Kisah mengharukan datang dari seorang gadis yang bernama, Shafina yg dulu pernah terjerat pergaulan bebas bersama dengan kekasihnya sehingga membuat dirinya hamil di luar nikah dan melahirkan anak seorang diri.
Beruntung waktu itu ada seorang lelaki yang tak di kenal datang membantunya hingga membawanya ke rumah laki-laki yang menghamili Shafina.
Setelah berdebatan yang cukup alot dan dengan desakan Pak RT dan warga setempat akhirnya laki-laki yang bernama Seno itu yang merupakan ayah dari anak Shafina. Mau untuk bertanggungjawab.
Tapi setelah itu pernikahan Shafina dan Seno melalui banyak ujian dan cobaan yang datang dari orang tua Seno yang tidak merestui hubungan keduanya.
Akankah gadis malang ini bisa menemukan kebahagiaannya? temukan jawabannya hanya di Manga Toon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayumarhumah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16 Kedatangan Sabrina.
Sabrina begitu murka melihat video tersebut, sangking murkanya sampai-sampai dirinya harus datang sendiri menginjakkan tanah Sumatera untuk melabrak sendiri Shafina, karena bagi dia Shafina adalah penyebab anaknya menjadi pembangkang seperti itu.
Dengan di temani oleh suaminya dan orang-orang kepercayaannya saat ini Sabrina memutuskan untuk terbang di pulau Sumatera tersebut, mungkin dengan cara seperti ini hatinya bisa puas, terjun langsung menemui anak dan juga menantu yang tidak di inginkan itu.
"Semua sudah kita siapkan," seringai Arga, entah apa yang direncanakan ayah Seno itu.
"Baguslah, aku ingin melihat wanita itu hancur di tanganku sendiri!" geram Sabrina.
Pesawat sudah meluncur dengan sempurna di tempat tujuan, saat ini pasangan paruh baya itu sudah menginjakkan kakinya di pulau Sumatera, hingga dirinya fokus kepada tujuan utama mereka yaitu rumah Seno, di sini mereka sudah menemukan alamat itu hingga tidak susah bagi keduanya untuk mendatangi rumah tersebut.
Dari bandara mereka segera bertandang ke rumah Seno dengan jarak tempuh sekitar satu jam. Mobil pun sudah sampai di jalanan yang sempit dan sepi di sinilah rumah sang anak mulai di temukan, Arga dan Sabrina tidak menyangka kalau anaknya yang terbiasa hidup enak bisa tinggal di rumah yang menurutnya sangat kecil itu.
"Pa tidak salah, ini rumah yang ditinggali Seno?" tanya Sabrina kepada suaminya.
"Kayaknya benar ini rumahnya," sahut Arga.
Pada saat yang bersamaan Seno sedang membersihkan mobil Pick up nya dari kotoran sawit yang berserakan, di sini hati Seno sangat berdesir kuat melihat dua orang yang sangat dia kenali datang menjumpai rumahnya apalagi orang tuanya itu datang tidak hanya sendiri melainkan bersama beberapa anak buah yang berdiri di belakangnya.
"Mama, Papa." Seno pun berucap, ada rasa rindu yang mendalam sebagai seorang anak, tapi rasa rindu itu dia patahkan karena tahu niat kedua orang tuanya datang kesini.
"Wah ... Wah ... Wah ... Anak mama sekarang sudah hebat ya, bisa hidup sendiri tanpa bantuan dari kita," sindir Sabrina.
Sedangkan Seno langsung menyudahi bersih-bersihnya sekarang tangannya mulai terulur untuk menyalami kedua orang tuanya.
"Mama apa kabar," ucap Seno sambil mengulurkan tangannya.
"Jangan sentuh bahu mama, dengan tangan kotor mu itu," tolak Sabrina. "Bukannya kamu sudah bangga dan puas bisa menyudutkan mama demi membela wanita sialan dan anak haram yang kau lindungi itu," ketus Sabrina.
"Stop Ma, cukup jangan pernah bilang seperti itu lagi di hadapan Seno, anak itu ada karena kesalahan Seno sendiri. Pernahkah Mama berpikir kalau di dalam tubuh anak itu mengalir darah Seno, dia itu juga cucu Mama, mau bagaimanapun dia di lahirkan tetap saja dia itu cucu Mama!" sentak Seno.
"Mulai berani kurang ajar ya sekarang," ketus Sabrina. "Ingat ya Seno meskipun dia itu anak kandungmu tetap saja dia anak haram, anak yang terlahir dari kesalahan, bahkan dirimu saja tidak berhak untuk menjadi wali nikahnya ketika anak itu sudah menikah nanti dan anak itu juga tidak berhak mendapatkan hak waris dari keluarga ayahnya, kamu camkan itu Seno!" teriak Sabrina.
"Tidak usah di jelaskan seperti itu, aku juga sudah tahu, setidaknya sebagai ayah aku berhak tanggung jawab dan membesarkan putriku meskipun dia tidak bernasab kepadaku!" sungut Seno.
