Mariza dan Derriz menikah karena perjodohan. Selama satu tahun pernikahannya, Derriz tak pernah menganggap Mariza.
Mereka tinggal satu rumah tapi seperti orang asing. Derriz sendiri yang membuat jarak diantara mereka. Karena Derriz mencintai dan masih menunggu mantan kekasihnya kembali, Luna.
Seperti yang di katakan Derriz di awal pernikahannya. Mereka akan berpisah ketika Luna kembali. Apalagi Mariza tak bisa membuatnya jatuh cinta. Bagaimana bisa jatuh cinta jika selama ini saja Derriz selalu menjaga jarak darinya. Bukan hanya di rumah, tapi di kantor juga mereka seperti orang asing.
"Apa alasanmu ingin bercerita dariku?" tanya Derriz saat Mariza memberikan surat cerai yang sudah dia tandatangani.
"Apa aku kurang memberikan uang bulan padamu? Apa masih kurang?" Derriz tak terima Mariza ingin bercerai darinya.
"Karena masa lalumu sudah kembali, Mas! Aku pergi karena aku sudah tak ada gunanya lagi di sini!" jawab Mariza.
"TIDAK!" jawab Derriz membuat Mariza bingung.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yam_zhie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku Pamit, Mas! 12
Derriz benar-benar mengobati lu-ka di tangan Mariza. Hal itu membuat Mariza terharu tapi dia mencoba menekan perasaannya. Hati suaminya tak akan pernah menjadi miliknya. Dalam hitungan hari surat sidang pertama akan datang. Bersamaan dengan itu dia berencana untuk pergi. Saat ini yang sedang dia fikirkan adalah bagaimana cara mengatakannya kepada kakek Bima.
"Kenapa kamu malah melamun? Mikirin apa?"tanya Derriz membuat lamunan Izha seketika buyar.
"Ah tidak, Pak! Terima kasih sudah mengobati saya ..."
"Siapa yang terlu-ka? Apa kamu terluka, nak? Siapa yang melakukannya? Apa suamimu?" tanya suara yang sangat mereka kenal, suara Kakek Bima.
Kedatangan Kakek Bima membuat hati Izha berdenyut. Tak tega rasanya dia menyakiti pria tua yang begitu menyayangi dia dengan tulus. Izha berdiri dan menggandeng Kakek Bima untuk duduk bersamanya. sedangkan Derriz sudah terlihat gugup karena tak menyangka Kakek Bima akan ke kantor. Sebelumnya kakek mengatakan akan pulang ke rumahnya. Tapi kenapa sekarang malah ada di kantor.
"Tadi setelah meeting tak sengaja terjatuh dan tangan Izha mengenai ujung meja. Mas Derriz yang bahkan menolong dan mengobati Izha, Kek. Jangan marah-marah lagi seperti itu ya, Kek!" jawab Izha membuat Kakek Bima agak tak percaya mendengarnya.
"Apa kamu tak berbohong untung melindungi suamimu itu, Izha?" tanya Kakek Bima.
"Tidak kek, Mas Derriz tidak sejahat itu kepadaku. Dia orang yang baik kok Kek, walau memang terkadang menyebalkan. Tapi sebenarnya dia sangat baik kek. Jadi kakek jangan khawatir Seperti itu,",jawab Izha.
"Baiklah, kakek percaya dengan ucapanmu!" jawab Kakek Bima.
"Kek, maaf sebelumnya. Izha pamit ke ruangan Izha ya. Soalnya masih banyak pekerjaan yang harus Izha kerjakan," pamit Izha dari ruangan suaminya.
Sepeninggal Izha dari ruangan Derriz, suasana terasa sangat dingin dan canggung. Entah kenapa Derriz merasa berdosa kepada Kakeknya. Kenapa Izha malah mengatakan jika dia bersikap baik padanya. Padahal selama ini Derriz tak pernah bersikap sebaik yang dia katakan. Apa Izha sedang berusaha membuat dia terus buruk di mata kakeknya.
"Kakek tahu jika kamu belum menerima dan mencintai Izha, Derriz. Tapi percayalah, jika dia adalah wanita yang pantas untuk menjadi seorang istri dan ibu yang baik untuk anak-anakmu. Jangan pernah menyesal jika sampai kamu menyia-nyiakannya. Berhenti berhubungan dengan wanita itu," ujar kakek Bima
Degh
Wajah Derriz bahkan memucat, ternyata kakeknya sudah tahu jika Luna kembali.
"Kek ..." panggil Derriz.
"Kamu fikir kakek tidak tahu? Bahkan dia sering datang ke kantor! Kamu benar-benar keterlaluan Derriz! Apakah istrimu tahu jika kamu malah berse-ling-kuh dengan wanita itu? Aku tak akan pernah tertipu dengan penampilannya saat ini. Yang berubah hanya cara berpakaian, tapi perilaku dan kebiasaan dia tak pernah berubah. Apa kamu yang memaksa dia mengenakan pakaian seperti itu. Agar aku percaya jika dia sudah berubah menjadi wanita baik-baik?" tanya Kakek Bima.
Derriz tak bisa menjawab pertanyaan kakeknya. Dia hanya bisa menundukkan kepalanya. Menahan rasa malu dan takut.
"Maafkan Derriz, Kek!" hanya itu yang bisa keluar dari mulut Derriz.
