Pengorbanan Anak Pertama

Pengorbanan Anak Pertama

Kecelakaan

"Nika, nanti malam Abang ke rumah ya, ada hal yang ingin abang sampaikan sama Ayah ..." pesan yang baru saja dikirimkan oleh Abrar. Kekasih hati Nika, sejak setahun lalu.

Dan sekarang disini lah, mereka. Di sebuah ruang tamu sederhana mereka duduk lesehan diatas selembar tikar yang sedikit usang.

"Jadi begitu Ayah ... Aku ingin menjadikan Nika istriku ..." seru Abrar setelah menyampaikan maksud kedatangannya.

"Ayah menyerahkan semua ini pada Nika, karena dia yang menjalani biduk rumah tangga nantinya. Jika Nika menerima, Ayah pun demikian." seru Ikram menatap putri sulungnya yang terus meremas tangannya.

"Bagaimana Nika, apakah kamu menerimanya? Jika ia, maka aku akan mengajak kedua orang tuaku untuk melamar secara resmi." papar Abrar.

Nika hanya menganggukkan kepalanya, pertanda dia menerima lamaran Abrar. Padahal, ingin ia mengutarakan beberapa patah kata. Namun, semuanya hilang entah kemana. Bahkan, hanya untuk membuka mulut saja, Nika tidak mempunyai kekuatan.

"Syukur lah ..." lirih Abrar menatap gemas pacarnya.

Firnika, gadis ayu berumur dua puluh dua tahun. Dia memiliki kulit kuning langsat, dan juga hidung mancung, serta rambut panjang bergelombang. Firnika juga mempunyai bentuk tubuh mungil, juga tidak terlalu pendek juga panjang.

"Tapi, Ayah punya beberapa syarat untukmu Abrar ..." ujar Ikram kemudian. Dia bahkan sedikit terkejut karena terlalu fokus menatap Nika.

"Katakan Ayah, akan aku lakukan apapun syarat darimu. Asalkan, aku bisa bersama Firnika." ujar Abrar penuh keyakinan.

"Nika adalah putri kesayangan ku, selain dia anak pertama. Dia juga putri yang baru hadir setelah penantian kami hampir tiga tahun. Makanya, dia kukatakan sebagai kesayangan." terang Ikram.

"Ayah juga menyayangi kalian nak, bukan kah, Ayah tidak pernah membeda-bedakan kalian?" kekeh Ikram, kala mendapatkan tatapan tajam dari dua orang putri lainnya.

Ikram dan istrinya memang memiliki empat orang anak. Firnika, Safana, Kanaya dan Amar. Jika umur Nika sudah dua puluh dua tahun, maka Safana berumur tujuh belas tahun, sedangkan Kanaya berumur Empat belas tahun dan Amar si anak bungsu, berumur sepuluh tahun.

Dikampung mereka, sebenarnya, Nika termasuk perawan tua. Karena disana, rata-rata mereka menikah begitu lulus sekolah SMA.

"Persyaratan Ayah sama dengan orang tua lainnya, hanya ingin anaknya dijaga dan dibahagiakan. Jika salah, tolong dididik dengan penuh kelembutan. Jika bosan, maka kamu kembalikan dia padaku. Jangan sesekali kamu menyakitinya, jangan sesekali kamu menduakannya. Jika suatu hari nanti kamu bosan padanya. Maka serahkan kembali Nika padaku, biar aku yang menjaganya semampuku." tutur Ikram dengan lembut.

"Baik Ayah, aku akan menjaganya segenap jiwa dan raga ku ayah. Aku akan meneruskan tugasmu. Bukan mengantikan peran Ayah, aku hanya melanjutkannya ..." tegas Abrar.

Ikram sangat puas mendengar perkataan Abrar. Dia percaya dan yakin jika Abrar memang lelaki yang pantas untuk Nika.

"Tentang orang tuamu, apakah mereka setuju?" tanya Dian lirih. Bagaimanapun ketakutan perempuan pada umumnya adalah seorang mertua.

"Mereka setuju, karena sebelumnya pun, Nika juga sudah pernah berkenalan mereka. Dan aku juga pernah mengajak Nika mampir ke rumah." papar Abrar. Nika mengangguk membenarkan ucapan Abrar.

"Syukurlah ..." balas Dian.

Setelah beberapa saat, malam pun semakin beranjak. Dan Abrar memutuskan untuk pamit pulang. Karena di daerah mereka masih tabu, jika seorang lelaki berada di rumah perempuan hingga larut malam. Makanya, untuk menghindari fitnah itu, Abrar dan Ikram melanjutkan mengobrol di teras depan.

Setelah kepulangan Abrar. Nika kembali di panggil oleh Ikram dan Dian. Sedangkan anak mereka yang lainnya, sudah tidur sejak tadi.

"Nak, emang kamu siap menikah?" tanya Dian.

"Siap Mak, bukankah, aku sudah dikatakan sebagai perawan tua?" tanya Nika lirih.

"Ah, Emak gak peduli tentang itu. Karena sejatinya pernikahan itu bukan perlombaan, bukan pula target yang harus dicapai saat umur tertentu. Pernikahan itu bukan sesuatu yang mudah nak. Kamu akan jadi seorang Ibu, disana, kamu dituntun untuk bisa sabar nak ..." terang Dian.

