Firnika, ataupun biasa di panggil Nika, dia dipaksakan harus menerima kenyataan, jika orang tuanya meninggal tepat, sehari sebelum lamarannya. Dan dihari itu juga, orang tua pasangannya membatalkan rencana tersebut.
Yuk ikuti kisah Firnika, dan ke tiga saudara-saudaranya ...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muliana95, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Selamat Bahagia
Abrar mati-matian merayu Rina agar mau ke rumah sakit. Dia bahkan sampai mengancam akan kembali kabur dari rumah, hingga akhirnya, Rina mau ke rumah sakit. Tapi, dengan syarat di temani oleh Abrar.
Dengan menggunakan mobil pinjaman, Rina sampai di rumah sakit. Dia langsung di tangani di IGD.
"Hati-hati dong dik, aku takut sama jarum ..." ujar Rina, kala melihat seorang perawat membawa peralatan untuk infus.
"Jangan takut Bu, nanti Ibu gak usah lihat sini, berpaling aja ya." sahut perawat dengan lembut.
"Tapi masih kerasa ..." balas Rina sengit.
"Udah lah bu, malu." ucap Abrar menenangkan Ibunya.
Rina terus menggenggam tangan Abrar. Dia seakan takut, jika nanti Abrar kembali menghilang.
Tak berapa lama, infus berhasil di pasang. Dan sebelum ke ruangan nanti. Rina akan di scan untuk melihat hasil dari pinggang yang di keluhkan sakit sejak seminggu yang lalu.
Setelah pihak IGD menghubungi ruang radiologi, barulah Rina di tolak dengan menggunakaan bangkar. Karena jika harus duduk di kursi roda, Rina tidak sanggup.
Abrar memutuskan untuk mengurus segala surat. Karena kebetulan, mereka masih memakai bpjs. Jadi, banyak berkas yang harus di urusnya. Sedangkan Ilham, dia memilih menemani sang istri. Dan membantu Rina untuk membuka pakaiannya.
Setelah semua selesai, Rina di tolak ke ruangan. Kebetulan disana, terdapat tiga orang pasien.
Hari yang menyenangkan di jalani oleh Kanaya. Soalnya, dia dikenalkan sebagai adik oleh Adnan dan Arka. Jadi, dia tidak mengalami banyak tantangan dari anggota osis. Mengingat, Adnan sendiri, adalah ketua osis. Sedangkan Arka menjabat sebagai anggota.
Kanaya mulai di dekati oleh beberapa orang yang sebelumnya memang mengagumi saudara sepupunya. Bahkan, ada yang terang-terangan mengirimkan salam untuk Adnan ataupun Arka.
Karena selama ini, baik Adnan dan Arka di kenal dengan sifat mereka yang dingin dan anti dengan perempuan.
"Kanaya, kita pulang ..." ajak Arka menjemput Kanaya di kelasnya.
Kelas Kanaya langsung riuh, kala melihat Arka yang berjalan berdampingan dengan Kanaya. Bagi mereka, selain dingin, ternyata Arka bisa manis dengan saudaranya.
"Bagaimana menurutmu, tentang sekolah disini?" tanya Arka saat mereka berjalan bersisian.
"Lebih baik dari pada saat di smp dulu kak, karena disana, aku sering diejek miskin oleh teman-temanku. Berbeda dengan disini, mereka semua menyukaiku. Lebih-lebih saat tahu jika kak Adnan dan Arka adalah kakakku." jelas Kanaya menggebu.
"Syukurlah, tapi kalo ada apa-apa, jangan segan untuk memberitahuku atau kak Adnan." balas Arka.
Adnan yang sudah menunggu ke dua adiknya di depan gerbang hanya berpangku tangan. Dia senang, dengan adanya Kanaya, setidaknya tidak banyak cewek yang mengganggunya. Karena dia yakin, jika sekarang, Kanaya lah, yang menjadi target mereka untuk menjadi jembatan agar sampai padanya dan juga Arka.
"Tadi, ada yang kirim salam untuk kalian ..." ungkap Kanaya saat mereka berada di jalanan.
"Lain kali, jika ada yang menitipkan salam, kamu harus bisa memanfaatkannya." balas Adnan.
"Maksudnya?" tanya Kanaya bingung.
"Setidaknya, minta imbalan dari mereka. Bisa berupa uang, ataupun lainnya." sahut Arka.
"Emang boleh? Bagaimana, jika mereka gak mau." tanya Kanaya balik.
