NovelToon NovelToon
Di Antara Peran Dan Hati

Di Antara Peran Dan Hati

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Model / Wanita Karir / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:8.5k
Nilai: 5
Nama Author: Lucky One

Luna Amanda, seorang aktris terkenal dengan pesona yang menawan, dan Dafa Donofan, seorang dokter genius yang acuh tak acuh, dipaksa menjalani perjodohan oleh keluarga masing-masing. Keduanya awalnya menolak keras, percaya bahwa cinta sejati tidak bisa dipaksakan. Luna, yang terbiasa menjadi pusat perhatian, selalu gagal dalam menjalin hubungan meski banyak pria yang mendekatinya. Sementara itu, Dafa yang perfeksionis tidak pernah benar-benar tertarik pada cinta, meski dikelilingi banyak wanita.
Namun, ketika Luna dan Dafa dipertemukan dalam situasi yang tidak terduga, mereka mulai melihat sisi lain dari satu sama lain. Akankah Luna yang memulai mengejar cinta sang dokter? Atau justru Dafa yang perlahan membuka hati pada aktris yang penuh kontroversi itu? Di balik ketenaran dan profesionalisme, apakah mereka bisa menemukan takdir cinta yang sejati?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lucky One, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kekhawatiran

Dafa akhirnya menghela napas berat dan mengangguk, menyetujui untuk mengantar Luna pulang. Melihat senyumnya, ia merasa sedikit lega, tetapi kegelisahan di hatinya masih ada. Setibanya di apartemen, suasana ceria langsung sirna ketika mereka melihat kerumunan wartawan yang sudah menunggu dengan kamera siap. Dafa segera memperlambat laju mobilnya. "Luna, turun saja sendiri. Saya tidak ingin terlibat dengan masalah ini," katanya, berusaha menghindar.

Namun, Luna meraih lengannya dengan ekspresi memelas. "Tapi Dafa, mereka semua tahu aku adalah tunanganmu. Jika aku turun sendiri, mereka akan mengira sesuatu yang buruk tentang kita. Tolong, aku butuh bantuanmu."Dafa merasakan tekanan di hatinya. Ia tidak ingin berurusan dengan media, tetapi di sisi lain, ia ingat pesan ibunya untuk menjaga Luna. "Baiklah, saya akan mengantar kamu sampai depan pintu. Tapi setelah itu, kamu harus bisa mengatasinya sendiri," katanya, tetap tegas.

Dengan ragu, Luna mengangguk, dan mereka berdua keluar dari mobil. Dafa mencoba berjalan di samping Luna dengan langkah cepat, berharap tidak ada pertanyaan yang terlalu mendalam dari wartawan. Namun, begitu mereka mendekati pintu, suara-suara riuh mulai terdengar. "Luna, bagaimana kondisi kesehatanmu?" tanya salah satu wartawan.

"Apakah benar Dafa adalah tunanganmu?" tanya yang lain.

Luna menatap Dafa, sedikit panik, sebelum mengalihkan pandangannya kepada wartawan. "Saya baik-baik saja, terima kasih. Dafa telah banyak membantu saya," jawabnya dengan senyum yang dipaksakan. Dafa mengamati dari samping, merasa tidak nyaman dengan situasi tersebut. Ia berusaha menjaga jarak dan bersikap netral. Namun, saat para wartawan mulai mengajukan pertanyaan lebih lanjut, Luna meraih tangannya, berusaha menunjukkan bahwa mereka adalah tim.

"Dafa dan saya saling mendukung satu sama lain. Kami akan melewati semua ini bersama," ucap Luna, memberi kesan seolah mereka benar-benar sepasang kekasih. Dafa menahan napas, tidak ingin terlihat terjebak dalam kebohongan. Namun, melihat cara Luna berusaha, ia merasa sedikit tergerak. Ia tahu ini adalah bagian dari dunia yang tidak ingin ia masuki, tetapi ia juga ingin melindungi Luna dari gosip yang semakin liar.

