Alexa seorang gadis cantik yang memiliki wajah bulat seperti tomat yang menyukai seorang pria tampan di kantor nya. "Sampai kapan pun aku tidak akan pernah tertarik dengan wanita berwajah bulat. Walaupun dia secantik bidadari sekali pun aku tidak akan tertarik. "ucap Chavin (pria yang disukai Lexa).
Dengan seiring nya waktu tanpa disadari mereka pun berpacaran. Chavin menerima cinta Lexa karena alasan tertentu. Tapi Lexa selalu diperlakukan tidak baik. Chavin suka membandingkan Lexa dengan wanita lain. Dan akhirnya Chavin memutuskan untuk berpisah dengan Lexa. Tak disangka- sangka Lexa mengalami kecelakaan yang membuat wajah nya yang bulat menjadi tirus mungkin disebabkan dia sakit parah.
Apakah setelah wajah Lexa tirus Chavin menerima cinta Lexa kembali dengan tulus???
Apakah Lexa akan tetap mengejar cinta Chavin atau malah sebaliknya!!! Nantikan kisah mereka selanjutnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wida_Ast Jcy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 24. PROSES OPERASI PERTAMA
Hari-hari setelah Alexa sadar dipenuhi dengan perjuangan untuk menyesuaikan diri dengan kenyataan barunya. Di kamar rumah sakit yang sunyi, suara mesin medis menjadi latar yang selalu terdengar.
Ia sering memandang ke luar jendela, menyaksikan burung-burung kecil terbang bebas di langit biru. Kehidupan yang dulu ia miliki tanpa rasa sakit, tanpa trauma terasa begitu jauh dari genggamannya.
“Nin,” Alexa memulai dengan suara pelan.
“Kamu betul, mungkin aku masih Alexa. Tapi kadang rasanya seperti aku kehilangan diri ku sendiri. Jelas Lexa yang sekarang terbaring ditempat tidur ini, tidak sama lagi dengan Lexa yang dulu Nin. "Ucap ku sedih.
Ninda mendekat, menggenggam tangan Alexa dengan erat dan penuh kasih sayang.
“Kamu nggak kehilangan siapa pun, Lex. Luka-luka ini hanya bagian dari perjalananmu. Kamu akan sembuh, dan aku akan ada di sini disetiap langkah mu, percaya lah pasti semua akan baik baik saja. Kamu harus yakin itu Lex. "jawab Ninda.
“Tapi aku takut...” Alexa menundukkan kepalanya.
“Aku takut tidak pernah bisa menerima wajahku yang sekarang. Aku betul-betul takut Nin. " ucap Lexa dengan menangis.
"Aku tahu untuk kesembuhan itu, sangat membutuhkan waktu yang lama. Dan aku tak tau harus berapa lama menunggu nya” ucap Lexa sambil meneteskan air mata
"Dan itu bukan waktu yang sebentar Nin. Bahkan untuk sembuh seperti semula hanya 30% saja Nin. " ucap Lexa dengan menangis.
Ninda tersenyum lembut. “Lexa..cantik itu, tidak cuma dari wajah. Kamu punya hati yang luar biasa. Semua orang di kantor kita tahu itu.
Dan aku yakin, kamu akan menemukan dirimu lagi, bahkan jadi lebih kuat dari sebelumnya.” jawab Ninda memberi semangat.
Air mata Alexa mengalir perlahan. Ia merasa sedikit lega, meski ketakutan itu masih mengintai. Meski ia tahu ia akan kehilangan semua nya. Ia berusaha untuk iklas tapi betul-betul sulit untuk iklas menerima semua ini.
Disaat saat hati dan jiwa nya terluka karena perlakuan seorang pria yang ia cintai berkhianat. Ditambah lagi raga nya harus terluka parah.
Dengan luka luka yang nyata. Tentu membuat hidupnya hancur sehancur- hancurnya. Seolah dunia tidak pernah berpihak baik terhadap nya.
Apakah aku akan bisa melewati semua nya ini! Apakah aku mampu ! Apakah aku kuat ! Hanya kata kata ini yang selalu terbesit di dalam benak ku.
Mungkin jika aku tidak kuat menghadapi nya. Bisa bisa aku gila.
OPERASI PERTAMA
Dua minggu pun berlalu dengan cepat. Alexa menjalani operasi rekonstruksi wajah untuk yang pertama kali. Dokter Smith bersama tim ahli bedah melakukan prosedur yang sangat rumit selama berjam-jam. Operasi yang butuh waktu 8-12 jam.
Di luar ruang operasi, Ibunya tak pernah henti henti nya untuk berdoa sambil menggenggam tangan sang Ayah tercinta.
Sementara itu Ninda duduk tak jauh, menatap lantai dengan cemas. Dan mencoba untuk menguatkan hati. Ia pun terus berdoa untuk kesembuhan Lexa sahabatnya.
