Siapa sangka, Veyra yang terkenal sebagai badgirl di SMA nya bisa menjadi ibu di usia muda. Bahkan teman-temannya pun tidak mempercayai hal itu. Di usia nya yang masih sangat muda, bukan mudah untuk menjalani hari-hari nya dengan kehadiran baby secara tiba-tiba. Veyra harus merubah masa mudanya yang harusnya bersenang-senang menjadi seorang ibu yang mengurus anaknya dengan kasih dan sayang dan menjadi CEO perusahaan yang rumit baginya. Akankah Veyra hamil di luar nikah? Lalu siapakah yang menghamilinya? Ataukah ada faktor lain yang menjadi penyebab Vee harus menjadi ibu di usia muda? Yukk langsung baca aja ceritanya✨ Happy readingg!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MayyChy-, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Fourteen : Danger (bahaya)
Veyra berjongkok di depan batu nisan mendiang Tante Dian. Risky berdiri di sebelah Veyra dan mendengarkan keluh kesah gadis itu.
"Te, maafin Vee ya. Reno hilang Te" Veyra menahan air matanya agar tidak jatuh.
"Tante, Vee minta tolong sama tante, pasti tante tau kan dimana Reno kan? Om Dion juga tau kan dimana Reno? Tolong kasih tau Vee Te dengan cara apapun itu. Vee sekarang udah bener-bener buntu, Vee gak ada clue sama sekali. Vee sayang sama Reno Te, Vee bakal taruhin nyawa Vee sendiri buat keselamatan Reno"
Veyra diam menatap batu nisan yang bertulisan nama itu. "Vee pulang dulu ya Te, Vee janji bakal temuin Reno! Vee janji Te!" Veyra bangkit kemudian menatap Risky yang juga menatapnya.
"Pulang?" tanya Risky. Dibalas anggukan oleh Veyra.
Di perjalanan, Veyra senantiasa menatap jalanan yang terpantau ramai. Disela-sela kekosongan pandangannya. Mata Veyra menangkap seseorang yang Ia kenal, juga tak lain merupakan musuh bebuyutan nya.
"Ky! Itu Diana bukan sih?"
"Diana? Diana siapa? Ceweknya Dodi?"
"Iya elahh, bawel amat sih lo. Liat deh, gerak-geriknya mencurigakan banget gak sih?" Tunjuk Veyra pada Diana di depan sana.
"Perasaan lo aja kali Vee" Risky masih acuh.
"Gue mau ikutin dia. Kalo lo gak mau biar gue sendiri" Veyra hendak keluar dari mobil.
"Gue ikut Vee, gue gak mau lo kenapa-napa"
Mereka pun turun mengikuti kemana Diana pergi. Ternyata Diana berjalan ke sebuah rumah tua. Veyra dan Risky masih memperhatikan dari balik pohon beringin yang cukup besar.
"Oekkk!!! Oekk..."
Veyra tersentak mendengar suara bayi. "Ky! Itu suara Reno Ky!" Ucap Veyra begitu panik.
"Sabar Vee sabarr! Kita pantau dulu" Risky masih mencoba untuk menenangkan Veyra.
"Enggak Ky! Gue harus kesana" Veyra hendak keluar dari tempat persembunyian nya, dengan sigap tangan Risky mencekalnya.
"Sabar dulu Vee!"
"Lepas!" Veyra menepis dengan kasar tangan Risky. Berlari dengan kencang menuju rumah tua itu.
Brakkk!!!
Pintu terbuka menampakkan Shyiren yang menggendong seorang bayi yang di duga Reno dengan dua orang di kanan kirinya yaitu Diana dan Dodi.
"BALIKIN ANAK GUE!"
"Wahh wahh wahh, emak nya dateng tuhh" ucap Diana dengan tertawa sumbang. Dan sedikit tepuk tangan kecil "Kasih Ren, jangan kaya orang susah"
"Nih" Shyiren menyodorkan bayi itu. Saat Veyra ingin mengambil alih nya, bayi itu segera ditarik kembali oleh Shyiren.
"Ehh gak semudah itu" Shyiren menyeringai.
"Hai cantikk, ternyata lo udah punya anak ya? Kapan bikin nya? Bikin sama gue yuk?" ucap Dodi mencolek dagu Veyra dengan segera Veyra menepisnya.
"Dari mana lo tau gue punya bayi di rumah?!" tanya Veyra datar dengan tatapan menusuk.
"Gue sengaja nyuruh Shyiren main ke rumah lo. Untuk cari tau semua tentang lo. Ternyata Shyiren denger suara tangis bayi lo dan dia culik deh bayi nya. Babu-babu lo itu tolol semua tau gak!" Diana menunjuk pelipis Veyra keras, hingga kepalanya sekitar terhuyung ke samping.
"Jadi sekarang mau lo apa?!" lagi-lagi Veyra berucap datar.
"Gue mau lo bertekuk lutut sama gue sekarang!" titah Diana.
"Cihh, gue gak sudi njing!" Veyra meludah.
"Berarti bayi lo yang jadi taruhannya" jawab Diana.
Sringgg!
Suara pisau yang dibuka dari tempatnya terdengar sangat nyaring di telinga mereka. Shyiren mengarahkan pisau itu pada Baby Reno.
