Rinjani Prameswari yang biasa dipanggil Jani. Gadis cantik yang selalu gagal menikah. Berbagai kejadian tak terduga menimpa calon suaminya hingga ia di anggap pembawa sial.
Anggara Pramana yang biasa di panggil Angga, laki-laki yang selalu dikhianati oleh kekasihnya hingga ia akhirnya tidak peduli saat sang ibu akan menjodohkan dengan seseorang yang ternyata teman SMA nya.
Angga mempersiapkan segala sesuatu yang menyangkut pernikahannya setelah tahu siapa calon istrinya dengan sangat antusias. Sementara Jani, ia bahkan tak peduli hingga tak pernah mau tahu siapa laki-laki yang akan menikahinya.
Bagaimana jika keduanya akhirnya di satukan dalam satu ikatan pernikahan?
Lalu, bagaimana Keduanya melewati ujian pernikahan yang tak pernah mereka bayangkan sebelumnya?
Ikuti Ceritanya.
Happy reading 😍
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sasa Al Khansa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
RAM 16 Dilan Salah, Kamu Benar
Rinjani, After Married (16)
Hari berlalu, kini Angga kembali ke apartemen. Tinggal di rumah yang cukup luas seorang diri membuatnya kesepian. Lebih baik tinggal di apartemen.
" Ck, menyusahkan," gerutunya kesal sambil melempar kemejanya ke atas ranjang. Di ambilnya kaos polos berwarna hitam.
" Aku harus segera ke rumah sakit, Jani..." ucapannya menggantung. Ia kembali lupa, Rinjani sudah pulang dari rumah sakit bahkan sudah tinggal di tempat mertuanya.
" Baru beberapa hari dan aku sudah sangat kehilangan," lirihnya.
" Bahkan aku malas memakai kemejaku kalau bukan Jani yang membantu memakaikan nya?,"Angga hanya tersenyum miris.
Padahal, ia terbiasa mandiri. Semua bisa ia lakukan sendiri. Tapi, semenjak ada Rinjani ia mulai ketergantungan. Ada yang berbeda jika ia lakukan sendiri.
.
.
" Itu pemilik kafenya? Ganteng ya?," bisik-bisik pelanggan mahasiswi terdengar. Namun, Angga tak peduli. Ia berlalu begitu saja dan langsung masuk ke dalam ruangannya.
Klek
Pintu ia kunci. Ia tidak mau ada yang masuk tanpa izin lagi. Sebelumnya seorang pelayan masuk tanpa izin dengan dalih mengantarkan makanan. padahal ia tidak meminta sama sekali. Akhirnya, pelayan itu mendapatkan peringatan.
" Ada apa?," tanya Alden. " Mau curhat lagi?," tanyanya saat sambungan telepon tersambung.
Alden sudah kembali ke kafe pusat. Begitu mereka menyebut kafe pertama yang mereka dirikan.
" Apa yang harus aku lakukan? Jani masih sama. belum ada perkembangan," Mereka jarang berkomunikasi.
Lebih tepatnya Jani yang tidak mau bicara. Akhirnya Angga meminta untuk dikirimkan video keseharian Rinjani.
Alden mendesah. " Berikan dia waktu. Mendengar ceritamu, aku pikir sebenarnya dia menginginkan ada anak di antara kalian. Tapi, demi ketaatan padamu, dia mengesampingkan keinginannya."
Angga menceritakan semuanya pada sahabatnya itu. Alden tempat paling nyaman untuk ia bercerita dan mendapatkan solusi. Sementara Luki, dia masih sibuk dengan drama perceraiannya. Tika tidak mau di ceraikan.
" Dia masih mengabaikan ku. Bunda dan ibu mertuaku bilang, Jani masih sering terlihat melamun,"
" Akhir pekan ini, pulanglah. Kunjungi istrimu. Soal kafe masih bisa dipantau dari jauh asal jangan di tinggal alam. Karena disana belum ada orang yang bisa dipercaya untuk di beri tanggung jawab,"
" Iya. Aku rencananya begitu,"
" Bicarakan apa yang menjadi ganjalan di hatimu sehingga kamu tidak ingin memiliki anak dalam waktu dekat,"
Angga tidak menjawab. Ia hanya menghembuskan nafasnya.
" Kamu tahu, tidak ada orang yang benar-benar siap untuk menjadi orang tua,"
" kamu tahu, alasan terbesarku bukan itu,"
" Justru itu, bicarakan baik-baik dengan Jani. Kalian akan hidup selamanya. Kecuali kamu berniat ganti istri,"
" Sembarangan,"
Alden hanya terkekeh. Ia hanya menggoda sahabatnya.
" Bangun komunikasi yang baik dengan istrimu. Pernikahan tanpa komunikasi yang baik tidak akan bertahan lama,"
...******...
" Apa pilihanku salah kak? Mungkin aku terlalu cepat mengambil keputusan."
Rinjani bercerita pada kakak iparnya. Setelah sekian lama akhirnya ia buka suara. Memendam sendiri rasanya malah membuat kepalanya mau p3cah.
" Keputusan apa?,"
" Menikah." jawabnya lirih. " Jika sebelumnya aku sangat detail mencari tahu visi misi calon suamiku, dengan Mas Angga aku bahkan tidak banyak membahas perihal akan seperti apa kedepannya. Tentang anak misalnya.
