Hidupku semula baik-baik saja, tapi ketika aku berani melanggar aturan keluarga.
Semua berubah. ketika aku masuk kedalam kamar mendiang nenek dan kakekku, aku menemukan sebuah novel usang berdebu.
Ketika aku membuka sampul novel bercahaya, cahaya itu membuat mataku perih dan secara refleks terpejam.
Namun ketika aku membuka mata, aku tidak berada di kamar mendiang kakek dan nenek. Aku berada di sebuah kamar asing.
Seketika ingatan yang bukan milikku memenuhi memoriku. Ternyata aku memasuki novel usang itu, dan bagaimana mungkin aku harus terjebak di peran figuran yang hanya satu kali namanya di sebutkan sebagai mantan dari seorang pemeran utama laki-laki kedua!!
Cover from pinterest
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Maryati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 16
Mungkin karena merasa lelah, derrrien pergi meninggalkan rumah lila setelah menggedor-gedor pintu dan berteriak memanggil Lila.
Lila merebahkan badannya di atas ranjangnya, dia tadi sudah membersihkan diri. lila merasa lapar, melihat jam di ponselnya. Jam 19.00.
Dia bangun dari rebahan mengambil cardigan lalu berjalan keluar pintu kamarnya, melangkah keluar, lila tidak lupa untuk mengunci pintu kamarnya. Lila ingin membeli sate ayam untuk lauk makan malamnya.
Mengunci pintu rumah, lalu berjalan kaki untuk ke sebuah warung makan yang tak jauh dari rumahnya.
Berjalan santai di sertai senandung lagu yang keluar dari bibirnya, setelah berjalan sekitar 8 menitan, akhirnya lila sampai di warung itu.
Lila memasuki warung makan. Lalu menghampiri seorang pria yang sedang mengipasi sate "ka rian, lila persen satu bungkus, sedeng aja. makan disini ya" Lila berdiri di depan orang lila panggil rian.
"Lila, aku kira kamu udah bosen makan sate aku loh, biasanya hampir tiap hari makan disini. 3 hari kemarin kenapa nggak kesini" rian bertanya seraya menatap lila, tapi tangannya tetap sibuk mengipasi dan membulak-balik sate.
Lila memang sudah lumayan akrab dengan rian, karena semenjak tinggal disini dia selalu membeli sate disini. Dan dia juga karena umur dia dan rian yang tidak berbeda jauh, rian lebih tua 3 tahun dari Lila.
"Aduh lila, udah penuh tempat kursinya. cuma yang di pojok itu yang kosong satu kursi. tapi aku nggak yakin kamu bakal mau, soalnya disana itu kayaknya geng motor" kata rian ketika mengucapkan kalimat terakhir dia mendekatkan bibirnya kearah telinga Lila, dia berbisik.
Lila melihat kearah lirikan mata rian, dia matanya terbuka dengan lebar, di pojok sana ada derrrien bersama dengan teman-temannya, lila langsung mengalihkan pandangan dari mereka.
Untung saja mereka tidak melihat Lila.
Lila mencoba mengontrol rasa gugup didirinya "ka, di bungkus aja deh" lila menatap rian dengan senyum paksanya.
"oke la, tunggu bentar ya" lila menganggukkan kepala sebagai jawabannya.
Lila menggigit kukunya dengan ekspresi gusar, dia ingin cepat pergi dari sini. Setelah hampir 10 menit lebih, akhirnya pesanan lila sudah matang.
Rian menyerahkan bungkusannya lalu lila dengan cepat mengeluarkan uang untuk membayar sate, lila langsung melangkah keluar setelah mengucapkan terimakasih.
Ketika tinggal satu langkah lagi lila berhasil keluar dari warung makan, tiba-tiba ada tangan yang menarik tangannya, dia menarik kencang lila sehingga badan lila berbalik menghadapnya.
Lila kira tadi rian yang menarik tangannya, dia kira rian lupa memberikan kembalian uangnya. Namun ternyata yang menarik lila adalah derrrien. Kok dia bisa disini? Bukannya dia tadi nggak liat kearahku? batin lila di penuhi pertanyaan.
Derrrien memandang lila datar, tanpa berkata apapun, ditariknya lila menuju kedalam warung makan. lila mencoba melepaskan tangannya tapi derrrien semakin mengeratkan genggamannya, lila tak berteriak karena takut menjadi pusat perhatian. sudah cukup waktu sore tadi dia menjadi pusat perhatian, dan itu semua gara-gara para tokoh novel ini.