Veyra mendekat dan dengan kuat menahan tangan Shyiren agar tidak berbuat nekat. Ia tidak mau pisau itu mengenai tubuh baby Reno walaupun sedikit.
Dua-duanya sama kuat, tidak ada yang menang dan tidak ada yang kalah, hingga akhirnya tangan Diana membatu Shyiren menahan pisau itu, lama mereka sibuk dengan pertahanannya masing-masing.
Dodi ingin berbalik menonton aksi gadis-gadis itu. Namun naas, Dodi malah tergelincir kertas yang berserakan dilantai itu. Dan…..
Jlebb!!
"Awwww!!!"
Ia tak sengaja menyenggol lengan Shyiren, Pisau itu terlepas dari tangan Veyra bersamaan dengan tangan yang memegangi perutnya. Kini baju dan perutnya sudah bersimbah darah.
"VEE!!!" Shyiren memekik histeris. Ia tak berniat melakukan itu semua.
"Cabut yangg!" Diana segera menarik tangan Dodi untuk pergi dari tempat itu.
"Vee maafin gue, gue gak bermaksud Vee. Gue cuma pngen lo jauhin Risky, enggak lebih, Vee. Maafin gue" Shyiren duduk bersimpuh di depan Veyra yang pandangan nya mulai mengabur.
Veyra merasakan pening teramat sangat di kepala nya. Nyeri yang semakin menjalar ke tubuhnya. Ia masih mendengar jelas penuturan Shyiren. "Rennn" rintih Veyra sebelum pandangannya mulai mengabur dan gelap.
"VEE!!" pekik Alin dan Wanda bersamaan. Disusul Risky yang juga terlihat panik.
"Bawa ke rumah sakit Ris, cepet!" teriak Wanda.
"Iya bang, cepet!" tambah Alin.
Risky segera menggendong Veyra ala bridal style menuju mobilnya. Pisaunya dibiarkan menancap di perutnya supaya dokter yang menangani lebih lanjut.
"Otak lo dimana sih Ren?" sembur Alin ketika berada di mobil.
"Maafin gue hiks...maafin..." Shyiren menangis dan masih menggendong baby Reno.
"Siniin Baby nya!" titah Alin, kemudian mengambil alih baby Reno yang sedang di gendong Shyiren.
RS. Sultan Agung, dengan cepat brankar yang terbaring Veyra di atas nya menuju ruang UGD.
"Maaf sebaikanya anda tunggu disini" cegah suster ketika Risky hendak ikut masuk kedalam ruangan.
"Sabar Bang! Kita tunggu Vee disini"
"Arghhhh!" Risky mengacak rambutnya frustasi dan mengelap wajahnya kasar.
"Selagi nunggu Vee, mending lo ceritain semuanya ke kita" ucap Risky menusuk dengan tatapan yang ditujukan untuk Shyiren.
Shyiren menarik nafas dalam kemudian membuangnya. "Gue di pengaruhi sama Diana"
"HA?" ucap Alin dan Wanda bersamaan.
"Diana bilang, kalo gue gabung sama dia gue bakal bisa dapetin Risky"
"Gue?" Risky menunjuk dirinya sendiri. Lalu diberi anggukan oleh Shyiren.
"Oh, terus karena itu lo milih keluar geng kita? Iya?" ketus Wanda.
"Gue buta Wan, gue sadar bahwa gue tu cuma terobsesi bukan cinta ke Risky! dan gue nyesel, gue ngelakuin ini sama sahabat gue sendiri" Shyiren menunduk.
"Sahabat lo bilang? Lo lupa kalo lo pernah bilang, lo udah bukan sahabat kita lagi?" Alin tersenyum sinis.
"Gue nyesel hikss..gue nyesel..." Shyiren mulai menangis.
"Dengan cara lo nyesel lo bisa balikin keadaan gitu Ren? Enggak kan? Lo udah buat geng kita hancur. Lo juga udah buat Chika salah paham sama Vee. Lo gak tau itu kan? Karna apa? Karna lo egois Ren!" tegas Alin.
"Maafin gue, Wan, Lin, Ris. Gue bener-bener minta maaf"
"Minta maaf lo bukan ke kita, tapi ke Vee" ucap Risky.
"Iya gue tau"
Setengah jam berlalu, dokter yang memeriksa Veyra keluar dari ruang UGD.
"Gimana dok?" tanya Risky khawatir.
"Anda tenang saja, pasien tidak papa. Beruntung anda cepat membawanya kesini. Sebentar lagi keadaan nya akan membaik. Kalau begitu saya permisi"
"Terima kasih dok" dokter itu mengangguk, kemudian meninggalkan semua orang yang berada disana.
Keempat orang tersebut memasuki ruang rawat Veyra. Sangat menyedihkan memang, jika melihat Veyra yang biasa tegar kini terbaring lemas dengan bibir yang pucat.
Oekkk...oekk....
Tiba-tiba Reno menangis di gendongan Alin. "Bang gimana nih?" Alin jadi panik sendiri.
"Sini, biar gue yang gendong"
...----------------...
Jahat banget ga si gais, Shyiren tega sekongkol sama Diana buat celakain sahabatnya sendiri. Kalo kalian jadi Veyra pasti sakit banget ya kan?
To Be continued….