" Mau gimanapun kamu istriku Jea," ucap Leandra
Seorang gadis berusia 22 tahun itu hanya bisa memberengut. Ucapan yang terdengar asal dan mengandung rasa kesal itu memang sebuah fakta yang tidak bisa dipungkiri.
Jeanica Anisffa Reswoyo, saat ini dirinya sudah berstatus sebagai istri. Dan suaminya adalah dosen dimana tempatnya berkuliah.
Meksipun begitu, tidak ada satu orang pun yang tahu dengan status mereka.
Jadi bagaimana Jea bisa menjadi istri rahasia dari sang dosen?
Lalu bagaimana lika-liku pernikahan rahasia yang dijalani Jea dan dosennya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Istri Rahasia 16
" Tadi tuh anak pagi-pagi udah pergi yak. Ngerjain apa sih dia kayak keburu-buru gitu."
Andra menggerutu sepanjang jalan menuju ruangan putranya. Oleh sang istri dia diminta untuk memberikan sarapan yang sudah disiapkan. Sebuah paper bag berisi box makanan siap untuk diberikan kepada Lean.
Awalnya dia ingin meminta Lean datang sendiri untuk mengambilnya, tapi dia urung dan memilih untuk memberikannya sendiri. Selain itu Andra ingin tahu apa yang dilakukan oleh Lean yang selalu sibuk itu.
Cekleek
" Lean, kamu lagi apa?"
Tanpa mengetuk pintu, Andra langsung membuka pintu di ruangan Lean. Mereka sama-sama terkejut. Andra terkejut melihat Lean yang sedang duduk berjongkok di depan seorang gadis sambil menggenggam tangan gadis itu, sedangkan Lean dan Jea juga terkejut melihat kedatangan Andra.
Reflek Jea berdiri, pun dengan Lean. Keduanya seperti pasangan yang tengah tertangkap basah melakukan perbuatan yang tidak-tidak. Padahal sebenarnya mereka tidak sedang melakukan apapun.
" Pa, Papa ngapain ke sini? Terus kok nggak ketuk pintu dulu?"
Seolah bertanya perihal apa keperluan Andra, dimana yang sebenarnya dia sedang menutupi keterkejutannya. Bagaimana tidak, Andra yang datang secara tiba-tiba itu pasti melihat apa yang baru saja dirinya dan Jea lakukan.
Meksipun tidak melakukan sesuatu yang aneh, Andra pasti menaruh kecurigaan. Pasalnya selama ini Lean tidak pernah dekat dengan wanita manapun selain keluarga dan sahabat dekat. Jadi apa yang Lean lakukan kali ini pasti akan mendapat banyak pertanyaan dari Andra.
" Kalau begitu, saya permisi Pak Lean."
" Ya Jea, kerjakan tugas yang aku berikan tadi dan segera kumpulkan."
" Baik Pak."
Belum siap dalam menghadapi ayah mertuanya, Jea memilih kabur menyelamatkan diri. Karena dia yakin tidak akan bisa bicara apapun jika muncul pertanyaan. Dan Lean paham betul, maka dari itu dia membiarkan Jea keluar dari ruangannya.
Tak
Andra meletakkan paper bag yang ia bawa di atas meja. Dia juga duduk di sana, sambil melipat kedua tangannya pria paruh baya itu menatap sang putra dengan tajam.
" Dia mahasiswa ku Pa, tadi dia ku minta kemari karena ada tugas yang belum dikerjakannya. Aku nanya apa ada kendala kenapa belum selesai juga, ternyata ayahnya baru aja meninggal," jelas Lean. Padahal Andra sama sekali tidak minta penjelasan. Setidaknya dia tidak mengucapkannya, tapi meskipun begitu Andra tetap mendengarkan apa yang dikatakan sang putra.
" Lalu ngapain kamu jongkok di depannya gitu, sambil megang-megang tangannya? Cara kamu natap dia tuh bukan kayak dosen ke mahasiswanya lho."
Jegleeeer
Entah mengapa ayah dari Lean itu begitu paham jika tentang hal-hal seperti ini. Tingkat kepekaan Andra begitu tinggi jika melihat hal yang sedemikian.
" Ooh itu, aku cuma ngehibur dia aja kok Pa. Ayahnya baru meninggal, dia sedih gitu." Ucapan Lean tidak sepenuhnya salah dan tidak benar juga. Ayahnya Jea memang baru saja meninggal, tapi tadi mereka tidak sedang membicarakan hal itu. Bagaimanapun caranya Lean harus keluar dari suasana ini. Jika dia salah bicara percayalah Andra akan bisa lebih cepat mengetahui rahasia yang ia simpan itu.
