NovelToon NovelToon
I Will Protect You

I Will Protect You

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / CEO / Cinta setelah menikah / Pengantin Pengganti / Crazy Rich/Konglomerat / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:5.9k
Nilai: 5
Nama Author: Kyurincho

Demi menjaga kehormatan keluarga, Chandra terpaksa mengambil keputusan yang tidak pernah terbayangkan: menikahi Shabiya, wanita yang seharusnya dijodohkan dengan kakaknya, Awan.
Perjodohan ini terpaksa batal setelah Awan ketahuan berselingkuh dengan Erika, kekasih Chandra sendiri, dan menghamili wanita itu.
Kehancuran hati Chandra membuatnya menerima pernikahan dengan Shabiya, meski awalnya ia tidak memiliki perasaan apapun padanya.
Namun, perlahan-lahan, di balik keheningan dan ketenangan Shabiya, Chandra menemukan pesona yang berbeda. Shabiya bukan hanya wanita cantik, tetapi juga mandiri dan tenang, kualitas yang membuat Chandra semakin jatuh cinta.
Saat perasaan itu tumbuh, Chandra berubah—ia menjadi pria yang protektif dan posesif, bertekad untuk tidak kehilangan wanita yang kini menguasai hatinya.
Namun, di antara cinta yang mulai bersemi, bayang-bayang masa lalu masih menghantui. Bisakah Chandra benar-benar melindungi cintanya kali ini, atau akankah luka-luka lama kembali?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kyurincho, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Unspoken Fears

Sore itu, langit mulai memerah, menyiratkan akhir dari sebuah hari yang panjang. Kota ini, seperti biasanya, tetap sibuk meski matahari telah mulai tenggelam. Dari lantai atas gedung pencakar langit tempat Shabiya bekerja, pemandangan kendaraan di jalan raya terlihat seperti irama tak berujung, seolah semua orang berlomba dengan waktu. Di dalam ruangannya, Shabiya duduk di balik meja penuh berkas, laptop yang menyala, dan secangkir kopi yang hampir tak tersentuh.

Di dalam kantor Shabiya, ruangan itu penuh dengan keheningan yang kontras dengan hiruk pikuk di luar sana. Hanya suara lembut ketikan keyboard yang memecah kesunyian, sementara pikiran Shabiya tenggelam dalam pekerjaan. Berkas-berkas digital terpampang di layar komputer, dan rapat virtual dengan klien baru saja selesai. Ia tahu bahwa waktu sudah mendekati malam, tapi ada beberapa pekerjaan yang menurutnya tak bisa ditunda.

Saat ia tengah fokus pada laporan yang ada di depannya, telepon genggamnya bergetar di meja. Nama Chandra muncul di layar, dan tanpa pikir panjang, Shabiya mengangkat panggilan itu.

"Ada apa?" sapanya, pendek.

"Kau masih di kantor," suara Chandra terdengar rendah tapi tegas, seperti biasanya. Tidak ada nada tanya di sana, hanya pernyataan fakta.

Shabiya mendesah, menyandarkan punggungnya ke kursi. "Tentu saja. Ada presentasi yang harus selesai sebelum besok pagi. Kalau ini soal makan malam, aku sudah bilang aku akan sampai di rumah sebelum tengah malam."

"Aku tidak memintamu pulang sebelum tengah malam," balas Chandra, dengan ketenangan yang dingin. "Aku memintamu pulang sekarang."

Shabiya berhenti sejenak, memandang keluar jendela kaca besar kantornya yang memperlihatkan pemandangan kota yang perlahan tenggelam dalam senja. "Aku masih punya pekerjaan yang belum selesai," jawabnya, suaranya penuh dengan kehati-hatian. Ia tahu bahwa ini akan menjadi percakapan yang sensitif.

Di ujung sana, Chandra menghela napas. "Aku sudah mengingatkanmu pagi tadi, dan aku serius. Kau tidak akan lembur hari ini. Sudah cukup. Supirku sudah menunggu di lobi sekarang."