"Tapi, sejujurnya aku agak sedikit risih Bu, risih karena selalu ditanya kapan nikah sama teman-teman sebayaku, yang bahkan mereka sudah mempunyai duan anak. Bahkan, ada diantara mereka yang sudah menjadi janda." papar Nika.

"Nak, kamu akan menjadi tanggung jawab Abrar nantinya. Abrar memang terlihat baik dan bertanggungjawab, tapi mungkin dia bisa aja berbeda setelah menikah. Dan kamu harus siap akan hal itu. Kami berdua bukan menakuti mu nak, kami hanya ingin kamu menyiapkan mentalmu sebelum nikah nanti ..." lanjut Ikram.

Nika langsung tersenyum karena paham apa maksud dari omongan orang tuanya. Dia bangga memiliki mereka yang memberikan arahan sebelum pernikahan nanti.

"Aku siap Ayah, Mak ..." balas Nika penuh keyakinan.

Seminggu telah berlalu, malam besok, keluarga Abrar akan datang untuk melamar Nika. Jadi, pagi ini Ikram dan Dian akan ke pasar untuk membeli beberapa keperluan. Karena esok harinya diadakan masak-masak, yang tentu saja dibantu oleh beberapa orang tetangga mereka.

"Kami pergi dulu, nanti jika adikmu pulang sekolah. Katakan padanya, jika kami hanya pergi sebentar." ujar Dian. Yang dimaksudnya adalah Amar.

Amar anak bungsu, yang tidak bisa jauh dari Ibunya.

Perlu diketahui, pekerjaan Ikram adalah sebagai buruh. Dia biasanya mengangkat barang-barang di toko bangunan. Atau apapun, asalkan halal.

"Nanti jika Amar menangis, kamu jangan ikutan nangis. Malu sama umur ..." kekeh Dian lagi.

"Mungkin kami pergi agak lama, jadi kami percaya kamu bisa mengurus ke tiga adikmu itu. Ingat pesan Emak mu, jangan menangis ..." lanjut Ikram mengacak rambut Nika.

"Ayah mah ..." rajuk Nika.

"Eh, kapan lagi kan. Nanti udah nikah, dibawa ama suami ..." kekeh Ikram.

Akhirnya ke dua orang itu pergi dengan menaiki sepeda motor model lama. Dan Nika sendiri masuk ke dalam untuk memulai aksinya. Yaitu, bersih-bersih. Karena itu memang pekerjaan yang belum dilakukannya. Sedangkan untuk makan siang. Dian sudah memasaknya tadi, saat Nika mencuci pakaian.

Tak berapa lama, benar saja adik bungsunya pulang sekolah. Itu ditandai dengan teriakan Amar yang memanggil emaknya.

"Mak mana Kak?" tanya Amar melihat Nika di kamarnya. Amar masih tidur bersama orang tuanya.

Karena di rumah mereka hanya ada dua kamar. Dan kamar satunya lagi, digunakan oleh Nika, Safa, dan Naya.

Dan Ikram berencana akan menambahkan satu kamar lagi di area dapur nantinya. Dan kamar depan, yang dihuninya sekarang, akan diserahkan pada Nika nanti.

"Mak lagi pergi sebentar Amar ..." sahut Nika masih menyapu dibawah ranjang orang tuanya.

"Sama Ayah? Kok gak ada kereta di depan." tanya Amar balik.

"Iya ..." karena biasanya saat kerja. Ikram tidak membawa keretanya. Dia akan di jemput oleh teman satu kampungnya. Itupun, jika bekerja di toko bangunan.

Benar saja, tangis Amar langsung pecah kala mendengar jawaban dari kakaknya.

"Jangan menangis, nanti kita beli jajan di warung depan. Mau?" tawar Nika menaik-turunkan alisnya. Dan tangis Amar langsung berhenti. Karena mendapatkan tawaran yang begitu menggiurkan.

Selang beberapa jam, Safa dan Naya juga kembali dari sekolah. Mereka berdua kembali menggunakan ojek. Karena ini masih termasuk daerah kampung. Safa dan Naya menggunakan satu ojek untuk mereka berdua. Dan itu lebih menghemat pengeluaran.

Dan tentu saja sekolah mereka berdekatan. Safa menduduki kelas tiga SMA. Dan Naya kelas tiga SMP.

Baru saja kedua adik Nika melepaskan sepatunya. Seseorang lelaki paruh baya, yang biasanya menjemput Ayah mereka, datang dengan napas ngos-ngosan.

"O-orang tu-tua ..." lelaki itu seakan seperti orang kehabisan napas. Karena dia baru saja dari tempat kerja, menurunkan besi dari mobil pengangkut untuk dimasukkan ke gudang, toko bangunan.

"Oo Ayah, sedang keluar sama Ibu. Mereka ke pasar ..." ujar Nika, dia berpikir jika lelaki ini mau menanyakan Ayahnya.

"I-iya, mereka kecelakaan ..." balas lelaki itu, setelah mengatur napasnya.

Terpopuler

Comments

Amelia

Amelia

salam kenal 🙏

2024-08-19

1

NurAzizah504

NurAzizah504

Bab pertamanya aja udh sedih

2024-08-14

1

NurAzizah504

NurAzizah504

Perasaanku mulai ga enak

2024-08-14

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!