NovelToon NovelToon
Fure Love

Fure Love

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Cintamanis / Cinta Murni / Romansa / Trauma masa lalu
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: Ssintia

Narecha memilih untuk melarikan diri dari kehidupannya penuh akan kebohongan dan penderitaan

Lima tahun berselang, Narecha terpaksa kembali pada kehidupan sebelumnya, meninggalkan berjuta kenangan indah yang dia ukir ditempat barunya.

Apakah Narecha sanggup bertahan dengan kehidupannya yang penuh dengan intrik?

Di tengah masalah besar yang terjadi padanya, datang laki-laki dari masa lalunya yang memaksa masuk lagi dalam kehidupannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ssintia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Menerima

...••••...

Hampir dua puluh lima menit Echa dikamar mandi, kini wanita itu keluar dengan perasaan yang lebih baik. Perasaannya sudah dia kontrol sebaik mungkin agar ketika menghadapi Pram Echa tidak bersikap seperti orang bodoh.

Di ruang tengah, Echa melihat Pram yang menyandarkan kepala pada sandaran sofa dengan kedua matanya yang terpejam. Baru Echa lihat dengan jelas sepertinya pria itu dalam kondisi lelah.

Berjalan perlahan Echa menghampiri Pram yang sepertinya tertidur dilihat dari nafasnya yang teratur dan tidak terbangun karena kehadirannya.

Echa mengambil sebuah selimut dari lemari di bawah meja, lalu menyelimuti tubuh Pram dengan itu. Echa tidak berniat untuk membangunkannya. Biarlah pria itu tidur sepuasnya.

Hujan diluar pun semakin lebat diiringi kilatan petir membuat Echa bergegas menutup jendela karena takut sekaligus ngeri melihat cahaya yang berkilatan diluar sana.

"Lapar," gumam Echa seraya mengelus perutnya.

Untung saja semalam Echa sudah membuat beberapa menu masakan yang telah dia siapkan hingga tinggal memasaknya tanpa memerlukan waktu yang banyak.

Lebih efisien dan begitu suka Echa lakukan.

Karena saat ini ada Pram, tidak mungkin kan Echa hanya memasak sedikit. Jadi dia berjaga-jaga dengan membuat dua porsi. Jikalau pun Pram ingin memakan masakannya.

Intinya Echa hanya antisipasi saja.

Saat Echa tengah menggoreng ayamnya yang telah di marinasi tiba-tiba saja ada sepasang tangan yang membelit tubuhnya dari belakang membuatnya hampir menjatuhkan capitan jika saja tangan itu tidak menahannya.

"Hati-hati sayang," suara Pram yang terdengar lebih serak memenuhi indra pendengarannya membuat Echa merinding hingga bulu kuduknya berdiri.

Terdengar terlalu berlebihan tapi itulah kenyataan yang terjadi pada reaksi tubuhnya.

"Mas lepas, aku lagi goreng ayam nanti tangan mas kena minyak," Echa mencoba melepaskan tangan Pram tapi pria itu tidak berniat sedikitpun untuk melepaskannya.

Menghela nafas perlahan, Echa memilih untuk membiarkan apa saja mau Pram lakukan selagi dalam batas wajar. Ya, meskipun posisi keduanya kini jauh dari kata wajar.

Toh sepertinya akan percuma melarang Pram yang keras kepalanya minta ampun.

Saat akan membalikkan ayam gorengnya, tiba-tiba saja tubuhnya dijauhkan dengan cepat ketika minyak menyiprat cukup banyak membuat Echa sedikit syok akibat gerakan yang Pram lakukan saking cepatnya.

Untung saja Pram yang sigap membuatnya tidak terkena minyak panas itu membuat tubuh Echa selamat.

"Hati-hati baby, sini biar saya yang balik."

Kini malah Pram yang beralih menyelesaikan masalah ayam goreng itu. Sedangkan Echa beralih pada satu menu lagi yang belum dia selesaikan.

Jadinya sore menjelang malam itu keduanya masak di suasana yang begitu tenang. Hanya dentingan benda-benda dapur yang terdengar.

Tapi entah mengapa Echa begitu menyukai suasana itu. Terasa nyaman membuat hatinya tidak lagi merasakan perasaan yang tidak jelas.

Sudah Echa putuskan, dia akan menerima segala tindakan Pram padanya. Tapi tetap dengan dirinya sendiri yang mencari tahu permasalahan dalam hatinya akan kedekatannya dengan Pram.

