NovelToon NovelToon
Milikku Selamanya

Milikku Selamanya

Status: sedang berlangsung
Genre:Cerai / Percintaan Konglomerat / Diam-Diam Cinta / Crazy Rich/Konglomerat / Aliansi Pernikahan / CEO Amnesia
Popularitas:3.7k
Nilai: 5
Nama Author: erma _roviko

Bukan pernikahan kontrak! Satu atap selama 3 tahun hidup bagai orang asing.

Ya, Aluna sepi dan hampa, mencoba melepaskan pernikahan itu. Tapi, ketika sidang cerai, tiba-tiba Erick kecelakaan dan mengalami amnesia.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon erma _roviko, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Jam couple

Pagi itu, suasana kamar terasa seperti perang dingin pasif. Setelah ledakan emosional Erick terhadap Leo yang mencoba menghubungi Aluna. 

Aluna menjaga jarak emosionalnya, sementara Erick meningkatkan tuntutan fisiknya. 

Aluna tahu, Erick yang baru saja mengakuinya sebagai belahan jiwa itu, kini membalas dendam atas usaha Aluna melarikan diri.

Saat Aluna menyiapkan pakaian untuknya, Erick menghela nafas panjang.

“Aku tidak suka kemeja ini,” kata Erick, menunjuk kemeja oxford yang baru Aluna siapkan. 

“Aku mau kita serasi hari ini, Aluna.”

Aluna berhenti, memegang kemeja itu. 

“Serasi? Kita tidak sedang menghadiri acara kembar, Erick. Kamu baru pulih.”

“Tepat. Aku ingin dunia tahu bahwa kita adalah milik satu sama lain,” balas Erick, nadanya kembali pada manja yang mengancam. 

“Setidaknya, kita harus memakai sesuatu yang sama. Cari jam tangan couple kita, Aluna. Aku ingat kita punya sepasang yang sama.”

Aluna menggertakkan gigi. Mereka memang pernah membeli jam tangan couple untuk kado pernikahan, tetapi jam itu hampir tidak pernah mereka pakai, disimbolkan sebagai investasi, bukan simbol cinta.

“Aku akan mencarinya. Tapi itu membuang-buang waktu,” ujar Aluna, berusaha bersikap praktis.

“Aku punya waktu. Dan aku tidak mau kau menyia-nyiakan waktu yang kau habiskan bersamaku,” desis Erick.

‘Padahal dia sendiri yang tidak ingin memakainya,’ batin Aluna mengeram, sangat ingat bagaimana Erick Wijaya versi 2025 membenci jam tangan itu. 

Dua jam kemudian, Aluna akhirnya menemukan tangan mahal yang mereka beli, tersimpan rapi di kotak beludru. 

“Ya Tuhan, benar-benar menguji kesabaranku!” decitnya. 

Ia kembali ke kamar, memasangkan jam itu di pergelangan tangan Erick.

“Sudah. Sekarang puas?” tanya Aluna.

Erick mengangguk puas, memiringkan pergelangan tangannya, melihat jam yang serasi itu. 

“Sempurna. Sekarang, kita terlihat seperti kita seharusnya.”

‘Kita terlihat seperti dua orang dewasa yang dipaksa memakai aksesoris yang sama,’ batin Aluna sinis.

Erick kemudian meraih laci nakasnya, laci yang semalam Aluna buka dengan keringat dingin. Ia mengambil kotak beludru kecil yang tersimpan di bawah tumpukan kancing manset.

“Nah, ini dia,” gumam Erick, matanya berbinar seperti anak kecil.

Erick membuka kotak itu. Di dalamnya, bukan perhiasan mahal atau berlian, melainkan sebuah kalung perak sederhana, rantai tipis dengan liontin kecil berbentuk bulan sabit. Kalung itu terlihat usang dan tidak sebanding dengan perhiasan lain yang mereka miliki.

Aluna menatap kalung itu, nafasnya tertahan. Ia mengenali kalung itu dengan segera.

Kalung itu adalah hadiah dari ibunya saat ia lulus SMA. Kalung itu sudah ia lupakan sejak lama, terkubur di dalam kotak perhiasan murahnya di gudang. Kalung itu adalah satu-satunya perhiasan yang ia kenakan sepuluh tahun yang lalu, saat ia masih kuliah, sebelum ia mengenal Erick sebagai CEO kaya, saat Erick hanyalah seorang mahasiswa senior yang jauh di atas jangkauannya.

‘Bagaimana... bagaimana Erick bisa tahu tentang kalung ini?’ pikir Aluna cukup terkejut melihat kenangan lamanya diketahui Erick.

Kalung ini tidak ada hubungannya dengan pernikahan, apalagi kehidupan mewah mereka. Kalung ini adalah bagian dari masa lalu Aluna yang paling pribadi, masa lalu yang Erick yang asli tidak pernah pedulikan.

Erick mengabaikan keterkejutan Aluna. Ia mengambil kalung itu dari kotaknya, tersenyum lembut.

“Putar badanmu, Sayang!” pinta Erick. 

“Aku akan memasangkannya.”

Aluna menurut, seperti boneka yang digerakkan tali. Ia membalikkan badan, memunggungi Erick. 

Ia merasakan jari-jari Erick yang hangat menyentuh tengkuknya saat ia memasangkan kalung itu. 

Dinginnya perak menempel di kulit Aluna, mengirimkan getaran ke seluruh tubuhnya.

Erick selesai. Ia meletakkan tangannya di bahu Aluna, mencondongkan tubuhnya ke depan, berbisik di telinga Aluna.

