NovelToon NovelToon
Vanadium

Vanadium

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Cinta pada Pandangan Pertama / Epik Petualangan / Keluarga / Anak Lelaki/Pria Miskin / Pulau Terpencil
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: ahyaa

Ada begitu banyak pertanyaan dalam hidupku, dan pertanyaan terbesarnya adalah tentang cinta.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ahyaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

episode enam belas

Aku dan Beta baru selesai memandangi lautan satu jam kemudian, ketika ibu dere memanggil nama Beta. Beta mengajakku untuk ikut sekalian, siapa tau ibu dere ada keperluan dengan ku, aku mengangguk mengikuti punggung Beta menuruni anak tangga.

Ibu dere menunggu di bawah anak tangga, ia tersenyum melihat ku yang ikut serta.

" Kenapa kau bangun awal sekali nak? Beta tidak mengganggu mu bukan?" tanya ibu dere sambil mendelik ke arah Beta.

Beta hanya tertawa sambil mengangkat bahunya.

" Tidak Bu, Beta tidak mengganggu saya, saya memang terbiasa bangun pagi di kampung." ucapku menjelaskan

" Baguslah kalau begitu nak, kita bisa memulai sedikit ceritanya di dalam ruangan ku sekarang, Beta kau bisa menunggu di luar sebentar?" tanya Bu dere.

Beta mengangguk, dia mengancungkan dua jempolnya, menyemangati ku.

Aku mengikuti ibu dere ke ruangannya, pintu berwarna merah itu benar benar menakjubkan ketika terlihat isi dalamnya. Perabotan sederhana dari kayu yang di ukir sedemikian mungkin, ruangan itu penuh dengan foto foto yang piguranya berasal dari bahan daur ulang. Ada sebuah meja serta dua buah kursi yang berhadapan di tengah ruangan, meja meja itu terlihat penuh oleh kertas kertas, bahkan beberapa ada yang terjatuh di lantai.

" Silahkan duduk nak." ucap Bu dere sambil menunjuk ke arah kursi di depan meja.

Aku mengangguk sambil membantu Bu dere mengutip kertas kertas yang jatuh di lantai.

" Aku minta maaf karena ruangan ini berantakan nak, tahun ini kami kedatangan hampir sepuluh orang anak baru, aku sedikit kewalahan karena harus mengurus semua datanya sendirian." ucap Bu dere.

Aku mengangguk, tidak masalah.

" Apakah kau bisa membaca dan menulis nak?" tanya Bu dere

Aku mengangguk, ibu dulu pernah mengajariku.

Bu dere tersenyum, lalu ia menyerahkan sebuah kertas dan pensil, kertas itu berisi seperti formulir data diri yang harus aku isi.

" Silahkan di isi nak, jika ada yang tidak kau ketahui bisa di kosongkan saja." ucap Bu dere.

Aku mengangguk, mulai meraih pensil lalu mengerjakan nya. lumayan banyak yang harus aku isi, mulai dari nama lengkap, nama panggilan, nama orang tua, tahun lahir, dan masih banyak lagi data diri. Lima menit kemudian aku menyerahkan kertas yang sudah ku isi semua, kecuali data diri tentang ayah karena aku memang tidak tau. Ibu dere membaca kertas yang aku serahkan dengan seksama.

" Kau sudah bisa membaca dan menulis meskipun di sini kau mengisi tidak pernah mengikuti persekolahan." ucap ibu dere sedikit bingung.

" Tidak ada sekolah di kampung ku Bu, almarhum ibu lah yang dulu mengajariku membaca dan menulis." ucapku menjelaskan

Ibu dere mengangguk paham, ia terlihat sedang menimbang nimbang sesuatu.

" Baiklah nak, kalau begitu aku harus melakukan sedikit tes akademik untuk melihat sejauh mana kemampuan mu dan menentukan kau akan masuk di kelas mana nantinya." ucap ibu dere sambil mengambil tiga lembar kertas dari lemari di sampingnya.

ibu dere menyerah sebuah kertas kepadaku.

" Silahkan di kerjakan nak, waktumu lima menit di mulai dari sekarang." ucap Bu dere memberi tahu.

Aku mengangguk, langsung mengambil pensil lalu mulai mengerjakan. soal demi soal mulai aku jawab tanpa kesulitan berarti, soal soal yang tertera hanya seperti hitungan dasar penjumlahan, perkalian, serta ada soal menjodohkan, dua menit berlalu aku sudah menyerahkan kertas kepada ibu dere.

" sudah selesai nak?" tanya ibu dere bingung.

Aku mengangguk, dari sepuluh soal di berikan aku sudah menjawab semuanya. Tidak ada kesulitan berarti.

Ibu dere segera mengecek kertas yang aku berikan, wajahnya sedikit berubah, lalu ia kembali menyerah kan kertas ke dua.

" waktumu sama seperti tadi nak, lima menit, silahkan di kerjakan, kosongkan saja bagian yang tidak kau ketahui." ucap Bu dere

Aku mengangguk, kembali mengerjakan soal soal lagi. Kali ini soal yang di berikan sudah mulai sulit, bilangan bilangan berpangkat, konsep balok dan kubus, bahkan ada soal tentang sistem pemerintahan yang tidak aku mengerti.

empat menit berlalu, aku akhirnya menyerah kertas kepada ibu dere, ada dua pertanyaan yang aku kosongkan karena tidak tau apa jawabannya .

Ibu dere kembali memeriksa kertas yang aku serahkan, wajahnya semakin berubah setelah selesai membaca, lalu ia menyerahkan kertas terakhir.

" Silahkan di kerjakan, waktumu sepuluh menit dari sekarang nak." ucap Bu dere.

Aku sudah bisa menebak tingkat kesulitan kertas terakhir ini, karena waktu yang di berikan lebih lama, dan ternyata dugaan ku benar. Kertas terkahir ini benar benar sulit, bersisi tentang ilmu hitungan tingkat lanjut, aku masih bisa menjawab soal soal yang berhubungan dengan ini, tapi untuk soal soal seperti sistem pemerintahan, ekonomi dunia, aku benar benar tidak bisa menjawabnya. Keringat sudah mulai membanjiri dahiku, kali ini aku benar benar menggabungkan segala pengetahuan yang ada di kepalaku, berusaha membuat jawaban yang baik.

Sepuluh menit berlalu, hingga akhirnya Bu dere mengumumkan bahwa waktu telah berakhir dan aku pun mengumpulkan kertas terakhir. Bu dere terlihat tidak sabaran menunggu kertas jawabanku, wajahnya benar benar berubah kali ini, lalu ia menggeleng geleng kan kepalanya menatap ku tidak percaya. Aku menelan ludah, apakah jawaban ku salah semua? padahal aku sudah berusaha untuk menjawab sebaik mungkin.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!