"Buka matamu Derriz, cari tahu yang benar siapa wanita itu! Aku tak akan membiarkan kamu menghabiskan uangku untukmu memberikan dia lagi! Mulai sekarang aku akan membatasi limit kartumu! Kamu benar-benar membaut aku kecewa Derriz! Ingat ini, jika sampai kamu menyakiti, apalagi berpisah dengan Izha. Maka kamu tak akan pernah lagi bisa bekerja di perusahaan ini sebagai wakil CEO. Kau cari pekerjaan sendiri! Jadilah pria yang pintar jangan menjadi pria bo-doh karena wanita!" ucap Kakek Bima dengan penuh penekanan dan bangkit dari duduknya.
"Kek! Tapi aku tak mencintai Izha kek. Aku mencintai Luna. Tak bisakah kakek berusaha menerima Luna juga? Dia tak seburuk yang kakek pikirkan," pinta Derriz membuat tatapan tajam keluar dari mata kakek Bima.
"Baiklah, Agung urus pemecatan anak bo-doh ini! Jika memang dia lebih memilih perempuan itu! Sampai kapanpun aku tak akan pernah setuju dengan hubunganmu dan wanita itu. kecuali jika aku ma-ti dan kau bersamanya. Maka kau akan tahu sendiri jika sudah salah memilih wanita! Saat itu terjadi jangan pernah menyesal! Apalagi saat Izha memutuskan pergi darimu! Aku akan mencarikan jodoh yang lebih baik untuk Izha. Pria yang akan membahagiakan dia, bukan sepertimu anak bo-doh! Kamu membuat kepalaku sakit saja!"emosi Kakek Bima.
"Kita pergi saja, Pak! Jangan sampai kesehatan anda kembali terganggu!" ujar Pak Agung mencoba untuk membawa Kakek Bima dari sana.
"Apa yang kakekmu katakan benar, cari tahulah yang benar siapa wanita itu. Jangan tertipu hanya karena anda cinta buta padanya. Kecuali memang anda ingin menghancurkan masa depan dan perasaan anda sendiri," bisik Pak Agung sebelum keluar dari ruangan Derriz.
"CK! Kenapa semua orang begitu memihak kepada Izha. Tak ada yang mendukung hubungan aku dengan Luna! Apa yang kurang dari Luna? Apa yang membaut Izha lebih disukai di banding Luna! Bahkan Luna adalah wanita karir berprestasi. Tidak seperti Izha! Ah sial!"kesal Derriz meremas kepalanya sendiri.
Derriz malah semakin tidak fokus bekerja mengingat ucapan kakeknya. Belum lagi bayangan Izha yang duduk berdekatan dengan Axcel, bahkan pria itu untuk pertama kalinya mau berdekatan dengan wanita. Apa mungkin Axcel malah tertarik kepada Istrinya? Kenapa harus Izha? Apa yang menarik dari gadis itu? Walau dia akui, Izha memang cantik. Tapi di matanya Luna tetap yang paling cantik.
"Masuk!" pinta Derriz saat Izha berada di halte. Izha yang sedang malas berdebat masuk ke dalam mobil Derriz apalagi hujan juga mulai turun. Tentunya sudah di ganti lebih dahulu dengan mobil lain.
"Jangan terlalu dekat dengan pria lain! Ingat kamu masih berstatus istriku!" ucap Derriz memecah keheningan.
"Aku tak boleh dekat dengan pria. Tapi kamu sendiri bahkan peluk dan cium wanita lain. Sebagai seorang istri akan mengikuti yang di contohkan suaminya,"jawab Izha.
drrrtttt
Drrrrttt
Ponsel Derriz berbunyi, siapa lagi yang menghubungi dia dari tadi kalau bukan Luna. Izha memalingkan wajahnya menatap ke arah jendela saat Derriz menerima panggilan dari wanita lain. Sakit? Sebagai seorang istri pasti sakit. Padahal selama ini dia selalu berusaha mencoba membuat hubungan mereka lebih baik. Tapi hati suaminya tetap milik orang lain.
"Turunkan saja aku di depan sana. Bukannya kamu harus menjemput kekasih hatimu, Pak Derriz!" ucap Izha tanpa menunggu suaminya berbicara lebih dahulu.
"Tapi ini hujan deras Izha!" jawab Derriz yang tak tega jika harus menurunkan Izha di sana. Tapi ponsel dia kembali berbunyi. Luna mengirim pesan kalau dia jatuh dan terpeleset di kamar mandi.
"Aku turunkan di sana! Luna jatuh di kamar mandi. Aku harus segera membawa dia ke rumah sakit," Derriz mengatakan alasannya meninggalkan Izha berharap Izha mengerti.
Tapi ternyata Izha bahkan tak membalas perkataannya. Setelah mobil keluar, dia turun tanpa sepatah katapun. Derriz mengulurkan tangan berharap Izha mencium tangan seperti biasa. Tapi dia abaikan, Izha berlari ke pinggir jalan dan menunggu kendaraan umum lewat di bawah pohon besar. Tapi hujan tetap saja membuatnya basah kuyup. Derriz tak tega, saat akan meminta Izha kembali ke mobil ponselnya terus berdering. Luna sepertinya sangat kesakitan karena terus menghubunginya. Akhinya Derriz meninggalkan Izha di pinggir jalan begitu saja dan memilih untuk menemui Luna.
akhir nya babang axcel turun tangan jg menyelamatkan izha
skrg otw menjemput calon ibu mertua mu ya babang axcel👍👍
muak sangat sm s derris
buat izha cepet bebas dr derris n axcel membantu smua nya biar lancar
klau udh beres dgn derris br izha d bantu axcel untuk menyelamatkan ibu nya
babang axcel gercep dong tolongin izha ya, kasian izha sendirian