Lidya dinda adalah seorang wanita yang mandiri, sedari kecil dia sudah banyak merasakan kepahitan hidup. Di usia yg baru menginjak remaja, dia mulai merasakan beban berat dalam hidupnya, dimulai dari bapak dan ibunya yang meninggal dunia karena kecelakaan, kemudian dia yang harus menghidupi kedua adiknya, kini dia tak melanjutkan lagi sekolahnya, dia pun harus membanting tulang untuk meneruskan hidupnya dan kedua adiknya, dia mencari nafkah untuk bisa menyekolahkan adik - adiknya. Bagaimana kisah hidup Lidya selanjutnya? di baca terus update bab terbarunya ya guys. Selamat membaca, tolong kasih like dan beri saran maupun kritik yang membangun ya, saya akan menerima semuanya dengan senang hati. Semoga sehat selalu, terima kasih🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itha Irfansyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16.
"Oke pa, aku ke ruangan papa sekarang." Sahut Alex.
Alex dan asistennya pun sampai di ruangan Adrian.
"Ada apa pa?" Tanya Alex.
"Bagaimana perkembangan proyekmu yang di Australia?"Tanya Adrian.
"Aman pa...semuanya berjalan lancar, bahkan pembangunannya terbilang cepat, progresnya sudah mencapai hampir 50%." Sahut Alex.
"Bagus...usaha batu bara mu yang di Kalimantan, bagaimana?" Tanya Adrian lagi.
"Produksi batu bara di tahun ini ada peningkatan sekitar 15,10% pa, jadi semua perusahaan kita yang aku pegang, semuanya aman terkendali pa, papa tenang aja, hehehe..." Ucap Alex.
"Oke, good...kamu memang hebat nak." Sahut Adrian sembari menepuk - nepuk bahu putra keduanya itu.
"Lalu bagaimana dengan calon istrimu?" Tanya Adrian.
"Eh...calon istri? Maksud papa apa sih? Aku kan nggak punya calon istri, ngapain nanyain tentang calon istri?" Tanya Alex.
"Alex...kakak mu Arvin dan adik mu Aruna sudah menikah dan memiliki anak, Arthur sudah memiliki pacar, hanya tertinggal kamu yang belum memiliki pendamping. Apa lagi sih yang kamu cari? Perusahaan mu maju pesat, harta kita banyak, bahkan kamu mau buat acara pernikahan mewah selama tujuh hari tujuh malam pun bisa dan membayar banyak artis untuk menghibur di acara pernikahan mu pun kamu bisa. Kamu tampan, kaya raya, sukses, jadi nggak mungkin para wanita di luar sana menolakmu untuk di ajak berhubungan serius." Ujar Adrian.
"Pa...aku punya banyak wanita, wanita manapun akan tergila - gila kepadaku, aku juga sudah banyak meniduri wanita, jadi untuk apa aku menikah dan berkomitmen hanya dengan satu wanita? Aku nggak bisa pa..." Sahut Alex.
"Alex...apa kamu nggak mau memiliki keturunan hasil dari menikah secara sah dengan seorang wanita? Pilih lah satu wanita untuk kamu seriusin, pilih lah wanita yang bisa mendampingi mu saat kamu tua nanti. Kamu tau kan, bahkan sejak mama mu meninggal tujuh tahun yang lalu hingga saat ini, papa nggak pernah mau menikah lagi, kamu tau karena apa? Karena papa menyanjung kesetiaan, karena papa sangat mencintai dan menghormati mama mu, karena mama mu lah yang selalu setia mendampingi papa saat papa merintis dari bawah, saat papa terjatuh, mama mu lah yang selalu membuat papa bangkit lagi, mama mu nggak pernah meninggalkan papa saat papa terjatuh, hingga akhirnya mama mu sakit, dan meninggalkan kita semua, papa sangat sedih...tapi papa selalu ingat perkataan mama mu bahwa papa nggak boleh jadi lelaki lemah, papa adalah lelaki yang memiliki empat orang anak dan semuanya harus menjadi orang yang sukses, jadi papa harus tegar dan kuat agar bisa membuat kalian semua menjadi orang yang sukses. Makanya papa percaya bahwa seorang wanita adalah penguat seorang lelaki, wanita bisa membuat lelaki menjadi tangguh dan terus bangkit untuk menjadi sukses. Karena kesuksesan seorang lelaki, itu semua karena ada wanita hebat di belakangnya." Ujar Adrian panjang lebar memberi nasihat buat Alex.
Aleh hanya terdiam, dia memikirkan apa yang di katakan oleh papanya.