"Aku tidak butuh supir, Chandra," balas Shabiya, suaranya sedikit lebih keras. Ia tidak suka diatur seperti ini, tidak ketika ia merasa bisa mengurus dirinya sendiri. "Aku bisa pulang sendiri nanti, setelah aku menyelesaikan ini."

Namun, seperti yang sudah diperkirakannya, Chandra tidak bergeming. "Tidak ada nanti," ucapnya dengan ketegasan yang tak terbantahkan. "Kau sudah bekerja sepanjang hari, dan aku tidak ingin kau kelelahan. Pulang sekarang. Supir sudah menunggu, dan kau tahu aku tidak akan menerima alasan apa pun."

Shabiya menutup matanya sejenak, mencoba menahan rasa frustrasi yang mulai muncul. Sikap posesif Chandra sudah mulai terasa menyesakkan. Bagaimana mungkin ia bisa menjalani hidup dengan suami yang ingin mengatur segalanya, bahkan di hari pertama ia bekerja? Tapi saat ini, ia tahu tak ada gunanya berdebat. Chandra tak akan membiarkannya menang. Dan, di dalam hatinya, Shabiya tahu bahwa suaminya mengkhawatirkan dirinya, meskipun cara yang ia gunakan terasa terlalu mengendalikan.

"Oke, aku akan turun," akhirnya Shabiya menyerah, meski suaranya terdengar datar. "Tapi, Chandra, kita perlu bicara tentang ini nanti."

"Aku akan menunggumu di rumah," jawab Chandra, lalu panggilan itu berakhir dengan cepat.

Setelah menutup telepon, Shabiya duduk sejenak, membiarkan perasaan campur aduk yang memenuhi pikirannya menyelinap masuk. Di satu sisi, ada kehangatan yang tak bisa ia abaikan_perhatian Chandra terhadap dirinya begitu dalam, begitu tulus, meskipun diekspresikan dengan cara yang mungkin membuatnya terasa seperti seorang tahanan. Di sisi lain, ia merasa marah, karena ia adalah seorang wanita dewasa, CEO yang sukses, dan ia terbiasa memegang kendali penuh atas hidupnya. Tetapi kini, di setiap kesempatan, Chandra seakan menarik tali kendali itu dari tangannya, memaksa dirinya tunduk pada aturan-aturannya.

Namun, di balik semua itu, ada kebimbangan yang mulai merayap masuk. Apakah perasaan ini normal? Apakah keinginan Chandra untuk melindunginya adalah sesuatu yang bisa ia kompromikan? Atau apakah ini tanda dari sesuatu yang lebih dalam_sesuatu yang mungkin pernah dialami Erika sebelum akhirnya wanita itu memilih Awan?

Shabiya berdiri, menghela napas dalam-dalam, dan merapikan mejanya. Sekilas, ia melirik ke arah jendela yang kini mulai diselimuti kegelapan. Cahaya-cahaya dari gedung-gedung di sekitar mulai menyala, sementara langit berubah menjadi biru gelap dengan semburat oranye di cakrawala. Ia berjalan keluar dari ruangannya, melewati beberapa karyawan yang masih tersisa, menyadari tatapan penuh rasa hormat yang mereka berikan kepadanya.

Ketika ia tiba di lobi, mobil hitam elegan yang dikendarai oleh supir pribadi Chandra sudah menunggu. Pria itu membuka pintu mobil dengan sikap profesional, dan Shabiya hanya bisa tersenyum tipis, lebih karena kepasrahannya sendiri daripada karena rasa terima kasih. Ia masuk ke dalam mobil, duduk dengan tenang, dan membiarkan pikirannya melayang sepanjang perjalanan pulang.

Di balik semua kekesalan dan keraguannya, ada satu hal yang pasti_Chandra ingin melindungi apa yang sudah menjadi miliknya. Tapi apakah itu cukup? Pertanyaan itu terus berputar di kepalanya, sementara mobil meluncur melewati lampu-lampu jalan yang mulai bersinar terang.

