Cinta itu bukan seperti matematika yang hasilnya pasti sama persis dengan apa yang kita perhitungkan. Terkadang Allah menjodohkan seseorang dengan orang yang berbanding terbalik dengan seseorang itu. Tujuannya biar saling melengkapi.
Seperti yang dialami Andhini Maharani atau biasa disapa Rani. Tipe Idamannya: nggak boros, makai kacamata tipis, smart, bersih dari jerawat, berpakaian rapi, setia, sabar, bijaksana dan paling penting sayang sama adiknya. Ia justru jatuh cinta sama Raditya Saunders. Cowok yang super duper boros, hobinya traveling dan menghamburkan-hamburkan uang papanya. Untuk menyatukan dua hati yang saling mencintai ke ikatan suci pernikahan tentu bukan hal yang mudah. Rani dan Radith dihadapkan pada ujian yang dahsyat. Ujiannya adalah Andhina Rosalia, yang berstatus sebagai adik kandung Rani justru mencintai Radith juga.
Rani berada di sebuah persimpangan, ia bingung memilih jalan yang mana. Jalan antara merelakan Radith untuk Andhina atau mempertahankan Radith?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ariny NH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terbongkar
Hari ini Radith gajian. Dia membawa Rani ke tukang bakso terenak dekat kosnya.
“Ran, sori gue cuma bisa bawa lo ke sini. Gajian gue cuma cukup teraktir bakso,” ujar Radith ekspresi sedih. Dia semakin nggak pede menyatakan cinta di tukang bakso seperti ini.
“Nggak papa, kali. Gue malah seneng banget makan bakso.”
Wajah Radith yang tadinya murung kembali cerah tatkala melihat Rani menyunggingkan senyum dan terlihat lesung pipinya.
“Sebenarnya gue ajak ke sini karena mau sekalian menyatakan sesuatu sih.”
“Apa?”
“E … anu …” Radith jadi gagap. Bingung mulai dari mana menyatakan perasaannya ke Rani. Dia jadi salah tingkah serta menggaruk kepala yang ketombean. Kemiskinan ini membuatnya jarang mandi memakai shampoo.
“Ran, detik ini juga mau kah kamu jadi …” Ucapan Radith menggantung karena tiba-tiba tukang bakso mengantar pesanannya.
Rani mulai menuangkan tomat, kecap dan sambal ke mangkuk baksonya. Sebelum makan, Rani meminum es jeruk dulu.
“Ran, kamu mau nggak jadi pacarku?” tanya Radith dengan mimic wajah serius. Rani tampak garuk-garuk kepala.
“Uhuk.” Detik ini juga Rani tersedak. Kaget mendengar ucapan Radity barusan.
“Hmmm … gimana ya?”
Radith mengeluarkan dua tangkai bunga dari saku jaket. “Jika kamu menerima cintaku ambilah setangkai bunga mawar putih ini namun jika kamu menolakku ambillah setangkai bunga mawar merah,” ucap Radith.
Rani memandangi orang-orang sekitar, Nampak dirinya sedang bingung dan meminta saran dari mereka.
Terima… Terima …Terima
Sorak-sorai orang-orang sekitar meminta Rani menerima cinta Radith. Tangan Rani mulai bergerak hendak mengambil setangkai bunga yang dipegang Radith. Jantung Radith makin berdegup kencang. Ia pun menutup kedua matanya, ia takut Rani akan mengambil setangkai bunga mawar merah yang artinya Rani menolak cintanya.
Jlep!
Ia merasakan setangkai bunga mawar sudah hilang dari tangannya. Namun tak lama kemudian ia juga merasakan setangkai mawar hilang dari tangan satunya lagi. Ia perlahan membuka mata. Seketika dirinya mendapati wajah Rani tersenyum manis sambil memegang setangkai mawar putih dan mawar merah.
Radith menaikkan satu alisnya. “Itu artinya? Kamu menggantung cintaku, Ran?”