Aku pikir karena kita pernah saling mengenal sebelumnya, semua akan jauh lebih mudah. Nyatanya aku salah. Banyak hal yang aku tidak tahu,"
Semakin lama Rinjani berpikir, semakin ia merasa ada yang ia lewati. Ini kesalahannya. Kalau saja ia tidak pasrah dengan jodohnya, mungkin ia akan bisa melewatinya dengan baik. Bukan mendapatkan kejutan demi kejutan karena semua tidak sesuai mimpinya tentang pernikahan.
Nova tersenyum. Di elusnya perut yang semakin membuncit itu.
" Ini takdir, Jani." Ucap Nova. " Pernikahan kalian sudah terjadi, itu artinya jodohmu memang Angga. Dia yang tercatat di lauhul Mahfudz.
Kalaupun ada yang tidak sesuai dengan apa yang kamu impikan, coba bicarakan. Kakak rasa kamu dan dia kurang berkomunikasi."
Rinjani akui. Sejak ia tahu Angga ingin menunda punya anak, semuanya berubah. Ia tak lagi terlalu antusias akan seperti apa pernikahan mereka. Rinjani hanya mengikuti kemana takdir membawanya.
" Mungkin dia punya trauma karena pernikahan. Bukankah kedua orang tuanya bercerai? Bahkan kakak tidak melihat ayahnya di acara pernikahan kalian?,"
" Setahuku begitu. Aku tidak tahu sejak kapan bercerainya. Setahuku saat sekolah dulu, kedua orang tuanya sudah berpisah. Aku sendiri tidak tahu alasannya. Mas Angga tidak pernah bercerita,"
Nova manggut-manggut.
" Mungkin hubungannya dengan ayah kandungnya kurang baik. Karena itu bahkan di saat pernikahan kalian, ayahnya tidak datang. Eh, tapi apa ayahnya memberi selamat padamu? Melalui telpon misalnya?,"
Rinjani menggelengkan kepalanya. "Tidak, kak. Tidak ada telpon atau sekedar pesan dari ayah mertuaku,"
" Oh iya, akhir Minggu ini suamimu akan pulang." Nova memberi tahu.
" oh, benarkah? Mas Angga tidak memberitahuku,"
" Kamu tidak mengangkat telponnya, karena itu dia menelpon Ummi."
Angga tentu saja menelpon ibu mertuanya, bukan kakak iparnya. Bagaimana pun mereka memilih untuk menjaga jarak. Hubungan mereka hanya sebatas ipar. Bisa membuat salah paham.
" Oh, mungkin tadi saat aku ke kamar mandi," jawab Rinjani.
" Jangan abaikan telpon dari suami mu. Dia pasti khawatir. Kalian berjauhan, kamu sulit dihubungi, jadilah dia menelpon Ummi dan Mas Cakra. Bahkan meminta video keseharian mu. Katanya untuk mengusir rindunya padamu,"
Rinjani terkejut. Ia tidak tahu itu.
" Kata Dilan, rindu itu berat. Jadi, jangn buat suamimu menahan rindu," Nova terkekeh.
" Dilan salah, Kak. Yang berat itu bukan rindu. Tapi, shalat lima waktu tepat waktu."
" Ya.. Ya .. Dilan salah. Kamu yang benar," Nova terkekeh.
.
.
TBC
dia mlah mau nrima ank dr wnita msa lalu suaminya,mau d adopsi pula....kl wnta lain,pst ga bkln mau...
drpd mkan hti tiap hri....
Luar biasa 😱😱😱
Lama ga up ternyata ceritanya 😨😨😨
pst bngung kl jd jani...mau nrima ank suaminya,tp blm ikhlas....mau nolak,kshn jg anknya...
Duuhhh....jani....
apa kbr tu hti????stlh khilangn,trs skian thn nunggu blm jg hmil....tba2 ada yg ngaku ank suaminya.....
😭😭😭....
stlh prgi ninggalin ank istrinya,status pun sngja d gntung.....dia bhgia dgn kluarga barunya,tp ank istriyg lain di biarkn mndrta....cckkk.....egois...
luki ssuai nmanya....bru jd duda,skrng dpt perawan....kpn mreka dktnya y????ko akoh ga tau.....
😁😁😁....
Ya...karma udh nyktin ank istri,smp anknya trauma buat mnikah....skrng tba2 nongol ngsih slmt...situ sehat???
msa tiap nkah,trs ga cntk lg bkln trs cerai....mau kwin cerai brp kli kl ky gt???pdhl kl udh ga cnta mh blng aja,ga ush alasn sgla.....kn jd kslll....
Smngt y jani sm angga,yg pnting mst sling jjur mlai skrng.....
krna obsesi,akhrnya rugi sndri kn tika....khlngn suami dn ank,sng mntan yg d kjar jg ga pduli.....
Jani udh maafin angga y???
mngkn angga bkln jlasin alasn dia ga mau pnya ank,biar jani ga slh phm lg..btw,jani mst jgain suamimu y...bnyk plakor yg mngintai....
udh mh d slahkn sm suaminya gra2 hmil,trs mlah khilangn bnrn....pst krna dia yg ga d inginkn,mkanya d ambil kmbli....
Sbr y jani...