Novel dengan bahasa yang enak dibaca, menceritakan tentang tokoh "aku" dengan kisah kisah kenangan yang kita sebut rindu.
Novel ini sangat pas bagi para remaja, tapi juga tidak membangun kejenuhan bagi mereka kaum tua.
Filosofi Rindu Gugat, silahkan untuk disimak dan jangn lupa kasih nilai tekan semua bintang dan bagikan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ki Jenggo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16 Hantu Jepang Dan Kasus Kemanusiaan
Lebih satu minggu teror suara di kampung tempat kost ku. Suara dentuman dan gemuruh bersahutan. Bahkan kadang bersamaan dalam lokasi yang berbeda. Keresahan warga kampung tak bisa di ceritakan. Tiap malam berjaga. Dan teror telah merambat sampai kampung sebelah.
Koran koran lokal sampai tingkat nasional menceritakan dalam berbagai judul dan persepsi. Ada yang berjudul, Teror Hantu Jepang Menyerang Tiga Kampung. Ada juga yang aneh, Tiga Kampung di Ponorogo Kena Teror Hantu Jepang.
Intinya Kampung tempat aku kost menjadi vital. Juga dua kampung yang bersebelahan. Hantu Jepang menjadi tema pembicaraan setiap pagi di warung warung kopi.
Bupati dan jajaran Forpimda setempat mendatangi kampung tersebut. Kedatangannya di dampingi juga oleh Badan dan Dinas terkait, agar segera melakukan penyelidikan terkait suara gemuruh tersebut.
*****
Entah karena apa, sudah hampir tiga pekan suara gemuruh itu hilang dengan sendirinya. Hilangnya gemuruh muncul berbagai persepsi pada masyarakat Kampung. Dan semua pasti di kaitkan dengan keberadaan makhluk gaib yang ada.
Sore hari aku di ajak Pras dan Hengki untuk ngopi di sebuah Warung yang ada di pinggiran Kota Ponorogo. Banyak orang yang menceritakan terkait teror suara gemuruh di kampung tempat kost aku.
"Bagaimana kondisi hantu Jepang yang jadi musuh di kampung Kost, Kak?" tanya Hengki.
Aku hanya menggeleng. Sebab aku merasa tidak mengerti dan juga tidak memahami tentang keberadaan Hantu Jepang. Namun aku ceritakan pada malam awal aku menengok lokasi di depan kost bersama Hendra teman Kost juga tidak menemukan apa apa.
"Wah, tapi isue santernya adalah hantu Jepang, meneror kampung bahkan hingga 3 kampung, " ujar Pras.
"Bagaimana kalau isue hantu tersebut kita ganti menjadi fenomena alam yang tidak mampu kita jangkau dengan akal dan ilmu dari kita," ujarku.
"Bisa jadi demikian, Kak. Tapi menurut Kakak apa, sih? " tanya Hengki.
"Aku belum bisa membaca. Sebab yang aku duga belum tentu benar menurut ahli. Dan anehnya, suara guntur dan gema bergemuruh tersebut hilang sendiri, " kataku.
"Isu hantu Jepang tersebut berlangsung berapa lama, Kak? " tanya Pras.
"Lebih dari Seminggu, " jawabku.
"Isue yang anter kayak guru kok hilangnya tenggelam begitu saja, ya, " kata Pras.
"Nah... dan yang terjadi juga dengan kasus korupsi, atau KKN lainnya, semua hilang lenyap, " kata Hengki di sambut ledakan tawa dari Pras.
"Kok bisa bisanya, mengibaratkan yang demikian, " kata Pras.
"Bukan hanya korupsi yang hilang. Namun Kasus kemanusiaan juga menghilang tanpa sebab. Kasus Munir, Kasus Marsinah siapa yang bertanggung jawab. Kasus hilangnya aktifis dan semua tak ada penanganannya," kataku.
"Hilang seperti hilangnya teror isue hantu Jepang, " kata Hengki.
Kami tertawa bersama.
Dan yang bikin aneh hingga saat ini adalah hilangnya teror tersebut. Lenyap begitu saja. Suara dentuman dan suara gema yang merinding itu tak lagi ada.
"Aku berpikir, dentuman tersebut adalah getaran letusan gunung di laut yang bertabrakan melalui jalur urat urat bumi, lalu bertubrukannya mengakibatkan suara yang demikian," ujar Hengki.
"Bisa jadi, tapi anehnya kok tidak ada getaran gempa," tambahku.
"Iya. Padahal suaranya gemuruh kayak air mendidih kata orang orang yang diberitakan di koran, " kata Pras.
"Iya benar. Dan kalau suara demikian tiba tiba bikin horeg kan mengerikan, " tekanku.
"Kok bisa demikian, ya, Kak," ujar Pras.
