Pukulan keras yang mendarat dikepala Melin, hingga membuatnya harus segera dilarikan ke rumah sakit terdekat. Namun sayangnya disaat Dia sadar, sakit usus buntu yang dideritanya beberapa Minggu terakhir membuatnya harus tetap dirawat di rumah sakit.
Johan pria yang baru mengenal Melin karena insiden pemukulan akhirnya menolong Melin dengan membayar seluruh biaya operasi, namun dengan sebuah syarat. Melin akhirnya menyetujui kesepakatan antara dirinya dan Johan untuk menikah menggantikan posisi Bella yang lebih memilih mantan pacarnya
Keesokan paginya setelah pesta pernikahan selesai, Johan segera pergi bekerja di luar pulau dan meninggalkan Melin tanpa sebuah alasan.
Tiga tahun berlalu, mereka akhirnya bertemu kembali disebuah pekerjaan yang sama.
Yuk, ikutin keseruan cerita selanjutnya. terima kasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ririen curiens, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sebuah Hotel
Setelah meeting selesai, Pak Johan mengajak Melin untuk kontrol dirumah sakit.
Dokter menjelaskan luka luar bekas tusukan memang sudah kering namun dalamnya masih basah sehingga masih terasa nyeri. Dokter menyarankan agar tidak melakukan pekerjaan yang terlalu berat apalagi yang membutuhkan kekuatan tangan, agar luka dalamnya cepat kering.
"Mel, Kamu dengar kata dokter tadi kan?. Kita istirahat di hotel dulu yah," ucap Pak Johan.
"Apa sebaiknya kita pulang saja Pak. Bagaimana jika saya yang menyetir Pak," jawab Melin.
"Tidak.... tidak.... ini ide yang buruk. Hanya beberapa jam saja, biar aku tidur sejenak. Setidaknya sampai efek obat ini habis. Nanti jam sepuluh malam kita pulang."
Sekarang masih jam 4 sore, jadi aku harus menunggu Bos tidur selama enam jam, benar-benar menyebalkan, gumam Melin.
Melin hanya mampu menghela nafas panjang dan mengikuti kemauan Bosnya.
Sesampainya disebuah hotel, Pak Johan memesan satu kamar untuk dirinya.
"Lalu saya bagaimana Pak, kenapa hanya satu kamar?" tanya Melin.
"Jika kamu mau, kamu boleh satu kamar dengan saya." Jawab Pak Johan.
"Mendingan saya pulang jalan kaki."
"Hei Mel, tunggu. Saya kan hanya istirahat sebentar saja, setelah itu kita pulang. Kamu lihat tadi saya pesan hanya untuk setengah hari saja. Kamu bisa jalan-jalan dulu, duduk di loby atau tunggu di restauran."
"Terserah Pak Johan saja. Saya permisi."
Ah...... baru kali ini punya sekertaris galak. Tapi kenapa juga aku penasaran dengannya, gumam Johan sambil berjalan menuju kamarnya.
Sementara itu Melin pergi ke sebuah musholla yang ada didalam hotel untuk sholat dan merebahkna tubuhnya sejenak secara gratis tanpa harus membayar.
Dua jam berlalu, Melin yang baru saja tertidur harus terbangun ketika Pak Johan menelponnya.
"Mel, ke kamar 288 sekarang," ucap Pak Johan dan langsung menutup panggilan teleponnya.
Enak juga jadi Bos, tinggal nyuruh seenak jidatnya, gumam Melin.
Melin berjalan menuju ke kamar Pak Johan, meskipun sedikit takut namun Melin tetap melakukannya.
Sesaat setelah Melin mengetuk pintu, Dia sungguh kaget ketika seorang perempuan cantik membukakan pintu kamar.
"Oh.... Maaf Mbak, sepertinya saya salah kamar," ucap Melin.
"Hei Mel.... kemarilah," teriak Pak Johan.
Melin tertegun sesaat karena Pak Johan berada dibelakang perempuan cantik itu.
"Mel, Saya mau keluar dengan teman-teman saya. Kenalkan ini Mira. Kamu istirahat disini saja dan ini kunci mobil saya. Jika sebelum subuh saya belum pulang kamu pulang duluan saja."
"Tapi Pak, besok pagi ada meeting dengan Pak Alex."
"Kamu siapa? Kamu juga sudah kenal dengan Pak Alex jadi kamu saja yang mewakili nanti saya menyusul."
Katanya capek, butuh istirahat tapi keluar sama teman-temannya bisa, gumam Melin.
Melin Akhirnya masuk dan merebahkan tubuhnya. Setidaknya Melin juga bisa beristirahat sejenak. Melin mulai mengingat-ingat perempuan yang tadi menjemput Pak Johan. Dia adalah wanita yang dilihatnya waktu meeting tadi siang.
Hari semakin larut namun Pak Johan belum juga kembali. Alarm Melin berbunyi tepat jam satu pagi. Melin bersiap untuk kembali ke pulang.
Melin merasa takut jika harus pulang sendirian, Dia akhirnya turun kebawah dan menanyakan tentang waktu check-out hotel. Melin akhirnya memutuskan untuk keluar hotel sebelum jam empat pagi.
Suhu udara luar terasa begitu dingin hingga membuat Melin kembali ke kamarnya. Namun saat memasuki lift Melin melihat Pak Johan mulai memasuki hotel. Melin akhirnya keluar lift dan menunggu Bosnya.
"Kenapa kamu masih menungguku Mel," ucap Pak Johan.
"Saya hanya melihat kedatangan Pak Johan. Sebenarnya saya menanyakan waktu check-out Pak. Saya ambil tas saya dulu Pak," jawab Melin.
Melin dan Pak Johan kini berjalan berdampingan. Keduanya tidak mengatakan apapun. Sesampainya dikamar Melin mengambil tasnya dan berjalan keluar namun Pak Johan menghentikan langkah Melin.
"Mel, tidurlah. biar saya tidur disofa. kita istirahat satu jam saja. tanggung jika harus check-in lagi." ucap Pak Johan.
"Tapi Pak, kita bukan muhrim." jawab Melin.
"Aku tidak akan berbuat jahat Mel."
Melin akhirnya hanya duduk sambil memainkan handphonenya. Sementara Pak Johan terlihat sudah tertidur pulas diatas sofa.
Jam tiga tepat Melin akhirnya membangunkan Pak Johan, namun Dia masih tetap tertidur. Melin akhirnya menyentuh kaki Pak Johan dan mencoba membangunkannya sekali lagi. Pak Johan akhirnya terbangun dan memutuskan pulang.
Sesampainya di parkiran, Pak Johan berkata, "Mel, bisakah kamu yang menyetir?"
"Bukankah bapak takut jika saya yang menyetir mobil," jawab Melin.
Pak Johan hanya menganggukan kepalanya. Wajahnya terlihat pucat, namun Melin mengira itu karena dia kurang tidur.
Sesampainya dijalan tol, Pak Johan menepikan mobilnya. Dan menyandarkan kepalanya.
"Pak Johan kenapa," tanya Melin.
"Tidak apa-apa Mel." jawab Pak Johan.
Melin merasa mulai bingung. Dia akhirnya menyentuh Dahi bosnya yang terasa panas.
"Pak Johan, demam?"
Pak Johan membuka matanya dan hanya menatap wajah cantik Melin tanpa mengatakan apapun.
terimakasih dukungannya kak