"Simpel sih, salam mereka gak pernah kesampaian." ujar Adnan. Dan Kanaya malam tersenyum dengan aneh kala membayangkan banyak uang di tangannya.
Lain Kanaya, lain pula Amar, dia juga tak kalah bahagianya dengan Kanaya. Pasalnya, dia sebagai baru kelas lima mendapatkan sambutan hangat.
Sore harinya, Kanaya seperti biasa membantu Nika menyetrika. Sedangkan Nika dan Safana memilih sibuk di dapur. Karena sebentar lagi, waktunya Safana membuka warung makan di teras rumah mereka.
Keuangan Nika semakin stabil semenjak tinggal disana. Dia bahkan tidak jarang, memberikan Ismi atau Samsul pegangan, walaupun mereka mati-matian menolak, Nika pun mati-matian memaksa, agar ke dua mau menerima sedikit pemberian darinya.
Hasil dari scan Rina sudah keluar, dia mengalami pergeseran yang cukup parah di pinggangnya. Andai aja, sat itu dia langsung dibawa ke rumah sakit, mungkin penanganannya akan berbeda.
Namun, nasi sudah menjadi bubur. Rina di vonis akan mengalami cedera saraf tulang. Sehingga akan menyulitkannya untuk berjalan dalam waktu yang belum bisa di tentukan.
Saat mengetahui keadaannya, Rina menangis tersedu. Dia bahkan sempat mengutuk dirinya sendiri, karena yakin bahwa ini ialah karma. Karma karena kedzalimannya kepada empat anak yatim tak berdosa.
"Tolong cari Nika Abrar, cari Nika ..." mohon Rina pada anaknya.
"Tolong minta dia untuk memaafkan Ibumu, Ibu gak mau sakit terlalu lama." rengek Rina.
"Udah Bu, udah ... Kita gak tahu kemana dia pergi. Bahkan, di tempat Samsul pun gak ada. Karena Ayah pernah diam-diam mencari mereka kesana ..." ujar Ilham menyuruh Rina agar tenang.
"Maaf, Pak ... Memangnya istrinya kenapa ya?" celetuk salah satu pasien yang juga berada di ruangan yang sama dengan Rina.
"Jatuh dari bale, di kebun. Cuma kami kira, dia hanya mengalami retak, seperti tukang urut katakan, nyatanya dia mengalami pergeseran tulang belakang." sahut Ilham.
"Atau mungkin, kebunnya ada penunggunya kali pak. Siapa tahukan, kalo penunggunya merasa terganggu dengan kehadiran Ibu ..." ujar pasien lainnya.
Baik Ilham dan Abrar hanya tersenyum menanggapi. Sedangkan Rina semakin sesenggukan. Dia bahkan membayangkan jika selamanya dia harus tidur tanpa bisa berjalan.
Hampir dua minggu Abrar di kampung. Sekarang sudah saatnya dia kembali, kembali untuk mengumpulkan rezeki, agar bisa dengan segera menyenangkan Nika.
Rina sendiri, sudah di pulangkan. Dan Ilham malah di suruh berhenti bekerja oleh Abrar. Mengingat, jika nanti tidak ada orang yang merawat Ibunya. Dan tentu saja, dia akan mengirimkan biaya untuk kedua orang tuanya.
Kedatangan Abrar di sambut dengan gembira oleh mahasiswa disana. Apalagi, semenjak kedai jus Abrar tutup, mereka semua seakan enggan keluar dari kamar, apalagi di dukung dengan cuaca yang panas membara.
Setelah istirahat barang sejenak, Abrar membuka sosial media di ponselnya. Namun, dia malah di fokuskan dengan postingan Kanaya yang memberikan caption berupa ucapan selamat pada foto Nika dan Safana yang memeluk erat tubuh Kanaya.
Selamat bahagia kakakku tersayang ...
Kamu pantas bahagia, dan mulai lah berjalan secara bergandengan dengan pasanganmu.
Air mata Abrar luruh seketika. Ternyata, Nika yang diharapkan setia, nyatanya mampu mendua. Menduakan cintanya yang mungkin sudah sebesar dunia, serta isinya.
Ingin Abrar memberikan komentar, namun sayang. Kanaya menonaktifkan komentar, di postingan tersebut.
tapi ini beneran udah selesai, kak... ?
padahal baru beberapa bab, kak...
saking bucinnya, Nisa sampe nda bisa bedain yang benar dan yang salah