“Om dan Tante harus kuat untuk Alexa. Dia butuh semangat kita, dengan melihat semangat kita dia pasti akan sembuh. ”ujar Ninda mencoba menguatkan hati kedua orang tua sahabatnya itu.
"Terima kasih Nin. Kita akan sama sama memberi semangat kepada Lexa. Semoga semuanya baik baik saja dan berjalan dengan lancar yah. "jawab ibu Lexa dengan mata berkaca kaca.
Setelah 12 jam melakukan operasi, Akhirnya tampak Dokter Smith keluar dari ruang operasi dengan wajah yang tampak lelah tapi sedikit lega.
"Operasi hari ini berhasil. Dan berjalan dengan baik. Tapi kita masih membutuhkan proses pemulihan yang cukup lama. Harap semuanya bisa bersabar. "ujar Dokter Smith.
Meski merasa lega, keluarga Alexa sadar bahwa perjalanan ini masih panjang. Ini baru permulaan hidup buat Alexa. Didepan masih ada lagi banyak yang harus dia lalu. Semoga dia kuat melalui nya.
Masa pemulihan pascaoperasi menjadi ujian yang berat bagi Alexa. Terapi fisik untuk memulihkan fungsi tubuhnya terasa menyakitkan. Bahkan untuk menggenggam bola yang kecil saja, tangannya harus berjuang melawan rasa sakit.
"Alexa, mari kita mulai dengan mencoba menggenggam benda kecil ini,” kata terapis fisiknya sambil menyodorkan bola lembut kepada nya.
" Coba lah, kamu pegang dengan perlahan lahan. "ujar terapis fisik itu yang memberi semangat.
Alexa menatap bola itu dengan ragu. Tangannya gemetar, tapi ia tetap berusaha untuk mencoba. Meskipun hanya berhasil meremas sedikit, senyuman kecil muncul di wajahnya.
“Kamu luar biasa, Lexa,” kata terapis itu tersenyum.
"Dengan kegigihan kamu. Bukan mustahil kamu akan cepat sembuh. Kamu harus semangat yah Lexa. Kamu pasti bisa melalui semua ini. " kata terapis fisik itu dengan tersenyum lagi.
Alexa hanya mampu tersenyum.. Dia tidak tau harus berapa lama bisa sembuh. Mungkin berbulan bulan atau juga bertahun tahun.
Atau sembuh itu cuma kata kata sebagai harapan. Yang nyata nya memang tidak akan bisa sembuh seperti sedia kala.
Namun, trauma kecelakaan masih saja menghantui Alexa. Setiap kali Lexa mendengar suara klakson mobil, suara orang orang berteriak dan suara sirene ambulans.
Tubuhnya gemetar, keringat dingin keluar dari tubuhnya. Rasa takut itu muncul tiba tiba. Trauma yang sangat mendalam. Yang tidak bisa ia hilang kan.
Psikolog yang melihat itu, membantu Alexa mencoba mengatasi rasa takut sedikit demi sedikit yang dia alami.
"Alexa, coba ingatkan dirimu bahwa itu hanya lah suara kicauan saja. Suara itu tidak bisa menyakitimu, jadi kamu harus tenang dan jangan takut. ”ujar sang psikolog dengan tenang.
Meski sulit menghilang rasa trauma itu. Alexa tetap berusaha. Dan terus mencobanya walaupun tidak berhasil, rasa nya betul-betul begitu sulit membuang rasa trauma ini.
Di tengah tengah kerapuhan itu, secercah harapan mulai muncul. Dukungan dari keluarga, sahabat seperti Ninda,
Serta Dokter dan perawat yang selalu setia merawatnya menjadi sumber kekuatan yang perlahan-lahan mengusir keputusasaan yang ada pada dirinya.
Perawatan pascaoperasi ini sendiri berlangsung sepekan, dimana dokter melakukan implan tulang pipi dan hidung Alexa.
Dengan metode ini kemungkinan wajahnya yang remuk bisa kembali normal. Walaupun butuh waktu yang lama.
Rasa sakitnya begitu luar biasa saat Alexa terbangun dari operasi, tetapi tidak sebanding dengan stress saat menunggu hasil pemulihan.
Setelah beberapa minggu perban perban di wajahnya dibuka, terlihat Alexa masih tampak linglung, dan wajahnya masih terlihat membengkak, masih jauh dari kata untuk sembuh kembali ke wajahnya yang normal.
Ia diingatkan oleh Dokter bahwa ini hanya awal, dan operasi selanjutnya akan membuatnya lebih baik. Ada harapan untuk bisa normal kembali. Tapi harus melakukan pembedahan dan pencakokan lagi.
Tetapi bagi Alexa harapan kembali normal hanya kata kata yang membuat dirinya untuk semangat, kerena dia tau wajahnya mungkin benar-benar tidak akan kembali seperti semula.
BERSAMBUNG...