"Aku kadang menduga lain. Gunung Wilis terkenal dengan kantong airnya. Mungkinkah ini aliran air bawah tanah, yang bertabrakan dengan lempengan tanah atau apa.... ," kataku.
Sekian lama kami mengobrol tentang suara misterius yang orang menduga hantu Jepang. Pembicaraan yang menjadi teman ngopi, karena bukan ahli tersebut terhenti saat Hengki mengalihkan tentang agenda agenda penelusuran situs yang belum usai.
"Anika kemarin menanyakan, Kakak pertama sibuk ngurusin hantu Jepang atau sudah mulai penelusuran Prasasti Taji. Aku menjawab, sibuk mengusir hantu Jepang, " kata Pras.
"Aku seumur umur juga baru dengar ini nama Hantu Jepang. Biasanya Hantu Jawa, " ujar Hengki.
Kami tersenyum...
Aku menegaskan pada dua remaja itu, bahwa penelusuran Prasasti Taji, memang sangat perlu dan bisa segera di mulai. Sehingga bisa membuka wacana sejarah Ponorogo.
"Kami takut mengganggu kesibukan Kakak pertama sehingga kami juga ikut menunda penelusuran ini," kata Pras.
"Aku tidak banyak sibuk, kok. Cuma kadang malas terlebih munculnya suara dentuman tersebut, berakibat warga sulit tidur, " ujarku.
"Bagaimana kalau awal kita adakan diskusi di Situs Suko Sewu?" usul Hengki.
"Bisa saja begitu, " sahut Pras.
"Kan kita sudah di sana..." ujar ku.
Pembicaraan mengenai rencana penelusuran Prasasti Taji terhenti, saat mana Ima gadis yang berperawakan tinggi itu datang menyapa kami.
"Hai. apa kabar semua. Aku kira kakak pertama masih takut dengan Hantu Jepang?!" sapa Ima kami sambut dengan tawa.
"Kak, kita tak boleh takut sama hantu hantu tersebut. Hantu miskin yang tidak punya ilmu aja di takuti," ujar Ima nyerocos.
"Emang kakak pertama takut, kalau takut usah pulang ke Yogyakarta, " kata Pras membekali.
"Aku kasih tahu, ya, hantu hantu kalau keluar mau mencari subsidi," ujar Ima.
"Subsidi?" tanya kami bertiga hampir bersamaan.
"Emang subsidi apa yang di minta?"tanya Pras.
"Minimal baju layak pakai," kata Ima.
"Kok bisa, " ujarku.
"Bayangan aja, Tuyul aja tak berkelana dan tak berbaju, kan kedinginan. Terlebih Jawa Timur ada bediding lho, " terang Ima yang bikin kami ketawa terpingkal pingkal.
"Iya juga," sahut Hengki sambil masih ketawa.
"Hantu Jawa semua sama miskin. Makanya semua sama bodoh, " lanjut Ima.
"Nah, Ini baru perempuan pemberani, " ujar Pras.
"Hantu punya suster satu saja tidak bisa jalan. Ngesot melulu," Lanjut Ima.
Spontan guyonan Ima menjadi kami terbahak bahak. Tawa yang meledak membuat pemilik warung datang menengok.
"Ada apa, Nih, " tanya Ibu Warung.
"Ada Ima perempuan cantik yang perkasa, " ujar Pras.
"Oh, Mbak, nya ini. Dia hak cantik namanya. Tapi manis dan aura yang menarik. sekali lirik pasti lelaki jatuh cinta, " ujar Ibu Warung.
"Kok bisa begitu, Bu. Emang dia punya Semar Mesem, " tanya Pras.
"Bukan. Di lihat dari perawakan yang langsing, wajah yang manis, mata yang indah, bibir yang merah natural jelas Mbaknya memiliki aura alami yang tak di miliki gadis lain, " kata Ibu Warung.
"Amin, " sahut Ima.
"Kalau saya, Bu, berdoa semoga dia kagak jatuh cinta pada gadis saja. karena.... " kata Pras yang tidak selesai karena keburu cubitan dari Ima mendarat padanya.
"Memang kau kira aku golongan macam itu, " kata Ima sambil melengos.
"Siapa tahu, demikian," kata Hengki.
"Kamu itu juga ngilu aja, " Sahut Ima sambil memukul mesra Hengki.
Aku hanya bisa ketawa melihat guardian anak anak itu. Sebab mereka kalau sudah bergurau sekampung akan di buat ngakak.
mari terus saling mendukung untuk seterusnya 😚🤭🙏
pelan pelan aku baca lagi nanti untuk mengerti dan pahami. 👍
bantu support karyaku juga yuk🐳
mari terus saling mendukung untuk kedepannya