***

Malam itu, suasana di rumah terasa sepi, hanya diiringi oleh suara halus pendingin ruangan yang berputar di kamar tidur mereka. Lampu-lampu di sudut ruangan memancarkan cahaya lembut, memberikan kesan hangat pada ruangan yang mewah dan elegan. Di atas ranjang berukuran king-size, Shabiya duduk bersandar dengan laptop di pangkuannya. Jemarinya lincah mengetik, fokus pada pekerjaan yang belum selesai, meskipun jam sudah menunjukkan pukul 10 malam. Sebuah kebiasaan yang sulit dilepaskannya meski hari telah beranjak larut.

Pintu kamar terbuka perlahan, dan Chandra muncul dengan penampilan yang sedikit lelah, setelan jasnya masih rapi meski dasinya telah sedikit longgar. Matanya langsung tertuju pada Shabiya yang masih bekerja. Ia berhenti sejenak di ambang pintu, mengerutkan kening, rasa tidak suka terukir jelas di wajahnya.

"Masih bekerja?" tanya Chandra, suaranya datar namun terselip nada ketidakpuasan yang tidak bisa ia sembunyikan.

Shabiya mengangkat pandangannya sekilas, kemudian melanjutkan mengetik, seolah tak terpengaruh oleh kehadirannya. "Ya, ada beberapa hal yang belum selesai," jawabnya tenang, namun ada ketegangan yang terasa menggantung di antara mereka.

Chandra berjalan masuk, melepaskan jasnya dan meletakkannya dengan hati-hati di kursi di dekat ranjang. Tatapannya masih tertuju pada laptop di pangkuan istrinya, rasa frustrasi semakin merambat. "Kita sudah bicara soal ini, Shabiya. Kau terlalu keras pada dirimu sendiri. Apa kau tidak bisa menunggu sampai besok?"

Shabiya mendesah pelan, matanya tidak meninggalkan layar. "Aku tahu, tapi aku punya kewajiban di kantor, dan mereka tidak akan hilang hanya karena aku menikah dengan seorang pria kaya."

Nada sarkas di kalimat terakhir itu menyentuh saraf Chandra. "Aku tidak memintamu berhenti bekerja. Aku hanya ingin kau tahu kapan harus berhenti."

Ia menutup laptop dengan satu gerakan tegas, membuat Shabiya mendongak dengan tatapan kesal. "Hei! Aku belum selesai!" protesnya, suaranya tajam.

"Dan aku sudah selesai melihatmu seperti ini," balas Chandra, suaranya tetap tenang, tapi ada nada tegas di sana. "Kau bilang kita perlu bicara. Sekarang aku di sini. Jadi, mari kita bicara."

Shabiya mendengus, meletakkan laptopnya ke samping dan menyilangkan tangan di dadanya. "Baiklah. Mari bicara. Dimulai dari siang tadi. Apa kau sadar betapa berlebihan sikapmu? Meneleponku, memaksaku pulang, mengirim supir seperti aku ini anak sekolah yang terlambat?"

Chandra menatapnya dengan mata gelap tajamnya, penuh ketenangan yang menakutkan. Ia berjalan ke sisi tempat tidur dan duduk di tepi ranjang, menjaga jarak tapi tetap cukup dekat. "Aku hanya melakukan apa yang seharusnya dilakukan seorang suami, Shabiya. Aku sedang mencoba melindungimu."

"Melindungiku dari apa?" Shabiya menuntut, matanya menyala dengan emosi. "Dari pekerjaanku sendiri? Dari diriku sendiri? Aku bukan orang yang perlu dijaga seperti porselen rapuh, Chandra. Aku tahu apa yang aku lakukan."