“Iya, Radith aku menerima cintamu. Tapi aku nggak mau pacaran sebelum adikku sembuh,” ucap Rani.
Radith terpaku tak percaya dengan jawaban Rani. “Rani menerima cinta gue? Mimpi kah ini?” Batin Radith.
Plak!
Radith menampar pipinya sendiri. Yang ia rasakan perih di pipinya. Berarti ini nggak mimpi. Radith melonjak kegirangan dan langsung menggendong Rani.
Meskipun tadi sempat ada halangan kecil saat melaksanakan aksi penembakan namun pada akhirnya penembakan berjalan lancer. Bahkan Rani menerima cinta Radith. Walaupun pacarannya ditunda dulu sampai adiknya Rani sembuh. Itu tak masalah bagi Radith, yang penting baginya cintanya ke Rani tak bertepuk sebelah tangan.
“Rani, I Love U.” Radith berbisik di telinga Rani.
“I love you to, tapi kamu harus janji kamu bakal bikin adikku sembuh?”
“Oke, aku janji. Tapi gimana caranya? Kamu kan hanya mempekerjakan aku sebagai badut Andhina hanya seminggu. Hari ini kan terakhir.”
“Masa kerjamu aku perpanjang lagi sampai adikku sembuh total.”
“Asyik, berarti aku bisa dekat denganmu terus.”
“Tentu.”
“Hore … cinta gue diterima. Woy, semua yang ada di tempat ini berhubung gue lagi berbahagia kalian semua boleh makan bakso gratis!” teriak Radith girang.
Saking bahagianya, Radith tak segan-segan mentraktir orang untuk makan bakso gratis. Untungnya di warung bakso ini hanya ada empat orang. Inilah cinta bisa membuat lupa segalanya.
***
Seorang cowok mondar-mandir tak jelas di kamarnya. Hatinya benar-benar gelisah. “Aduh, kenapa jadi kayak gini?” gerutunya sambil menjambak rambut sendiri. Dia merasa bersalah karena selama ini mengkhianati Radith. Ya, tiga bulan lalu, Tandy menerima tawaran ibu tiri Radith untuk jadi informan segala hal tentang Radith karena ya tentu saja dirinya butuh uang.
Ting!
Cowok itu melirik layar smartphonenya. Ia mendengus kesal. “Baru aja diomongin, eh wanita itu malah ngebbm gue.”
Buka pintunya. Saya di depan kosmu.
Mampus. Mau nggak mau Tandy berjalan keluar untuk membukakan pintu. Tante Citra sudah berdiri di depannya ketika pintu terbuka.
“Tante masuk dulu yuk.”
“Nggak usah. Saya buru-buru. Hey, kenapa kabar dia? Udah lama kamu nggak laporan sama saya. Saya BBM nggak pernah dibaca.”
“Tuh, kan. Gue mesti bales apa nih?” Otaknya berpikir keras mencari alasan yang tepat.
Berbohong? Percuma. Wanita itu super tajir, ia bisa dengan mudahnya mendapatkan info kebenaran. Mau tak mau dirinya harus jujur pada wanita itu.
“Maaf, mulai detik ini saya nggak bisa lagi menjalankan tugas dari anda. Saya dan dia berantem hebat dan kami miss komunikasi.”
“Oh, gitu. Jadi kamu nggak butuh uang lagi. Baiklah mulai sekarang jangan harap saya transfer bulanan ke kamu.”
Tante Citra pergi begitu saja dari kos Tandy.
Ketika pria itu membalikkan badan dan pulang ke kosnya, dia mendapati Radith berdiri tegak dengan siap menerkam mangsa.
“Oh, jadi di belakang gue ternyata lo informan Nenek Sihir itu? Nggak nyangka lo tega mengkhianati gue, Tan.”
Radith langsung berlari menjauh dari kosnya.
Tandy mengejar Radith. “Radith tunggu!” Namun, percuma Radith sudah jauh susah terkejar. Hatinya semakin khawatir. Radith ke mana? Jangan-jangan bakal mau bunuh diri lagi.