Wang Lu adalah juara satu perekrutan Paviliun Longtian, mengalami kerusakan pondasi internal dan berakhir sebagai murid tak berguna.
Tak ada yang mau jadi gurunya kecuali… Wang Wu.
Cantik!
Tapi tak bisa diandalkan.
“Bagaimanapun muridku lumayan tampan, sungguh disayangkan kalau sampai jatuh ke tangan gadis lain!” ~𝙒𝙖𝙣𝙜 𝙒𝙪
“Pak Tua! Tolonglah! Aku tak mau jadi muridnya!” ~𝙒𝙖𝙣𝙜 𝙇𝙪
“Tak mau jadi muridnya, lalu siapa yang mau jadi gurumu?”~
Murid tak berguna, dan guru tak kompeten… mungkinkah hanya akan berakhir sebagai lelucon?
Ikuti kisahnya hanya di: 𝗡𝗼𝘃𝗲𝗹𝘁𝗼𝗼𝗻/𝗠𝗮𝗻𝗴𝗮𝘁𝗼𝗼𝗻
______________________________________________
CAUTION: KARYA INI MURNI HASIL PEMIKIRAN PRIBADI AUTHOR. BUKAN HASIL TERJEMAHAN, APALAGI HASIL PLAGIAT. HARAP BIJAK DALAM BERKOMENTAR!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jibril Ibrahim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
第33章
Arena kembali meledak oleh tepuk tangan spektakuler. Lebih meriah dibanding menyemangati peserta pertandingan.
Kemunculan seorang murid senior berparas memukau di tengah-tengah peserta itu telah menyita antusiasme semua orang.
“Tak tahu, apakah Wang Lu sudah mengenalnya, dia adalah kakak seniormu sesama murid pewaris!” Penatua Ketiga memperkenalkan murid yang sudah berdiri di sebelahnya. “Jian Yuan!”
Jian Yuan? Wang Lu menggumam dalam hatinya. Kenapa bisa dia?
Ia pernah mendengar tujuh murid pewaris Penatua Kedelapan, tiga pewaris Penatua Keempat dan satu pewaris Penatua Keenam. Tapi belum pernah mendengar murid pewaris ketiga belas.
Murid pewaris siapa?
“Kakak Senior Jian!” Jang Junda membungkuk memberi salam soja dengan gaya menjilat yang kental.
Wang Lu hanya meliriknya sekilas, tetap bersedekap dan tidak memberi hormat.
“Silahkan, Jian Yuan! Pertanyaanmu akan jadi penentu nilai kedua peserta,” tutur Penatua Ketiga sambil melayangkan sebelah tangannya ke tengah arena dengan sikap mempersilahkan.
Jian Yuan melangkah ke tengah dengan kedua tangan terlipat ke belakang, dan setengah dari penonton wanita berteriak histeris seperti fans gila yang menemukan idola mereka.
Jian Yuan hanya mengangguk samar sembari tersenyum tipis. Ia mengangkat satu tangannya di sisi tubuhnya dengan telapak tangan menghadap ke atas.
Sebilah pedang berwarna hijau giok menyembul keluar dari telapak tangannya dan mengambang diam di udara.
“Pedangku ini bernama… Kaisar Pedang Pengejar Roh,” tutur Jian Yuan memulai pertanyaannya. “Pedang ini terbuat dari pegas vertikal ringan dari atas ke bawah. Setelah bertemu pegas, pegas mengompresi secara elastis. Apa yang terjadi selama proses kompresi ini?”
Jang Junda mengerjap dengan wajah memucat. Jian Yuan meliriknya. Bola mata Jang Junda bergerak-gerak gelisah sementara mulutnya berkerut-kerut menutup dan membuka tanpa suara.
Jian Yuan kemudian beralih pada Wang Lu.
Wang Lu mendesah dan berdeham, lalu dengan perlahan mendekat pada Jian Yuan tanpa menurunkan kedua tangannya yang bersedekap. “Elastisitas dari Kaisar Pedang Pengejar Roh tentu lebih dari dua kali gravitasinya,” katanya pelan dan lugas. “Setelah bertemu pegas, akan dipercepat beberapa saat.”
Jian Yuan melenyapkan pedangnya dan kembali melipat tangannya ke belakang. Seulas senyuman miring tersungging samar di sudut bibirnya.
“Bagus sekali!” Penatua Ketiga menanggapi.
Wang Wu tiba-tiba bersorak dan berjingkrak-jingkrak di tengah kerumunan, membuat semua orang serentak menoleh ke arahnya dengan terperangah.
Itu adalah pemandangan langka di Paviliun Longtian!
Siapa yang tidak tahu, Penatua Kelima yang tidak kompeten itu tak pernah ambil bagian dalam kegiatan apa pun, terutama berurusan dengan khalayak.
Apa yang dilakukannya sekarang jelas tidak biasa, dan itu mencurigakan.
Penatua Ketiga menyipitkan matanya. Kedua tutor di belakangnya bertukar pandang.
Wang Lu memelototi gurunya sembari menggemeretakkan gigi. Sekarang ia tahu kenapa gurunya begitu ngotot ingin mengadakan pertandingan terbuka.
Sebagai satu-satunya orang yang paling dekat dengan Wang Wu, meskipun biasanya wanita itu memperlakukannya seperti ibu tiri, Wang Lu tahu persis apa yang paling menggembirakan gurunya yang materialistis.
Wang Wu mengatupkan mulutnya cepat-cepat dan memalingkan wajahnya ke sembarang arah, kemudian mengkerut menenggelamkan diri ke dalam kerumunan.