Memang ada benarnya apa yang sudah di katakan oleh papanya, tapi dirinya belum ada niatan untuk berkomitmen pada satu wanita, dia belum bisa hanya melihat wanita yang itu - itu saja, karena dia sudah terbiasa berganti - ganti wanita tiap malamnya.
"Tapi, papa tau kan aku tuh bisa bosan kalau hanya bercengkrama dengan satu wanita saja setiap harinya, bangun pagi dia, sarapan dia, pulang kantor dia, mau tidur dia lagi, bosan pa..." Ujar Alex setelah terdiam sejenak.
"Ya sudah...papa nggak akan memaksamu lagi, tapi tolong kamu pikirkan baik - baik apa yang sudah papa katakan padamu. Kamu itu tampan, kaya raya, sukses. Seharusnya nggak ada lagi yang lebih kau butuhkan selain pendamping hidup, seorang istri yang bisa membuat perangai mu menjadi lebih baik. Coba kamu pikir kembali tentang pendamping hidup ya." Tutur Adrian yang kembali menepuk - nepuk pundak Alex.
Dan Alex pun mengangguk.
"Oh iya pa, Arthur ada di rumah, katanya besok mau ke Australia pa, apa dia juga memberitahu papa?" Tanya Alex.
"Ehm...dia belum memberitahu papa, memangnya ada perlu apa dia kesana?" Tanya Adrian.
"Katanya sih lagi ada urusan pa, padahal baru aja seminggu balik Jakarta, udah mau ke Australia." Ucap Alex.
"Biarkan saja, dia baru saja menyelesaikan kuliahnya di Amerika, siapa tau dia mau refreshing dulu sebelum dia berkutat di bisnis properti dan menjadi CEO di Mall The Kalman's milik keluarga kita." Ujar Adrian.
"Iya pa...ehm, apa ada lagi yang harus di bahas?" Tanya Alex.
"Itu aja sih...yang terpenting, tolong kamu pikirkan kembali baik - baik apa yang sudah papa katakan tentang pendamping atau seorang istri, oke..." Tutur Adrian sembari menghubungkan jempol dan jari telunjuknya menjadi sebuah lingkaran.
Alex pun hanya bisa mengangguk.
Alex kembali ke ruangannya.
Dia kembali memikirkan perkataan papanya.
Mungkin dia masih bisa bermain dengan wanita lain walaupun dia sudah menikah. Tiba - tiba dia teringat dengan satu - satunya gadis cantik yang berani meminta pertanggung jawabannya karena telah menidurinya.
"Lidya...ya, Lidya...sepertinya dia bisa aku jadikan sebagai tumbalku, aku rasa dia seorang wanita penurut, dan aku juga yakin dia pasti bahagia kalau aku mengajaknya menikah, tapi tetap saja, aku masih akan berhubungan dengan wanita lain." Gumam Alex.
******
"Malam pa...kak Alex..." Sapa Arthur yang baru saja sampai di rumah setelah bertemu dengan sahabatnya sembari menarik kursi dan ikut bergabung makan malam.
"Kamu dari mana aja sih?" Tanya Adrian.
"Pulang dari Amerika malah keluyuran, trus kata kakak mu besok kamu mau ke Australia, apa benar begitu?" Tanya Adrian lagi.
"Ehm...maaf pa, kan aku lama di Amerika makanya aku kangen sama teman - temanku pa, jadi ya aku menghabiskan waktu bersama mereka, sebelum aku sibuk bekerja nantinya." Jawab Arthur berbohong.
"Oke...tapi nanti saat kamu mulai bekerja, tolong serius dan buat papa bangga, oke my boy?" Ujar Adrian.
"Oke pa." Ucap Arthur semangat.
Mereka bertiga pun melanjutkan makan malam dan di selingi dengan obrolan ringan tentang kuliah Arthur di Amerika.
******
Setelah kurang lebih tujuh jam melewati penerbangan, akhirnya sampailah Arthur di Sidney, kota terbesar di Australia.
Dia akan menemui kekasihnya, Susan.
Dia juga akan berterus terang kepada Susan tentang dirinya dan Lidya.
Dia tak mau menutupi masalahnya itu.
Lebih baik berkata jujur sekarang walaupun menyakitkan dari pada harus berbohong dan semakin menyakiti satu sama lain.
Sebelumnya Susan sudah menitipkan kunci kamarnya kepada resepsionis, karena Arthur sudah memberinya kabar bahwa akan mengunjunginya ke Sidney, Australia.
Karena dia sudah memperkirakan jam berapa Arthur akan sampai. Arthur akan sampai lebih dulu sebelum dia pulang dari kantor, makanya dia menitipkan kunci dan memberitahu resepsionis tentang kedatangan tamunya.