Tok! Tok! Tok!
" Ya masuk."
" Pak, saya mau bimbingan."
" Alhamdulillah, " ucap Lean lirih. Dia seperti terselamatkan dari sebuah bahaya, rasanya sangat lega sekali saat ada mahasiswanya yang masuk untuk melakukan bimbingan skripsi.
Sedangkan Andra mau tidak mau dia harus keluar dari ruangan sang anak. Dia tidak bisa mengganggu pekerjaan Lean meskipun dirinya masih sangat penasaran dnegan gadis tadi.
Sepintas dilihat gadis yang dipanggil Lean dengan nama Jea tadi adalah gadis yang cantik dan sopan. Terlihat tampilan yang sederhana dan tidak neko-neko.
" Hmmm, siapa Jea ini. Aku ngerasa namanya nggak asing. Haaah, namanya juga mahasiswa sini jadi namanya nggak asing lah. Tapi beneran deh Lean aneh. Apa dia sama mahasiswanya itu ada hubungan ya. Tunggu, kok aku jadi inget kak Rafi sama Kak Hasna ya. Mereka kan dulu juka dosen sama mahasiswa. Kak Radi pernah nyembunyiin Kak Hasna di apartemennya. Tapi masa Lean gitu sih, nggak ah nggak mungkin. Haaah mungkin ini cuma cocokologi aja."
Andra menepis semua prasangkanya. Sepanjang jalan menuju ke ruangannya Andra terus menerus menggelengkan kepalanya. Ya dia mengusir asumsi-asumsinya sendiri.
Baru saja dia melihat putra bungsunya yang tidak pernah dekat dengan wanita tiba-tiba ada wanita di ruangannya, sudah membuat Andra overthinking. Padahal seusia Lean wajar saja jika memiliki kekasih. Bahkan beberapa sudah menikah dan punya anak.
" Wajar sih, tapi kok aku ngrasa gimana gitu ya. Coba nanti aku bicarain ini ke Zanita," gumamnya lagi.
Andra yang dipenuhi pikiran ternyata berbanding lurus dengan Lean. Meksipun dia tidak kehilangan fokus saat membimbing skripsi dari para mahasiswanya, namun pikiran tentang kejadian tadi tetap terselip di otaknya.
Saat ini Lean tengah berusaha membuat beberapa kemungkinan pertanyaan dari Andra dan juga Zanita. Ya Lean yakin pasti ayahnya itu akan bercerita kepada ibu dan kakaknya, dimana itu akan menimbulkan banyaknya pertanyaan yang akan dia terima.
" Payah, kayaknya malam ini aku harus balik ke rumah dan bukannya apartemen. Kalau balik ke apartemen pasti Papa bakalan lebih curiga lagi."
Sambil menunggu mahasiswa selanjutnya yang akan bimbingan Andra mengambil ponselnya dan menghubungi Jea. Dia mengatakan bahwa malam ini tidak pulang, dan bersyukurnya Jea tidak mempermasalahkan itu. Dari suaranya di seberang sana bisa Lean ketahui bahwa Jea malah tampak senang.
" Kayaknya kamu malah happy kalau aku nggak ke apartemen?"
" Eeh bukan gitu Bang, aku cuma lega aja. Tadi Pak Andra kan lihat kita, kalau Abang nggak pulang ke rumah bisa semakin buat Pak Andra penasaran kan."
" Huh iya aku juga mikirnya gitu, ya udah kamu langsung pulang kalau udah selesai kelas. Oh iya jangan malam-malam, ingat kunci pintu, dan satu lagi jangan buka pintu sembarangan kalau kamu nggak ngenalin siapa tamunya. Oke, mahasiswa ku udah dateng, aku tutup ya."
Jea sungguh merasa lega, dia tadi cukup merasa deg-degan dengan Andra yang melihatnya dan Lean bersama. Takut, ya Jea takut jika ayah dari Lean itu curiga. Tapi selama dia tidak menunjukkan kedekatan dengan Lean di kampus maka semua masih bisa diatasi.
" Anggap aja tadi lagi sial, ya kedepannya aku harus lebih berhati-hati lagi. Jangan sampai kejadian kayak gitu keulang."
TBC