Chandra menghela napas, memijat pangkal hidungnya sejenak sebelum menatapnya lagi. Kali ini, ada sesuatu yang lebih dalam di balik tatapannya—ketakutan yang tak diucapkan, bayangan dari sesuatu yang belum hilang. "Kau pikir ini soal pekerjaanmu? Ini soal aku kehilangan kendali. Aku sudah pernah kehilangan seseorang karena aku tidak cukup waspada. Aku tidak akan membiarkan itu terjadi lagi."

Nada dalam suaranya membuat Shabiya terdiam sesaat. Ia memiringkan kepala, menatapnya dengan kening berkerut. "Kehilangan seseorang? Apa maksudmu Erika?"

Chandra menundukkan kepalanya sejenak, rahangnya mengeras. Ingatan tentang Erika berputar di kepalanya_wanita yang pernah ia pikir akan menjadi pendamping hidupnya, sampai semuanya hancur berantakan. "Aku tidak akan membiarkan itu terjadi lagi," gumamnya, hampir seperti berbicara pada dirinya sendiri. Lalu ia menatap Shabiya, mata gelapnya penuh dengan emosi yang sulit dijelaskan. "Erika... dia pergi, meninggalkan aku, dan memilih orang lain. Aku tidak ingin itu terjadi padamu, Shabiya. Tidak akan."

***

1
Kyurincho
Recommended
Coffeeandwine
Bagus
Anne139
knp sii brp dikit banget thor 😁😁😁 next
Kyurincho: lagi kendor nih semangatnya /Gosh/
total 1 replies
Anne139
ni laki bini modelan 2024 😂😂😂 next
Kyurincho: tiada hari tanpa gelud /Hey/
total 1 replies
ona
bener tuh badut sirkus, shabiya
Kyurincho: sebel yaa kaa sama Erika /Smirk/
total 1 replies
Anne139
aing lieur... pdhal tinggal blg dy telp krn mau batalin janji. udeh beres 🤦‍♀️ next thor
Kyurincho: udah bilang padahal, Chandranya ajah yang paranoid /Smug/
total 1 replies
Anne139
kuuuraaang thor... aduuuhh gantung euy
Kyurincho: ditunggu kelanjutannya besok yaa kaa /Kiss/
total 1 replies
Anne139
baaaguusss
Kyurincho: /Heart/
total 1 replies
Anne139
kenapa ga lsg diusir aj si tu cwe gatel... gw yg kesel. next
Kyurincho: /Facepalm/ mau diapain nih si Erika, nanti aku sampein Shabiya /Smirk/
total 1 replies
Anne139
next thor
Kyurincho: ditunggu ya kaa
aku update daily tiap jam 19.00
sambil nunggu boleh baca novelku yang lain 🤭
total 1 replies
Siti Amalia
plissss....up yg buannnyakkkkkk thorrrr
Kyurincho: sabar yaaa kaaa 😭
authornya kerja juga soalnya, jadi nyuri waktu senggang dulu, tapi aku usahain daily, makasih supportnya 🥰
baca juga novel aku yang lain yaa
total 1 replies
Nenti Malau
smngat thor lanjut
Kyurincho: komenmu bikin aku semangat ka, makasih banget 😭
total 1 replies
Faf Rin
padahal bagus ceritanya kenapa sepi
Kyurincho: ngga tau ka 😅
tapi makasih udah ngeramein 🥹
total 1 replies
Cahaya Langit
bagus
Kyurincho: makasih kaaa 🥹
total 1 replies
ona
full revisi kah??
Kyurincho: iya ka, saran editor karakter Shabiya kurang strong 😭
total 1 replies
ona
waduh, susah /Scowl/ dua-duanya ngeri /Shame/
Kyurincho: biasanya sama-sama ngatur, jadi ngga suka klo diatur 😅
total 1 replies
ona
selamat atas pernikahannya, shabiya dan chandra /Hey/
Kyurincho: /Facepalm/
total 1 replies
ona
wih keren banget, kakak /Applaud/ semangat ngetik lanjutannya /Determined/
Kyurincho: aaaaa makasih /Sob/
seneng banget ada yang komen
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!