Keadaan di depan begitu tegang sedangkan di dalam rumah, di balik pintu seorang wanita tengah menangis sambil mendekap tubuh bayinya, Shafina mendengarkan semua perdebatan antara suami dan juga mertuanya itu, sebagai seorang ibu hatinya begitu sakit mendengar perdebatan yang menyangkut anak yang dia lahirkan ini.
"Sayang harus sampai kapan mereka (Kakek dan Nenekmu) membencimu seperti ini, maafkan mama ya Sayang, masih belum bisa membawamu di kehidupan yang damai dan nyaman," ucap Shafina sambil menangis sesenggukan.
Shafina tetap saja berada di balik pintu kamarnya sedangkan di luar Seno masih saja berdebat dengan ibunya yang masih ngotot bahkan menghina Seno dengan kata cacian dan cibiran itu sehingga membuat Seno tersulut emosi dan melawan mamanya.
"Kamu bisa berbicara seperti itu, kamu pikir aku sebagai ibumu sudi dengan keputusanmu itu, sebagai orang yang melahirkan mu ke dunia ini aku tidak ikhlas kalau kamu sampai memilih hidup dengan gadis murahan beserta anak haram mu itu seharusnya mereka mati saja dari pada harus menjadi penghalang hubungan kamu dan Melisa," ungkap Sabrina.
"Ma, aku ini seorang lelaki sudah sepatutnya aku bertanggung jawab dengan apa yang aku lakukan terhadap seorang gadis, sebagai seorang ibu seharusnya Mama mendukung keputusanku, bukan malah menjerumuskan ku seperti ini!" sentak Seno dengan nada tingginya.
"Oh apa kamu bilang, justru wanita sialan dan anak haram mu itu yang menyesatkan mu, kamu tahu sudah bagus kamu itu mama jodohkan dengan perempuan baik-baik dan dari keluarga terpandang, tapi apa! Kau malah memilih perempuan tidak bermoral dan gampang menyerahkan harga dirinya terhadap laki-laki termasuk kamu, seharusnya kamu mikir dua kali perempuan itu tidak cuma tidur dengan satu laki-laki saja," ejek Sabrina.
"Mama stop!" teriak Seno.
"Sudah Seno kamu jangan melawan Mama mu terus yang di katakan Mama mu itu benar memang dia bukan wanita baik-baik kok," timpal Arga yang dari tadi hanya diam melihat istri dan anaknya berdebat.
Karena merasa kesal dengan sang anak yang menurutnya selalu membantah pada akhirnya Sabrina menyelonong masuk ke dalam rumah Seno, dan di sini Sabrina langsung mencari-cari keberadaan Shafina dan juga anaknya itu.
"Perempuan murahan keluar lah hadapi aku, jangan bersembunyi terus, kamu dan anak harammu itu sudah merusak moral anakku sehingga selalu membangkang dengan perkataan orang tuanya!" teriak Sabrina, sedangkan di dalam kamar Shafina harap-harap cemas takut terjadi sesuatu yang tidak ia inginkan terhadap bayi berusia tiga bulan tersebut.
"Mama, stop jangan sakiti istri dan anakku, cukup Seno saja yang Mama benci jangan mereka," cegah Seno.
"Hemmmb tidak segampang itu karena mereka berdua akar permasalahannya," ucap Sabrina.
Seno pun mulai mencekal lengan ibunya yang hendak melangkah ke kamar Shafina, tapi sayang orang-orang dari Arga langsung memegangi tangan Seno sehingga pria itu kesulitan untuk membantu istrinya dari kejaran Mamanya sendiri.
"Mama tolong jangan sakiti mereka!" teriak Seno.
Sedangkan di dalam kamar Shafina mulai bersembunyi di belakang lemari, tangannya kian gemetar ketika suara mertuanya mulai memasuki ruangan kamarnya, dengan tertawa yang begitu puas, Sabrina mulai memanggil menantunya itu dengan sebutan yang kurang begitu pantas.
"Wanita sialan keluar lah dari persembunyian mu aku tahu kamu ada di dalam sini, ayo cantik keluar, dari pada nanti tanganku ini yang harus membinasakan kalian berdua," seringai Sabrina.
Sabrina mulai melangkahkan kakinya dengan hati-hati, matanya dengan tajam menyapu seluruh ruangan kamar berharap kalau orang yang sedang dia incar segera di temukan agar supaya dirinya bisa menyampaikan semua dendam yang selama ini dia pendam terhadap menantunya itu.
"Jangan menghindar gadis bodoh, kamu pikir aku akan melepasmu begitu saja," ucap Sabrina.
Sedangkan di balik lemari kayu Shafina mulai melawan ketakutannya dia berusaha untuk tenang agar supaya bayi yang ada di dalam gendongannya juga ikut tenang, dan tidak mengeluarkan tangisan di saat situasi seperti ini.
'Ya Allah selamatkan hamba dari cengkraman orang-orang yang ingin melukai anak hamba,' pinta ibu muda itu di dalam hatinya.
🌹 Bersambung 🌹
Adli dirimu orang baik
favorit
👍❤