Setelah berhasil mencapai pintu apartemen, Dafa berhenti dan menatapnya. "Ingat, Luna, ini hanya untuk media. Kita tidak bisa membiarkan mereka mengendalikan cerita kita." Luna mengangguk, mengerti bahwa Dafa mungkin tidak sepenuhnya berkomitmen. "Terima kasih, Dafa. Aku sangat menghargainya," ujarnya tulus, dan ada sedikit harapan di matanya. Dafa tersenyum tipis, merasa berat di hati.

Luna melangkah masuk ke apartemennya dengan perasaan campur aduk. Meskipun situasi di luar sangat mengganggu, perhatian Dafa telah memberikan rasa aman dan bahagia yang selama ini ia cari. "Aku harus berjuang untuk Dafa," pikirnya, merasa semakin yakin bahwa ada lebih dari sekadar perjodohan di antara mereka.

Sementara itu, Dafa kembali ke rumah sakit, tetapi suasana hatinya terasa berat. Meski ia berusaha bersikap profesional, ada perasaan aneh yang mengganggu pikirannya. Setiap kali ia membayangkan Luna dikelilingi wartawan, rasa khawatir muncul. "Apakah dia benar-benar baik-baik saja di sana?" gumamnya pada diri sendiri.

Di rumah sakit, Dafa berusaha fokus pada tugasnya, tetapi pikirannya terus melayang ke Luna. Ia merasa bahwa setiap perhatian yang ia berikan padanya bukan sekadar kewajiban sebagai dokter. Ada keinginan yang tumbuh dalam hatinya—sebuah harapan untuk lebih memahami Luna dan merasakan kedekatan yang lebih dari sekadar hubungan profesional.

Sementara di apartemen, Luna berusaha mengalihkan perhatian dari wartawan yang terus bertanya. Ia merapikan barang-barangnya dan berusaha untuk tetap optimis. "Dafa tidak bisa terus menghindar selamanya," pikirnya dengan senyum di wajah. Dengan tekad yang semakin menguat, ia mulai merencanakan cara untuk menunjukkan kepada Dafa bahwa ia serius ingin bersamanya.

Luna tahu bahwa ia harus berjuang untuk mendapatkan hati Dafa, meskipun halangan yang harus mereka hadapi cukup besar. Ia bertekad untuk membuktikan bahwa ia bukan hanya sekadar selebriti, tetapi juga wanita yang tulus mencintainya. Di sisi lain, Dafa masih merasa bingung dengan perasaannya. Ia ingin melindungi Luna dari segala masalah, tetapi ia juga tidak ingin terjebak dalam situasi yang membawanya kembali ke dunia yang penuh intrik. Namun, saat ia menatap layar ponselnya dan melihat foto Luna, ia menyadari bahwa ia tidak bisa mengabaikan perasaannya begitu saja.

Dengan tekad yang baru, Dafa memutuskan untuk kembali ke apartemen Luna setelah selesai bekerja. "Aku harus memastikan dia baik-baik saja,"Dafa berdiri di depan pintu apartemen Luna, menekan bel sambil sesekali melirik para wartawan yang masih berkumpul di lobi dan sekitar apartemen. Saat ia menunggu, pikirannya dipenuhi kekhawatiran. "Bagaimana Luna bisa hidup tenang dengan semua sorotan ini?" gumamnya, baru menyadari sepenuhnya betapa beratnya kehidupan Luna sebagai seorang selebriti.