“Aku ingin kau memakainya lagi. Kau selalu memakainya. Kalung ini membuatmu terlihat... seperti dirimu yang sebenarnya.”

Aluna membeku total, kata-kata itu menghancurkan semua asumsinya tentang amnesia Erick.

Selalu memakainya. Itu bukan memori dari pernikahan mereka yang dingin 3 tahun terakhir. Selama pernikahan, Aluna selalu memakai perhiasan emas putih dan berlian. Ia hanya memakai kalung perak itu saat ia berusia dua puluh tahun.

Aluna memutar badan dengan cepat, menatap Erick dengan mata lebar, tanpa menyembunyikan keterkejutan, ketakutan, dan kebingungannya.

“Erick,” desis Aluna, suaranya pelan dan tegang. 

“Kapan... kapan aku memakai kalung ini? Kapan kau melihatku memakainya?”

Erick memiringkan kepalanya, ekspresinya murni, polos, seperti anak kecil yang tidak mengerti mengapa mainannya tiba-tiba dipertanyakan.

“Aku tidak ingat persis,” jawab Erick. “Tapi aku tahu. Aku yakin. Itu adalah kalung kesukaanmu. Setiap kali aku memejamkan mata dan memikirkanmu, kau memakai kalung ini. Mungkin itu... sisa-sisa memori lama? Hanya terasa penting.”

Aluna merasakan otaknya berputar kencang. Jika Erick menderita amnesia parsial, dia seharusnya melupakan semua tentang mereka, atau hanya melupakan kejadian kecelakaan. 

Tapi, dia melupakan 3 tahun pernikahan mereka, namun entah bagaimana, dia mengingat detail intim yang terjadi 10 tahun yang lalu, saat Erick hanya melihatnya dari jauh, saat mereka belum ada ikatan, saat Aluna hanyalah seorang mahasiswi biasa yang selalu ia pandangi dari kejauhan.

‘Apakah Erick yang asli ternyata... memperhatikan aku selama ini?

'Kalimat itu—’

‘Setiap kali aku memejamkan mata dan memikirkanmu, kau memakai kalung ini.’

Perkataan Erick berhasil menghantam Aluna lebih keras daripada ancaman perceraian. Itu menyiratkan perhatian yang tersembunyi, pengawasan rahasia, dan perasaan yang telah ia sangkal selama bertahun-tahun.

Aluna berusaha keras menenangkan dirinya. Ia harus menarik kembali topengnya.

“Kau terlalu banyak berkhayal, Erick,” ujar Aluna, berusaha terdengar dingin. “Kalung ini kuno. Aku tidak pernah memakainya dalam waktu lama. Kau mungkin salah mengingatnya.”

“Tidak.” Erick menggeleng tegas, ekspresi polosnya hilang, digantikan oleh kekeraskepalaan. 

“Aku tahu apa yang aku lihat, Aluna. Itu bukan khayalan. Ini adalah satu-satunya hal yang terasa benar tentang mu, selain fakta bahwa aku mencintaimu.”

Erick meraih tangan Aluna, membaliknya, dan mencium pergelangan tangan Aluna, tepat di samping jam tangan couple mereka.

“Kau harus memakai kalung itu. Kau adalah belahan jiwaku, dan kalung itu adalah buktinya,” ucap Erick, suaranya penuh keyakinan.

Aluna menarik tangannya, tubuhnya gemetar. Ia tidak tahu harus percaya pada Erick yang mana, Erick yang dingin, atau Erick yang amnesia, yang memanggilnya belahan jiwa dan mengingat kalung peraknya dari satu dekade yang lalu.

Dia adalah pria yang sama yang telah membuatnya menderita selama tiga tahun pernikahan dingin mereka, namun sekarang, pria yang sama itu memberikan perhatian yang Aluna dambakan, disalurkan melalui memori yang mustahil.

Aluna merasakan kekacauan emosional. Ia berjalan ke jendela, membelakangi Erick, tangannya menyentuh liontin bulan sabit di lehernya. 

Perak itu terasa dingin, tetapi kata-kata Erick terasa panas, membakar semua rencana perceraiannya.

‘Dia melihatku. Dia melihatku sepuluh tahun yang lalu. Dia ingat sesuatu yang tidak seharusnya ia ingat.’

“Kenapa kamu harus melakukan ini, Erick?” bisik Aluna, suaranya nyaris tidak terdengar.

“Melakukan apa?” tanya Erick, bingung. “Aku hanya memberimu hadiah. Aku mencintaimu, Aluna.”

Ironi pernikahan mereka telah mencapai puncaknya. Aluna tidak takut lagi pada ancaman perceraiannya, ia justru takut pada kemungkinan bahwa cinta yang ia dambakan selama ini memang ada, tersembunyi di balik tembok es Erick, dan amnesia adalah satu-satunya cara untuk membongkarnya.

“Aku akan menyiapkan obatmu,” kata Aluna, mengakhiri percakapan yang terlalu berbahaya untuk dilanjutkan.

Saat Aluna berjalan ke nakas, ia berjanji pada dirinya sendiri, ia harus segera mencari tahu tentang gadis di sticky note itu. Karena jika gadis itu adalah dirinya sepuluh tahun yang lalu, maka semua yang terjadi dalam pernikahan mereka adalah kesalahpahaman yang tragis.

1
kalea rizuky
lanjut donk
erma _roviko: Siap👍
total 1 replies
kalea rizuky
Aluna pura2 bahagia g enak mending jujur trs cerai biar aja erik gila sebel q liat laki. gt
Soraya
hadiah pertama dari q lanjut thor
erma _roviko: siap😍😍
total 1 replies
Soraya
mampir thor
erma _roviko: Makasih kak😍
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!