Rian yang melihat lila masuk kedalam warungnya lagi pun mengerutkan kening, dia melihat kearah pemuda yang sedang menarik lila secara paksa.
Dia menghampiri keduanya, dia menyuruh pegawainya untuk menggantikan posisinya sebentar.
Rian berdiri menghadang derrrien yang hendak membawa lila ke tempat kursinya berada "maaf, ini ada apa ya? kenapa mas narik tangan lila kayak gitu? bisa tolong dilepasin tangan lilanya" ucap rian dengan hati-hati, dia mencoba berbicara dengan santai agar tidak menciptakan keributan di warung makannya.
"ngga usah kepo, minggir sana" derrrien mendorong cukup keras rian, rian tergeser walaupun hanya sedikit. saat lila lewat didepannya, rian langsung menahan tangan lila.
"masnya nggak boleh kayak gini, lila sepertinya ngga mau ikut sama mas. jadi tolong lepasin" kini rian tidak bisa menahan kesalnya lagi, dia merasa geram akan kelakuan derrrien yang sangat tidak sopan menurutnya.
Lila sedari tadi diam, dia diam karena terlalu khawatir kalau dia memberontak akan menyebabkan kekacauan di warung makan milik rian.
Lila merasakan pegang tangan derrrien yang makin menguat, dia meringis pelan ketika merasakan rasa sakit akibat pegangan erat dari derrrien.
Dia tahu sebentar lagi derrrien pasti akan meledakan amarahnya, terlihat dari wajahnya yang mulai memerah menahan amarah. lila lalu menatap rian.
"Ka rian, lila nggak papa kok. kaka lanjutin aja pekerjaan kaka, kasian pegawai kaka pasti sekarang lagi kerepotan karena di tinggal sama kaka" lila mencoba menjauhkan Rian dari amarah derrrien, dia berbicara dengan lembut, berharap dengan itu rian bisa mengartikan bahwa dia baik-baik saja.
"Kamu yakin nggak papa?" rian ragu akan ucapan lila, lila menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.
"yasudah nanti kalo ada apa-apa panggil kaka ya, Kaka akan pantau dari situ" lila menganggukkan kepalanya lagi, rian mengelus rambutila dengan lembut lalu berjalan kembali kearah pemanggangannya.
Lila sudah dianggap adik oleh rian, wajar jika dia merasa khawatir melihat adiknya di seret paksa seperti itu. Dia akan mencoba percaya pada ucapan lila, tapi dia akan tetap memantaunya ila dari tempatnya berada.
Sedangkan derrrien merasa panas karena interaksi dari rian dan lila, dia dengan menahan amarah, dengan lembut menarik lila.
"Duduk" ucap derrrien dengan nada dingin.
Teman-teman derrrien yang sedari tadi hanya menonton adegan lila, derrrien dan rian pun. Merasakan hawa dingin ketika derrrien kembali ke kursinya dengan membawa lila.
Teman-teman derrrien sangat tau, dari ekspresi wajah derrrien. bahwa derrrien sedang terbakar cemburu karena interaksi antara lila dan rian.
"halo lila, apakabar? udah lama kita nggak ketemu. Lu masih ingat gua kan?" salah satu teman derrrien mulai mengajak lila berbicara.
"ngga" ucap lila dengan santainya.
Teman-teman yang lain tertawa dengan keras, sementara teman derrrien yang mengajak Lila berbicara memasang muka masam.
"Gua dika, jahat banget lu lupain gua. padahal dulu lu selalu cari gua buat nanya tentang derrrien" dika berakting dengan memasang muka sedih.
Lila melihat geli kearah Dika "oh dika" Lila berucap santai lagi.
Dika yang tadinya berpura-pura sedih sekarang dika benar-benar terlihat masam.
Teman-temannya tertawa dengan kencang sementara derrrien hanya tersenyum tipis.
"udah diemin aja, dika emang aga-aga. Oh iya, lu masih inget gua nggak? gua agam" agama menatap jail kearah dika, yang kemudian di balas Dika oleh lirikan sinis. Lalu Agam mengalihkan pandangannya, menatap penasaran kearah lila.
bukan cuma dika, kalian semua emang aga-aga. Apalagi derrrien. Lila menggerutu di dalam hati, wajah tetap terlihat santai, berbeda dengan hatinya.
"ngga" santai lila.
Sekarang dika yang tertawa sedangkan agam memasang muka masam.
"mungkin lu juga lupa sama gua. Kenalin nama gua dimas" dimas mengulurkan tangan kearah lila, namun dengan cepat derrrien menepisnya.