Karena sepertinya hal itu harus Echa cari tahu dengan orang yang bersangkutan.

Toh tidak munafik juga jika reaksi tubuh Echa menyukai setiap sentuhan yang Pram lakukan terhadapnya. Echa juga sudah besar, dia tidak lagi perlu takut jika setiap hal yang akan dilakukannya akan mendapatkan amarah dari kedua orangtuanya.

Semuanya asalkan Echa tidak kembali ke rumah terkutuk itu.

Karena sudah bisa dipastikan jika Echa kembali, dia tidak akan bisa lagi menghirup udara dengan bebas. Dalam artian hidupnya akan kembali terkekang oleh tali yang tak kasat mata.

"Kenapa melamun baby, cepat makan sebelum makanannya dingin," tegur Pram ketika melihat Echa hanya duduk seraya memandangi piringnya yang belum berkurang sedikitpun.

Echa langsung tersadar dari lamunannya, "Ah, iya mas."

Keduanya pun fokus pada makanan masing-masing tanpa ada yang mengeluarkan satu patah kata pun. Karena dua-duanya memang memiliki kebiasaan yang sama dimana ketika sedang makan dilarang ada yang mengeluarkan suara apalagi jika hal itu tidak penting.

Sebenarnya Echa pun dulu mendapatkan kebiasaan ini ketika dirinya mengamati Pram diam-diam dan tidak taunya dia tiru hingga menjadi kebiasaan sampai sekarang.

Pram tersenyum kecil ketika melihat cara makan Echa yang terlihat pelan tapi kenyataannya cepat. Bahkan wanita itu menyelesaikan makanannya terlebih dahulu dibanding dirinya.

Begitu keduanya selesai makan, Echa membereskan kembali barang-barang yang berada di atas meja makan untuk dia cuci.

Sedangkan barang-barang bekas masaknya sudah terlebih dahulu Echa bereskan sebelumnya. Memang sudah kebiasannya seperti itu.

"Biar saya saja," saat Echa akan mengambil spoon cuci piring, terlebih dahulu tangan Pram menahannya.

"Ngga usah mas, biar aku saja." Tentu saja Echa menolaknya, masa dia membiarkan Pram akan mencuci piring kotor. Ya, meskipun itu bekas keduanya.

"Narecha, nurut ya," suara lembut Pram yang begitu dia rindukan setelah sekian lama kembali terdengar membuat Echa sempat terpaku sebelum menguasai dirinya dan melarikan diri dari dapur menuju kamar.

Setelah menutup pintu kamarnya, Echa bergegas ke kamar mandi dan memandang wajahnya yang memerah. Pram sungguh benar-benar berbahaya.

Apakah keputusannya salah dengan menerima kehadiran Pram di sisinya. Ah, sudahlah Echa tidak ingin terlalu pusing memikirkannya.

Biarlah semuanya mengalir sebagai mana mestinya.

Entah Pram sempat melihat wajah memalukannya atau tidak. Echa berharap dengan besar jika pria itu tidak melihatnya. Akan sangat memalukan jika iya.

Karena sudah di kamar, Echa juga sekalian membersihkan dirinya.

Berpikir mungkin saja Pram sudah pergi dari apartemennya yang ukurannya tidak seberapa ini.

Pram pasti tidak nyaman dengan suasananya karena pria itu terbiasa dengan kemewahan dalam hidupnya.

Meskipun Echa juga dulu hidup dalam kemewahan yang begitu besar, tapi hal itu tidak membuatnya besar kepala. Malah Echa tidak suka dengan segala kemewahan itu. Terlalu banyak hal yang terjadi akibat hal itu.

Satu jam Echa habiskan di kamar untuk menyelesaikan segala urusannya, dia keluar dari kamar dan tidak mendapati siapapun di apartemennya.

Rupanya benar Pram sudah pulang. Tapi mengapa Echa malah merasa ada hal aneh dalam hatinya ketika melihat kenyataan itu. Bukankah seharusnya Pram berpamitan terlebih dahulu dengannya.

Tersadar akan pikirannya yang ngawur, Echa memukul kepalanya pelan untuk menyingkirkan bayangan bayangan aneh dalam otaknya.

"Huft,"

Echa kembali masuk kamar karena bingung harus melakukan apa lagi. Echa yang saat ini sudah berstatus sebagai pengangguran sungguh bosan.

Tapi apakah Echa menyesali keputusannya untuk keluar dari sekolah? Tentu saja tidak. Echa tidak menyesali keputusannya itu sedikitpun.

......••••......

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!