Aulia Aisha Fahmi Merupakan sepupu Andika, mereka menjalin cinta tanpa sepengetahuan orang tua mereka. Andika adalah cinta pertama Aulia dan ia begitu mencintainya. Namun, kejujuran Andika pada ayahnya untuk menikahi Aulia ditentang hingga Andika perlahan-lahan hilang tanpa kabar.
Kehilangan Andika membuat Aulia frustrasi dan mengunci hatinya untuk tidak menerima pria lain karena sakit di hatinya begitu besar pada Andika, hingga seorang pria datang memberi warna baru di kehidupan Aulia... Akankah Aulia bisa menerima pria baru itu atau masih terkurung dalam masa lalunya.
Penasaran dengan kisah selanjutnya, yuk ikuti terus setiap episode terbaru dari cerita Cinta untuk sekali lagi 😍
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aninda Peto, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CHAPTER 22
..."Sampai kapan pun kamu tetap menjadi seseorang yang aku butuhkan"...
Kini, Aulia dan Ryan sudah berada di salah satu kost putri yang memiliki dua lantai. Lantai satu ditempati oleh pemilik kost sementara lantai dua dijadikan sebagai indekos. Setelah melihat kamar dan fasilitasnya, Aulia pun setuju untuk menyewa di tempat tersebut selain itu kosnya sangat strategis, dekat dengan warung prasmanan maupun tempat lalapan lainnya serta jarak antara kost dengan kampus begitu dekat, tidak perlu menggunakan kendaraan. Jalan kaki pun bisa karena sedekat itu, hanya saja harus menyeberangi jalan raya untuk bisa ke kampus.
Sore itu, Aulia telah membersihkan kamar kosnya, bisa dibilang harga kostnya lumayan murah, lima juta setahun dengan fasilitas lengkap seperti kasur, bantal, seprei, meja kursi, lemari dan dapur umum.
Aulia di terima di salah satu universitas yang ada Malang, yaitu Universitas Muhammadiyah Malang dan mengambil jurusan keguruan yaitu pendidikan guru sekolah dasar. Sementara itu, Ryan diterima di jurusan bahasa Inggris universitas negeri Malang, dan tinggal di rumah mereka yang terletak tidak jauh dari kampusnya, yaitu di jalan sumbersari 2.
Bisa di bilang, Ryan sangat beruntung karena terlahir dari keluarga yang cukup mampu sehingga dapat menikmati hak istimewa dari orang tuanya.
"Sayang, malam ini kita ke alun-alun batu yuk"
Aulia menghentikan kegiatannya yang sedang memasukkan baju-bajunya ke dalam lemari, sambil melirik Ryan dengan tatapan keheranan, menyipitkan mata seakan sedang menaruh curiga.
"Kamu sudah pernah ke sini sebelumnya? Sepertinya kamu tahu banyak tentang Malang" Aulia berkata dengan wajah penasaran. Tubuhnya sepenuhnya menghadap Ryan yang sedang duduk di atas kasur pegas. Pria itu tertawa kecil menggaruk pelipisnya yang sebenarnya tidak gatal.
"Sebenarnya, aku sudah beberapa kali ke Malang, saat aku SMP dan yang terakhir saat aku kelas sepuluh" Jawabnya pelan sambil melihat ke plafon kamar.
"Sepertinya aku beruntung jadi pacar kamu, karena kamu anak orang kaya... Kamu harus sering-sering traktir aku yah" Aulia berkata dengan mengedipkan matanya berkali-kali, memasang wajah tembok di hadapan Ryan. Ia bodoh amat bagaimana pandangan pria itu terhadapnya.
"Aku tidak mau menyia-nyiakan kesempatan yang sudah diberikan Tuhan padaku, heheheh karena pacarku ini sangat kaya, harus traktir aku seafood... Bagaimana?" Ujar Aulia tertawa kecil dan kedua jari telunjuknya saling bertautan.
Ryan mengulurkan tangannya menyentuh kepala Aulia, mengelus rambut Aulia dan mengangguk pelan. Ia tertawa melihat ekspresi Aulia yang memohon padanya, sungguh membuat orang sangat ingin memasukkannya ke dalam karung dan dijadikan sebagai koleksi hiburan.
"Hahahaha, belilah sepuasnya karena aku sangat kaya" Ujarnya sangat narsis. Namun, Aulia begitu menyukai kenarsisan prianya sebab ia yang akan diuntungkan dalam hal ini.
"Ya sudah, kamu siap-siap gih aku tunggu kamu di luar"
"Okay tuan"
"Jangan lama-lama"
"Iya bawel" Setelah mengucapkan kata itu, Aulia pun mengambil handuk dan segera pergi ke kamar mandi yang berada di dekat dapur umum. Sementara Ryan, dia langsung keluar dari kamar menuju lantai dasar.
Ryan duduk di kursi kayu panjang di teras kost, ia tak sengaja melihat jualan jus buah yang rupanya milik ibu kost, ia pun memesan satu jus alpukat dengan susu coklat.
"Berapa Bu jusnya?" Tanya Ryan sambil membuka dompetnya.
