemilik rumah itu datang.
Lantai atas sudah ia bersihkan dan setelah itu ia menyapu lantai bawah.
Disaat sedang menyapu ia mendengar suara mobil yang berhenti.
Hadi bergegas membuka pintu rumah dan ia memanggil Luna agar menyambut kedatangan Tuan rumah.
Pintu rumah terbuka dan pemilik rumah itu langsung masuk kedalam rumah.
"Perkenalkan dia pemilik rumah ini, Tuan Damian." ucap Hadi.
Luna langsung mendongakkan kepalanya dan ia melihat mantan suaminya yang sedang berdiri di hadapannya.
"M-mas Damian...." gumam Luna.
Hadi meminta Luna untuk membawa semua tas koper kedalam kamar Damian.
Disaat Luna akan keluar tiba-tiba Damian mengunci pintu kamarnya.
"Bagaimana kabarmu? Apakah kamu sudah bahagia bersama Sebastian?" tanya Damian.
Luna tidak berani menjawab pertanyaan dari Damian karena sudah tiga tahun ini ia sudah tidak tahu keberadaan Sebastian.
"Kenapa tidak menjawab? Apakah kamu bahagia dengan Sebastian?" Damian kembali bertanya kepada Luna.
Damian menghampiri Luna dan langsung mendaratkan bibirnya ke bibir Luna.
Setelah mencium bibir Luna, Damian menyuruh Luna untuk memasak.
"Kamu disini sebagai pelayanku jadi jangan berpikir bahwa aku masih mencintaimu. Aku sangat membencimu setelah kamu membunuh anakku."
Damian membuka pintu kamar dan ia memanggil Hadi untuk mengawasi pekerjaan Luna.
Luna mengambil sapu dan ia meneruskan pekerjaannya yang tadi tetapi sapu itu langsung dibuang oleh Hadi.
"Bukankah Tuan Damian memintamu untuk memasak? Cepat laksanakan!" teriak Hadi
"I-iya, saya akan memasak." Luna segera menuju ke dapur dan ia melihat isi kulkas.
Ia memutuskan untuk membuat nasi goreng dan telur dadar untuk sarapan Damian.
Disaat sedang memasak tiba-tiba Damian datang untuk melihat Luna.
"Masak apa kamu?" tanya Damian.
"N-nasi goreng dan telur dadar." jawab Luna.
"Makanan kampung aku tidak suka, cepat masak yang lain!" ucap Damian.
Luna langsung ingat dengan perkataan yang dulu pernah ia lontarkan kepada Damian saat menjadi suaminya.
"Mas Damian ingin dimasakkan apa?" tanya Luna
Hadi yang mendengarnya langsung menampar pipi Luna.
Damian memejamkan matanya saat melihat Hari menampar pipi Luna.
"Panggil dia Tuan Damian!" gertak Hadi.
Luna langsung melempar telur yang ia bawa dan langsung masuk kedalam kamar.
Ia mengambil tasnya dan segera keluar dari rumah yang mengerikan ini.
"Mau kemana kamu?" tanya Damian.
"Pulang! Aku tidak mau bekerja di orang sombong seperti kamu!" jawab Luna.
"Sombong? Aku sombong? Bukankah kamu juga sombong?!" ucap Damian yang langsung mengingatkan kejadian itu.
Damian memanggil Hadi untuk membawakan dokumen yang telah ditandatangani oleh Luna.
Hadi lekas memberikan dokumen itu kepada Damian.
"Tunggulah diluar, aku ingin bicara dengan wanita sombong ini."
Hadi langsung keluar dan ia segera menutup pintu rumah.
Damian membacakan isi dokumen yang sudah ditandatangani oleh Luna.
Ternyata dibalik dokumen itu ada satu lembar kertas yang tidak dibaca oleh Luna.
"Sepertinya aku tidak pernah menandatangani surat itu." ucap Luna.
Damian tertawa terbahak-bahak mendengar perkataan Luna.
Ia membacakan isi kertas tersebut dimana Luna bersedia menikah dan melayani Damian sampai mempunyai anak.
Setelah Luna berhasil mempunyai anak, Damian akan menceraikannya.
Walaupun sudah bercerai dengan Damian, Luna harus tetap menjadi pelayanannya.
Luna langsung mengambil kertas itu dan menyobeknya di depan Damian.
"Sampai kapanpun aku tidak mau menikah denganmu!" Luna mengambil tasnya dan segera meninggalkan rumah Damian.
Damian langsung memanggul tubuh Luna dan membawanya ke lantai atas.
"Lepaskan aku! TOLONG!" teriak Luna
"Teriak lah yang keras karena tidak ada orang yang mendengar suaramu!" ucap Damian.
Setelah sampai di kamar, Damian langsung meletakkan Luna ke atas tempat tidur.
"Lepaskan aku Mas!"
Damian menggelengkan kepalanya dan ia mengambil tali untuk mengikat tangan dan kaki Luna.
Luna semakin ketakutan saat melihat Damian mengambil kain dan meneteskan sesuatu ke kain tersebut.
Ia menggelengkan kepalanya dan meminta Damian untuk tidak melakukan hal itu.
"Istirahatlah calon istriku." Damian langsung membius Luna.
"MMMMPPHHHH! MMMMPPHHHH!"
Luna mencoba memberontak tetapi tenaganya terlalu lemah sekali sehingga dalam hitungan detik ia langsung jatuh pingsan.
Melihat Luna yang sudah jatuh pingsan, Damian langsung memanggil Hadi untuk menyiapkan pernikahannya.
Ia juga meminta Hadi untuk mendapatkan tanda tangan dari Papa Luna agar pernikahannya nanti bisa diwakilkan oleh Hakim.