Di dalam apartemen, Luna baru saja selesai mandi. Ia masih mengenakan handuk saat suara bel yang tiba-tiba berbunyi membuatnya terkejut. "Siapa yang datang malam-malam begini?" pikirnya dengan penasaran. Luna melirik sekilas ke arah cermin, memastikan dirinya terlihat rapi meski hanya dibalut handuk. Setelah mengambil napas dalam-dalam, ia berjalan menuju pintu. Saat Luna membuka pintu, ia terkejut melihat siapa yang berdiri di sana. "Dafa?" suaranya terdengar ragu, matanya melebar saat melihat dokter yang telah mengganggu pikirannya belakangan ini. Perasaan hangat tiba-tiba menyeruak di dalam hatinya. "Kamu datang ke sini malam-malam?"

Dafa, yang awalnya hendak berbicara serius tentang keselamatan Luna, terdiam sejenak saat melihat Luna hanya mengenakan handuk. Ia buru-buru mengalihkan pandangannya, merasa canggung. "Maaf, aku... Aku tidak bermaksud mengganggu. Aku hanya ingin memastikan kau baik-baik saja," katanya dengan nada kaku, berusaha mempertahankan sikap profesional meskipun pikirannya terpecah antara rasa khawatir dan ketertarikan.

Luna tersenyum manis, menyadari betapa kikuknya Dafa saat melihatnya. "Aku baik-baik saja, Dafa. Tapi terima kasih sudah datang. Itu... sangat manis dari kamu," ujarnya dengan nada lembut yang menggoda. Dafa berdeham, berusaha mengendalikan diri. "Ada banyak wartawan di luar, Luna. Mereka bisa menjadi ancaman. Kau harus lebih berhati-hati," ucapnya serius, mencoba kembali ke topik yang penting. Luna menatap Dafa dengan ekspresi lembut. "Kau benar, mereka terus di sana sejak aku pulang. Tapi aku tidak takut, terutama kalau kau ada di sini," katanya, dengan sedikit senyum yang penuh arti.

Dafa menghela napas, menyadari betapa rumitnya situasi ini. "Luna, aku hanya ingin kau aman. Mungkin kau bisa mempertimbangkan untuk menghindari media untuk sementara waktu. Aku tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi." Luna menatap dalam-dalam ke mata Dafa, senyumnya semakin lebar. "Mungkin... kalau kau sering datang untuk memastikan aku aman, aku bisa lebih tenang," godanya, membuat Dafa semakin terjebak dalam kebingungan antara perasaan profesional dan emosi pribadinya.

Dafa menahan napas, merasa terganggu oleh perasaan yang muncul semakin kuat setiap kali ia berhadapan dengan Luna. "Aku hanya melakukan tugasku, Luna," ucapnya, meskipun dalam hatinya, ia mulai merasakan ada sesuatu yang lebih dalam dari sekadar tugas. Luna mendekatkan dirinya sedikit, masih dengan senyum jahil di wajahnya. "Kalau itu tugasmu, Dafa, kau sangat melakukannya dengan baik. Tapi jujur saja... aku tidak mau kau hanya jadi dokterku. Aku ingin lebih," bisiknya, suaranya terdengar penuh harapan.

1
Sutarni Khozin
lnjut
Morani Banjarnahor
ditunggu lanjutannya thor
𝕻𝖔𝖈𝖎𝕻𝖆𝖓
Hai semua...
gabung yu di Gc Bcm..
kita di sini ada event tertentu dengan reward yg menarik
serta kita akan belajar bersama mentor senior.
Jadi yu gabung untuk bertumbuh bareng.
Terima Kasih
✿🅼🅴🅳🆄🆂🅰✿
perhatikan dialog,agar tidak saling menempel....

cerita nya bagus thor,kalau dialog nya lebih rapi lagi,pasti tambah seru.../Smile/
✿🅼🅴🅳🆄🆂🅰✿: sami²/Applaud/
Lucky One: makasih saranya😊
total 2 replies
Sitichodijahse RCakra
Bila jodoh tdk kemana Dokter dan Artis
Sutarni Khozin
lnjut
bellis_perennis07
aku mampir... 🥰🥰🥰 jangan lupa mampir di cerita ku dan mohon dukungannya yaa.. 💜💜💜💜💜
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!