"Tujuh ribu mas" Ryan menyodorkan uang selembar lima ribu dan dua ribu kepada pemilik jus. Lalu kembali duduk di tempatnya tadi, ia pun menikmati jus alpukat nya yang terasa sangat nikmat.
"Ramai juga warung di sini" Gumam Ryan sambil menyedot jus alpukat nya. Ia melihat banyak sekali pengunjung di warung Bu Dewi yang berhadapan dengan kost yang ditempati Aulia, ia penasaran seperti apa rasa makanan di warung Bu Dewi sampai-sampai banyak sekali pengunjung yang terus berdatangan.
"Lagi liatin apa sampai seserius itu?"
"Uhuk, uhuk uhuk" Ryan kaget dan melotot ke arah Aulia membuat perempuan itu mengangkat dua jarinya membentuk huruf v.
"Maaf sayang, kaget yah?" Ujarnya meminta maaf merasa bersalah karena tindakannya sampai Ryan terbatuk-batuk akibat tersedak minuman jusnya. Beberapa pengunjung jus melirik ke arah Aulia membuat perempuan itu malu.
"Gak dong sayang, aku kaget karena kamu sangat cantik hari ini" Ryan berkata untuk mencairkan suasana yang sedikit tegang tadi apalagi melihat tatapan dari orang lain pada Aulia membuatnya tidak menyukai itu.
"Kamu! Membuatku merasa bersalah" Gerutu Aulia sebal tapi ia sadar bahwa Ryan berbohong padanya.Tangan Aulia di genggam oleh Ryan menuju parkiran motor.
Dua anak manusia itu pun berhenti di salah satu motor vespa berwarna hitam dan memiliki beberapa garis merah di badan motor vespa itu.
"Sayang, aku sungguh minta maaf soal tadi" Jujur saja Aulia benar-benar merasa tidak nyaman dengan kejadian tadi, walaupun ada sedikit keegoisan untuk tidak mau mengaku salah tetapi di depan kekasihnya itu, ia tidak bisa egois apalagi hampir membuat Ryan celaka, sungguh ia patut meminta maaf.
"Lain kali jangan di ulangi lagi yah kecuali kamu mau cepat-cepat menjanda" Aulia menepuk pelan pundak Ryan membuat pria itu hanya tertawa kecil.
"Sembarang, Ojo ngomong gitu, gak baik"
"Cieeee, udah mulai beradaptasi nih"
Aulia hanya tertawa malu karena tidak sengaja mengatakan kata 'Ojo' yang merupakan bahasa Jawa. Aulia pun duduk di jok belakang, sementara motor vespa milik Ryan perlahan-lahan mulai melaju meninggalkan perumahan Landungsari Asri.
"Aku lupa nyuruh kamu bawa jaket, di batu udaranya sangat dingin" Tiba-tiba Ryan membuka percakapan dengan suara tinggi.
"Gak papa mas, kan ada kamu" Jawab Aulia tak kalah keras dari suara Ryan.
"Hahahah, tak gigit kamu! Mancing-mancing terus"
"Jangan dong mas, sakit"
Di atas motor Vespa itu mereka saling melempar canda dan tawa, beberapa pengendara motor melihat mereka dan hanya menggelengkan kepala melihat kelakuan anak zaman sekarang yang terlihat bahagia seakan tak ada beban yang dipikul.
Wajah Aulia terus tersenyum di sepanjang perjalanan, sementara Ryan, selain melihat jalan juga mencuri-curi pandang dari balik spion motornya. Seutas senyum mengembang dari bibir Ryan melihat kekasihnya yang terus tersenyum bahagia.
"Sayang, aku mencintaimu" Teriak Ryan saat berada di jalanan yang ada satu, dua pengendara.
"Apa mas? Aku gak dengar?" Jawab Aulia, karena angin sore itu begitu kencang apalagi sudah memasuki kawasan kota batu.
"Aku bilang, aku mencintaimu!"
"Aku juga, aku tresno karo Kowe, hahahahah" Tertawa terbahak-bahak mendengar kalimat Aulia yang menyatakan cinta menggunakan bahasa Jawa, walau pelafalannya benar. Namun, aksen yang digunakan sangat lucu.
"Kenapa kamu tertawa?"
"Gak dengar!"
"Kenapa kamu tertawa?"
"Hah? Aku gak dengar, kamu bilang apa?"
"Aku membencimu!"
"Hahaha, aku juga mencintaimu!"
Gelak tawa semakin terdengar di atas kendaraan Vespa, tawa mereka terbang di bawa angin ke seluruh penjuru kota batu. Seakan sedang membagi kebahagiaan ke tiap-tiap orang yang membutuhkan. Rasa lelah akibat perjalanan dari Ambon ke Malang terbayarkan dengan suasana di atas motor. Perlahan-lahan, tangan Aulia merayap dan memeluk tubuh prianya, kepalanya pun bersandar di balik punggung kekar prianya.
"Nyaman sekali"
"Sampai kapan pun kamu tetap menjadi seseorang yang aku butuhkan, terima kasih untuk hari ini, Ryan" Gumam Aulia masih dengan yang merekah indah terukir jelas di wajahnya.
.
.
.
.
Lanjut part 23