“Ilmu fisika pedang terbang adalah dasar dari ilmu pedang,” tutur Penatua Ketiga pada semua murid. “Soal ini seharusnya mudah!” Ia menambahkan sambil melirik Jang Junda.
Jang Junda langsung tertunduk.
“Kuharap kalian juga bisa belajar dengan baik!” Penatua Ketiga menambahkan sambil beralih pandang ke sekeliling. “Jangan bermimpi terlalu tinggi!” Ia mengingatkan. “Apa kalian mengerti?”
“Mengerti!” Para murid menjawab bersamaan.
“Baiklah!” Penatua Ketiga mengumumkan. “Kita sudah mendapatkan pemenangnya!”
Arena kembali meledak oleh tepuk tangan, tapi tidak semeriah tadi. Beberapa orang melakukannya setengah hati.
Jang Junda masih tertunduk dengan raut wajah depresi. Kedua tangannya terkepal di sisi tubuhnya. Tampak jelas tidak terima kekalahannya.
“Aku sama sekali tidak mengerti yang dikatakan Kakak Senior Jian,” komentar seseorang dari arah kerumunan. “Senior itu hebat juga!”
“Kau tidak kenal dia?” Orang di sampingnya menimpali. “Dia itu juara satu angkatan ini. Murid Pewaris Penatua Kelima!”
“Aku bahkan tak pernah melihatnya mengikuti kelas,” gumam orang yang pertama.
“Setidaknya dia itu murid pewaris!” tukas rekannya.
Jian Yuan mengangguk samar ke arah Wang Lu, lalu berbalik dan berjalan pelan meninggalkan arena.
Wang Lu memandangi punggungnya dengan perasaan tak pasti. Teman… atau lawan?
Usai pertandingan itu, Wang Lu menyelinap diam-diam meninggalkan arena, kemudian merenggut gurunya dari kerumunan dan menyeretnya pulang.
Entah kenapa hari itu dia kesal sekali pada gurunya.
“Bagus sekali kau, Wang Wu!” Wang Lu memarahinya setelah mereka sampai di pondok Wang Wu. “Aku hampir percaya kau telah mempertaruhkan segalanya untuk pemulihanku,” desisnya dengan dingin.
Wang Wu mengerjap dan terbelalak. Terkejut oleh perubahan sikap Wang Lu, lebih terkejut lagi dengan cara pemuda itu memanggilnya.
Seorang murid takkan menyebutkan nama gurunya kecuali sesuatu benar-benar salah.
“Sudah setengah tahun, dan sebentar lagi sudah ujian tahunan. Tapi selain hanya berendam dan berendam, kau tak pernah mengajariku apa pun, dan karena hal itu, orang-orang menganggapku pembawa sial karena telah menghabiskan seluruh sumber dayamu!”
Wang Wu tergagap dengan mata dan mulut membulat. Seperti anak kecil yang tidak mengerti kenapa dirinya dimarahi.
“Ladang herbal yang gundul, pusaka yang digadaikan, belum lagi hutangmu di sana-sini! Sebenarnya habis untuk berjudi, kan? Inikah yang ingin kau wariskan? Aib Longtian?!” Wang Lu memelankan suaranya hingga tinggal berupa bisikan tajam.
Wang Wu tiba-tiba mengerutkan keningnya, tapi alih-alih menunjukkan rasa tersinggung, perempuan itu malah membekap pipi Wang Lu dengan kedua tangannya. “Aiyo, Tampanku! Kenapa kau begitu marah? Seperti baru sekali saja melihatku berjudi! Sebenarnya apa yang merasukimu?” cerocosnya. “Sejak kapan kau begitu peduli dengan pandangan orang?”
Wang Lu spontan melotot dan menepiskan tangan gurunya.
“Lagi pula, kapan aku pernah menghabiskan semua milikku untuk berjudi?” cerocos Wang Wu tak memberi Wang Lu kesempatan untuk menyela. “Bukankah selama ini selalu milik orang yang kuhabiskan?”
Giliran Wang Lu sekarang yang gelagapan. Perkataan gurunya ada benarnya juga. Memangnya kapan wanita ini ada kalahnya?
Merasa tak berdaya mendebat gurunya, Wang Lu hanya mendesah dan melemas, sementara wanita itu menepuk-nepuk pipinya sembari mengulum senyumnya, menampakkan wajah merayu seorang gadis kecil.
“Kenapa aku tak pernah bisa marah padamu?” gerutu Wang Lu sembari memutar bola matanya dengan sikap sebal. Lebih ditujukan pada dirinya sendiri.
“Itu karena kau tak pernah benar-benar marah padaku!” tukas Wang Wu.
“Bagaimana mungkin,” sergah Wang Lu. “Aku kesal sekali padamu tadi!”
“Aiya! Kau kesal bukan karena melihatku berjudi. Tapi karena aku dikelilingi banyak pria!” seloroh Wang Wu sembari menaik-naikkan alisnya.
“Memangnya kenapa aku harus kesal karena kau dikelilingi pria?” dengus Wang Lu. Aku hanya tak suka melihat mereka terlalu dekat seakan-akan kau lebih akrab dengan mereka dibanding aku, gerutunya dalam hati.
Tunggu dulu! pikirnya tiba-tiba. Ternyata aku memang kesal, sialan!
ketukan Duanmu Jin...!!!
Cuma tidak bisa tidur, gara2 ulah Wang Lu...
👍👍👍
kata si Mulan Jameela
Dia waras....
Atau Sableng...???
2. Penjara Dewa
3. Jurus-jurus rahasia Wang Wu, dll
Apakah Wang Wu, Dewi pendisiplinan ?
😜😜😜